Keluarga

Kasus Novia Widyasari, Lakukan Ini Jika Kerabat Jadi Korban Pemerkosaan!

Kasus Novia Widyasari, Lakukan Ini Jika Kerabat Jadi Korban Pemerkosaan!

Baru-baru ini publik dihebohkan dengan berita mengenai kasus seorang wanita yang bunuh diri di pusara Ayahnya di Mojokerto, Jawa Timur. Wanita itu diketahui bernama Novia Widyasari Rahayu, yang masih berstatus sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Malang.

Ia diduga nekat mengakhiri hidupnya akibat depresi setelah menjadi korban pemerkosaan dengan modus pemberian obat-obatan yang dilakukan oleh pacarnya sendiri. Hingga akhirnya Novia Widyasari kemudian hamil dan dipaksa menelan pil aborsi untuk menggugurkan kandungannya.

Alih-alih berharap mendapatkan dukungan dari Ibu sang pacar, ia justru malah tidak dipedulikan sama sekali. Bahkan, paman-pamannya pun mengancam akan membunuh Novia Widyasari karena dianggap sudah mencoreng nama baik keluarga.

Akibatnya, Novia Widyasari mengalami depresi berat hingga nekat melakukan aksi bunuh diri sebanyak dua kali. Kasus ini kemudian viral setelah salah satu teman Novia Widyasari membuka sebuah thread di Twitter dan menceritakan tentang kejadian yang dialami Novia.

Kasus Novia Widyasari ini semestinya nggak akan berakhir tragis jika ia mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar, khususnya keluarga. Lalu, jika hal ini terjadi pada teman atau kerabat kita apa saja sih sikap yang sebaiknya perlu dilakukan sebagai bentuk dukungan? 

Simak dalam ulasan berikut ini ya Bu!

Dampak pemerkosaan dari segi psikologis


Kasus pemerkosaan yang dialami oleh Novia Widyasari mengajarkan kita bahwa pelaku pemerkosaan kebanyakan memang orang terdekat disekitar kita. Bisa berupa pacar, teman ataupun keluarga sendiri.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebanyak 1 dari 3 atau sebanyak 30% perempuan di dunia pernah mengalami pelecehan seksual. Di mana 27% di antaranya dengan rentang usia 15-49 tahun dilakukan oleh orang terdekat mereka atau pacarnya sendiri.

WHO mengungkapkan, pemerkosaan termasuk dalam kekerasan seksual yang berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, mental, seksual, dan bisa mengakibatkan kerusakan pada organ reproduksi perempuan hingga meningkatkan risiko tertular penyakit seperti HIV AIDS.

Dari sisi psikologis sendiri, korban pemerkosaan terutama yang tidak mendapatkan dukungan seperti Novia Widyasari bahkan bisa mengalami trauma, depresi dan gangguan kejiwaan lainnya. 

Ketika korban pemerkosaan tidak mendapat dukungan, tak heran jika keinginan untuk bunuh diri seringkali tebersit dalam pikirannya.

Ditambah, kebanyakan korban pemerkosaan tidak mau menceritakan hal yang telah dialaminya. Dengan alasan mendapatkan ancaman, takut, malu dan tidak siap menjadi bulan-bulanan keluarga.

Hal ini otomatis dapat menambah beban psikologis yang mereka alami. Sehingga berujung semakin menyalahkan diri sendiri.

Padahal hal ini dapat diatasi jika korban pemerkosaan memiliki banyak dukungan. Baik dari keluarga, kerabat, teman ataupun dari sektor kesehatan meliputi psikolog atau dokter.

Lalu apa yang bisa kita lakukan jika hal ini terjadi pada kerabat?

Jika melansir WebMD secara garis besar, pemerkosaan masuk ke dalam kategori kekerasan seksual yang bisa dilakukan dalam berbagai situasi. Baik secara sadar, paksaan berupa pemberian obat-obatan yang membuat korban pemerkosaan menjadi tak sadar, serta berujung ancaman.

Jadi jangan heran jika banyak sekali perempuan di dunia yang lebih memilih bungkam dan memendam perasaannya ketimbang harus menelan malu akibat hal yang dialaminya. Namun, jangan sampai hal justru jadi menambah jumlah korban pemerkosaan yang mengalami trauma ya Bu.

Sebab, ternyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk dukungan untuk korban pemerkosaan seperti Novia Widyasari.

Menurut penelitian dari University of New Hampshire kebanyakan korban pemerkosaan atau penyintas cenderung menceritakan hal yang terjadi pada dirinya ke satu orang teman terpercaya termasuk teman dan sahabat. Kamu bisa lakukan hal ini jika kerabatmu merupakan korban pemerkosaan:

1. Jadi pendengar yang baik

Awalnya mungkin kamu akan terkejut mendengar kisah yang diceritakan temanmu yang merupakan korban pemerkosaan. Namun bukan berarti kamu harus menjadi ‘pahlawan kesiangan’ ya Bu.

Redam emosimu, bantu korban untuk menenangkan diri. Di saat seperti ini kamu memang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi bagi korban dukungan dan rangkulan yang kamu berikan sudah lebih dari cukup.

Ketahuilah butuh keberanian untuk menceritakan luka yang ia alami. Jadilah pendengar yang baik, berikan kenyamanan bagi temanmu dalam hal psikologis, jangan buru-buru menghakimi apalagi menyalahkan yang telah terjadi. Coba berikan solusi jika dirasa suasana sudah jauh lebih tenang.

2. Jaga lisan dan jadilah teman yang setia

Alasan paling umum ketika seorang korban pemerkosaan atau pelecehan seksual memilih untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang hal yang mereka hadapi adalah ketakutan bahwa pendengar tidak akan mempercayainya. Bahkan tak jarang setelah bercerita sang korban malah balik disalahkan.

Hindari hal tersebut, jaga lisanmu dan jadilah teman yang setia dengan tidak menceritakan hal yang dialami korban pada teman lain.

3. Bangun kepercayaan diri korban

Yakinkan pada korban bahwa hal buruk yang terjadi padanya bukanlah kesalahan dari dirinya. Berhenti untuk menyalahkan diri sendiri dan ingat bahwa tidak ada satu orang pun di dunia yang mau dilecehkan secara seksual. Semua merupakan musibah yang harus dihadapi dengan tabah dan sabar.

4. Tawarkan bantuan

Butuh waktu bagi korban pelecehan seksual seperti Novia Widyasari untuk mau speak up pada temannya. Ibaratnya berdamai dengan diri sendiri saja rasanya sulit.

Jadi ketika korban berusaha speak up tentang masalah yang ia hadapi, jangan paksa ia untuk bercerita secara detail luka yang ia alami. Lebih baik tawarkan bantuan, sebagai bentuk dukungan dalam proses pengambilan keputusan mereka.

5. Arahkan untuk cari bantuan

Kamu juga harus pandai membaca situasi dan bahasa tubuh korban pemerkosaan. Jika dirasa korban mengalami trauma berat coba arahkan untuk mencari bantuan lembaga hukum atau medis seperti dokter atau psikolog untuk membantu mengatasi trauma yang mereka alami.

6. Jaga privasi korban

Jaga privasi korban dengan cara tidak menceritakan luka yang ia alami pada orang lain. Biarkan korban menceritakan kejadian ini pada teman lain yang ia percaya secara langsung dan bukan dari mulut teman lainnya.

Kalau memang kamu perlu membocorkan privasi korban demi keselamatannya, ada baiknya minta izin terlebih dahulu pada korban. Apakah kiranya hal ini boleh diceritakan pada orang lain selain dirimu. Misalnya saja pada psikolog dengan tujuan untuk mengobati luka yang korban hadapi.

7. Jangan melawan pelaku sendirian

Meskipun kamu mungkin ingin mengadili kebenaran untuk korban pemerkosaan, ada baiknya jangan melawan pelaku sendirian. Sebab jika dilakukan dengan gegabah hanya akan memperburuk keadaan. Sebaliknya, tetaplah untuk menjadi tempat teraman bagi korban agar kepercayaan dirinya kembali terbangun.

8. Dukung dengan kata-kata positif

Misalnya saja seperti; “jangan khawatir ini bukan salahmu”, “apa yang bisa saya bantu?”, “kamu tidak sendirian”, “kami percaya kamu kuat” dan kata-kata positif lainnya yang berguna untuk membangkitkan kepercayaan diri korban.

Meski hanya merupakan teman dan pendengar yang baik bagi korban, terkadang kita juga bisa merasakan dampak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku seperti reaksi emosional meliputi kemarahan, kesal, kecewa, sedih dan lainnya. 

Apalagi jika hal ini juga sedikit banyak mengungkapkan trauma masa lalu yang mungkin juga pernah kamu hadapi.

Jangan ragu meminta bantuan ahli seperti psikolog ya Bu. Ingat, dalam keadaan seperti ini kamu merupakan orang yang dianggap paling nyaman dan terpercaya untuk korban.

Tetap dukung korban dengan cara yang positif untuk membantu proses penyembuhan psikologis mereka. Jangan menghakimi apalagi menyalahkan korban yang hanya akan memperdalam luka yang ia alami selayaknya yang dialami oleh Novia Widyasari.

Editor: Dwi Ratih