Ibupedia

Akibat Faktor Genetik, Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Lho!

Akibat Faktor Genetik, Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Lho!
Akibat Faktor Genetik, Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Lho!

Dibanding teman seusianya, kenapa ya si kecil terlihat lebih pendek? Jangan-jangan, tubuh anak pendek jadi tanda bahwa ia stunting, nih! Eits, sebaiknya jangan buru-buru melabeli anak stunting ya, Bu!

Sebab, postur tubuh anak pendek belum tentu menandakan bahwa ia benar-benar stunting, lho! Apalagi kalau tidak ada masalah dengan tumbuh kembang lainnya.

Belum lagi, tanda stunting pada anak bukan cuma dilihat dari postur tubuhnya yang pendek. Tubuh anak pendek bisa jadi akibat faktor genetis dari orang tua.

Sebenarnya cara membedakan anak pendek akibat genetis dan anak pendek akibat stunting cukup mudah kok, Bu. Cara membedakannya hanya dengan melihat kondisi kesehatan yang menyertainya.

Untuk lebih jelasnya mengenai anak pendek, kita simak terlebih dahulu dalam ulasan berikut, yuk!

Apa itu stunting?


Stunting merupakan masalah kesehatan anak yang saat ini masih menjadi konsentrasi utama pemerintah Indonesia. Hal ini karena, stunting dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang bagi anak-anak, terutama keterlambatan tumbuh kembang yang juga dapat memengaruhi fungsi otak.

Mengutip dari website Kementerian Kesehatan RI stunting sendiri adalah, kondisi gagal tumbuh (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama. Biasanya dimulai sejak hamil, hingga anak berusia 2 tahun.

Kondisi ini, akhirnya makin parah, karena tidak berimbangnya kejar tumbuh (catch up growth) yang sesuai. Dengan kata lain, stunting merupakan kondisi ketika seorang anak mengalami masalah gizi yang sangat kronis.

Menyebabkan anak gagal tumbuh akibat kekurangan nutrisi. Salah satu ciri anak stunting adalah dapa dilihat dari tinggi badannya. Bisanya anak stunting punya ciri khas perawakan yang khas, yaitu anak pendek.

Meski masih jadi issue utama di negara kita, namun berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahu. 2022. Pemerintah berharap, angka ini akan terus turun seiring dengan kerja keras pemerintah dalam mengedukasi masalah stunting pada seluruh orang tua di Indonesia.

Berikut ini beberapa tanda dan gejala stunting yang bisa jadi perhatian orang tua:

  • Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat bahkan sangat lambat
  • Berat badan di bawa rata-rata dari anak seusianya, namun patokan berat badan normal antara anak perempuan dan laki-laki tetap berbeda
  • Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
  • Dari tampilan wajah, anak stunting tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Mengalami keterlambatan pubertas
  • Anak terlihat lesu dan tidak pernah bersemangat menjalani kegiatan sehari-hari. Tampak seperti anak sedang sakit
  • Tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang saat berbicara
  • Postur tubuh anak pendek (ini merupakan tanda stunting yang khas).

Tapi, anak pendek belum tentu stunting, lho!


Menurut para ahli dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebelum melabeli anak stunting akibat tubuh anak pendek, ada baiknya cek dulu kondisi kesehatannya secara menyeluruh. Seperti memantau tinggi dan berat badan anak, apakah sudah sesuai kurva pertumbuhan dan lain sebagainya.

Seorang anak dikatakan pendek, apabila tinggi badan atau panjang badan di usianya, berasa si bawah kurva pertumbuhan standar anak dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). IDAI juga menjelaskan, tubuh anak pendek nggak berarti ia dipastikan stunting.

Sebab, anak pendek bisa jadi disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Terlebih jika anak tidak mengalami masalah kesehatan, gangguan kecerdasan dan daya tahan tubuhnya tergolong normal.

Parents juga nggak perlu khawatir, anak pendek karena faktor genetis maupun lingkungan, sejatinya merupakan aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga perawakan pendek dapat diatasi. Anak pendek akibat faktor genetis dan lingkungan biasanya juga dikaitkan dengan penyebab lain:

  • Status gizi Ibu
  • Pola pemberian nutrisi pada anak
  • Kebersihan lingkungan
  • Seberapa sering anak mengalami sakit akibat infeksi
  • Genetik/hormonal.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa untuk membedakan anak pendek akibat stunting dan anak pendek akibat faktor genetis/lingkungan, bisa dengan rutin mengukur pertumbuhan anak. Lalu bandingkan dengan kurva pertumbuhan dari standar WHO di KIA.

Jika panjang dan tinggi anak berada di bawah garis merah -2, maka hal ini menandakan bahwa anak pendek akibat stunting. Tapi, semua ini tetap perlu dilihat dari kondisi kesehatan yang menyertainya juga ya Bu.

Ciri anak pendek akibat genetis dan stunting


Nggak perlu khawatir ya Bu, sebab dikutip dari Medline Plus menurut penelitian dari banyak dokter anak di dunia, sebanyak 80% kondisi tinggi badan anak dikaitkan dengan faktor genetik dari orang tua.

Akan tetapi, karena tinggi badan anak ditentukan oleh berbagai varian gen, cukup sulit untuk memprediksi secara akurat seberapa tinggi seorang anak nantinya. Pewarisan gen ini hanya bisa membantu menjelaskan, mengapa anak bisa tumbuh tinggi atau pendek seperti orang tuanya.

Namun, uniknya, terdapat pula kombinasi varian gen yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan saudara kandung memiliki tinggi badan yang berbeda. Tinggi badan dipengaruhi oleh mekanisme biologis lainnya (seperti hormon) yang mungkin juga ditentukan oleh genetika, meskipun peran keduanya belum sepenuhnya diyakini oleh para peneliti.

Tapi yang pasti, ciri anak pendek akibat genetis dan stunting jelas berbeda ya Bu. Berikut adalah gambaran kecil mengenai hal tersebut:

Anak bertumbuh pendek akibat genetis:

  • Kecerdasan otak normal
  • Tidak memiliki gangguan kesehatan tertentu
  • Anak tetap terlihat aktif bergerak dan berprestasi
  • Daya tahan tubuh normal
  • Terlihat sehat dan punya nafsu makan yang baik

Anak pendek akibat stunting:

  • Cenderung ringkih dan gampang sakit
  • Kerap mengalami gangguan kesehatan (infeksi berulang) yang cukup kronis
  • Mengalami gangguan tumbuh kembang, kecerdasan otak juga terganggu
  • Bertubuh pendek, berat badan kurus dan jika diukur berada di bawah kurva standar WHO
  • Anak terlihat lesu, tidak aktif bergerak dan tidak fokus saat diajak berbicara.

Meski anak pendek belum tentu stunting, namun Ibu tetap perlu berusaha memaksimalkan tumbuh kembangnya dengan memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya. Kecukupan nutrisi ini, sedikit banyak cukup berperan dalam meningkatkan tinggi badan anak nantinya.

Selain itu, untuk mencegah anak pendek akibat stunting sejatinya juga dapat dicegah, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Caranya dengan, periksa kehamilan teratur, memenuhi kebutuhan nutrisi saat hamil dan menyusui, menghindari asap rokok, melengkapi imunisasi anak, memberikan nutrisi dari ASI Eksklusif dan MPASI Adekuat, rutin memantau pertumbuhan anak dan terakhir, jika perlu berikan asupan gizi tambahan berupa suplemen apabila dibutuhkan.