Keluarga

Salah Kaprah Vaginismus, Penyakit Bukan Karena Kurang Rileks

Salah Kaprah Vaginismus, Penyakit Bukan Karena Kurang Rileks

Pernahkah kamu mendengar istilah vagisnismus? Perempuan yang pernah menderita penyakit ini akan merasakan sakit yang luar biasa ketika sesuatu masuk ke vaginanya, bisa penis, jari, atau tampon. Apakah sebenarnya vaginismus ini?

Pengertian Vaginismus


Vaginismus adalah penyakit kekakuan otot vagina ketika ada sesuatu yang masuk ke vagina, terutama sakit saat berhubungan seks. Kekakuan otot ini bukan dikontrol dari pikiran si penderita, sehingga tidak ada hubungannya dengan rileksasi, rasa takut, atau keinginan menahan agar tidak ada yang masuk ke vagina. 

Dilansir dari Healthline, vaginismus tidak menganggu gairah seksual penderitanya. Hanya saja, vaginismus mengganggu proses penetrasi. Masyarakat Indonesia jarang menggunakan tampon saat haid. Sehingga gejala vaginismus tidak dapat diidentifikasi sebelum dilakukannya hubungan seksual. Beberapa perempuan dengan vaginismus sudah merasakan sakit bahkan sebelum sesuatu dimasukkan.

Jika belum ada yang dimasukkan sudah merasakan sakit, apalagi jika dilakukan penetrasi? Perempuan dengan vaginismus tersebut sudah tentu menderita. Ia akan merasakan sakit luar biasa. Penyebab sakit saat berhubungan intim ini bukanlah karena psikis, lho. Hal ini murni karena otot vagina mengejang dan kaku dengan sendirinya.

Penyebab Vaginismus


dr. Robbi Asti Wicaksana, SpOG menjelaskan melalui akun instagram yang dikelolanya @vaginismusindonesia, bahwa hingga saat ini tidak ada fakta ilmiah yang bisa menyebutkan penyebab vaginismus. Vaginismus pun hanya bisa diketahui jika pasien memeiliki keluhan. Artinya, vaginismus sendiri tidak dapat terdeteksi kecuali perempuan tersebut menggunakan tampon, telah aktif berhubungan seksual, atau pernah melakukan pemeriksaan lain di vagina dan muncul gejalanya.

Seringkali perempuan dengan vaginismus akan dijadikan sebagai ‘penyebab’ ia menderita penyakit tersebut. Seolah sang perempuan-lah yang disalahkan karena otot vaginanya tidak bisa rileks. Dr. Robbi juga menjelaskan bahwa perempuan vaginismus memiliki rangsan dan respon seksual yang wajar. Seperti bergairah, mengeluarkan pelumas dari vagina, dan memiliki keinginan berhubungan seksual. Tetapi, otot vaginanya lah yang memang kaku tanpa bisa dikontrol.

Gejala Vaginismus

Gejala yang utama adalah rasa sakit, perih atau panas terbakar saat dilakukannya penetrasi pada vagina. Di beberapa perempuan, vagina bahkan seperti menolak penis. Rasa sakit yang dialami juga merupakan rasa sakit yang luar biasa dan tidak terbendung.

Kondisi Psikis Penderita Vaginismus


Perempuan memiliki stigma di masyarakat bahwa perempuan harus melayani suami lahir dan batin. Maka jika ia tidak berhasil, ia seolah dicap durhaka. Kenyataannya, vaginismus bukanlah sesuatu yang diinginkan atau direncakan. Ia bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Hal ini yang membuat perempuan malu bahkan enggan untuk menceritakan masalahnya atau sekedar pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Belum lagi, stigma ini akan menjadikan kondisi psikis perempuan semakin menurun dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri.

Jenis Vaginismus

Vaginismus terbagi menjadi dua, yaitu vaginismus primer dan sekunder. Vaginismus primer merupakan vaginismus yang terjadi terus menerus dari awal penderita mencoba memasukkan benda ke vaginanya. Sedangkan vaginismus sekunder merupakan vaginismus yang dialami perempuan yang sebelumnya sudah pernah melakukan penetrasi dan baik-baik saja, kemudian menjadi tiba-tiba mengidap vaginismus. Pada banyak kasus terjadi setelah melahirkan, baik melalui persalinan normal maupun Caesar.

Terapi Vaginismus


Berkaca dari kemungkinan dikucilkannya perempuan dengan vaginismus, atau penurunan rasa percaya diri yang cukup drastis, maka terapi vaginismus haruslah dari dua sisi, yaitu fisik dan mental. Namun sebagai terapi paling awal, pasien akan diberikan dilatasi berbantu, yaitu latihan peregangan otot vagina dengan menggunakan alat. Yang melakukan ini adalah dokter kandungan.

Bila sudah melalui fase ini, berikutnya, dilatasi tetap harus dilakukan. Selanjutnya, pasien harus melakukan dilatasi mandiri dibantu oleh pasangannya. Proses ini dilakukan untuk membantu otot vagina lebih luwes dan kembali ke fungsi awalnya. Peranan pasangan juga tak kalah penting disini. Selain untuk membantu proses latihan, pasangan juga bersifat menguatkan mental penderita vagisnismus agar tidak merasa sendirian.

Berikutnya adalah konseling. Pasien dirujuk ke dokter spesialis kejiwaan untuk berkonsultasi mengenai perasaannya selama mengidap vaginismus. Rasa hancur, terkucilkan, tidak berani, putus asa, dan emosi negatif lainnya diluapkan sebagai bagian dari proses penyembuhan. Terutama karena penderita vaginismus dianggap bersalah, tidak mampu melayani suaminya. Padahal, sejatinya penderita vaginismus bukan tidak mau, mereka tidak bisa karena kondisi fisiknya memang demikian. 

Stigma negative bisa juga datang dari tenaga kesehatan yang kurang tepat menangani, sehingga pengidap vaginismus bukan mendapat solusi malah mendapat sakit hati. Latihan fisik akan menyembuhkan vaginismus, sedangkan konseling psikis akan mengembalikan rasa berharga pada diri pasien pengidap vaginismus.

Setelah Proses Terapi

Usai pasien melakukan terapi dilatasi berbantu, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian-rangkaian lain, penderita vaginismus bisa merasakan vaginanya bekerja normal. Tidak lagi ada kesulitan saat penetrasi dan hubungan seksual dapat berjalan sebagaimana mestinya. Rata-rata pasien penyintas vaginismus merasakan kelegaan secara psikis setelah sembuh karena mereka berhasil melawan penyakit yang menyerang fisik dan mental perempuan. Mereka juga memulai program kehamilan dan bersama pasangan memulai hidup yang baru.

Meski begitu, ada banyak juga pasangan yang belum memahami bahwa vaginismus bukanlah aib atau kesalahan perempuan. Suami atau keluarga yang kurang mendukung biasanya akan mengintimidasi dan menyalahkan istri pengidap vaginismus. Tak jarang, istri dicerai karena dianggap tidak bisa melayani suami

Jika kamu adalah seorang perempuan, sudah pernah penetrasi tapi tiba-tiba mulai kesulitan atau belum berhasil melakukan penetrasi sama sekali karena vaginamu seolah ‘menolak’, periksakan kondisimu pada tenaga kesehatan yang tepat dan mengerti betul tentang kondisi ini. Ingatlah bahwa secara normal dan dalam keadaan tegang sekalipun vagina bisa dimasuki dengan benda seperti penis, tampon, jari atau alat USG transvaginal. Sehingga vaginismus bukanlah bagian dari vagina tidak rileks.

Editor: Dwi Ratih