Balita

Ternyata Ini Resep Rahasia untuk Tingkatkan Kecerdasan Anak

Ternyata Ini Resep Rahasia untuk Tingkatkan Kecerdasan Anak

Ibu atau Ayah mungkin sering mendengar kalau kecerdasan anak dipengaruhi oleh gen orangtuanya, terutama gen dari sang Ibu. Hal tersebut memang tidak salah. Yang salah adalah ketika orangtua menganggap kecerdasan anak itu sudah bawaan dari lahir sehingga tidak perlu distimulasi atau ditingkatkan lagi.

Kecerdasan anak sebenarnya merupakan sesuatu yang dapat diubah lo, Bu. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap cara anak berpikir, berperilaku, atau menyelesaikan masalah, yang mana kemampuan-kemampuan itu sangat berguna baginya di masa depan.

Perkembangan Otak Anak dan Pengaruhnya pada Kecerdasan Anak


Sejak sebelum lahir hingga usia 6 tahun, otak anak akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Otak mereka akan mencapai 90% dari ukuran otak dewasanya sebelum masuk taman kanak-kanak. Di periode sensitif ini, otak anak bekerja layaknya “sponge” yang mudah menyerap air. Otak anak memiliki karakteristik yang mirip dengan sponge, mudah menyerap sesuatu dari apa yang ia lihat, dengar, raba, atau rasakan.

Masa-masa itu jadi kesempatan ideal untuk anak belajar banyak hal. Tak heran kalau banyak orangtua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke tempat les, mendorong anaknya supaya cepat bisa membaca, berhitung, dan berbagai kemampuan lain. Ross A. Thompson, profesor psikologi di University of California, Davis, seperti dilansir dari WebMD, mengatakan bahwa tahun-tahun pertama seorang anak memang penting. Namun, sebaiknya orangtua tidak memburu-buru anak menguasai keterampilan tingkat lanjut yang tidak sesuai usianya.

Di tahun-tahun pertama kehidupan anak, jauh lebih penting untuk membentuk keterampilan dasar yang bisa dipelajari lewat berbagai aktivitas sederhana, seperti makan menggunakan sendok, memasukkan kelereng ke botol, memindahkan kacang ke gelas, dan lain-lain. Ini karena sirkuit yang lebih tinggi di otak (kemampuan menyelesaikan sesuatu yang rumit), tidak akan terbentuk jika sirkuit yang lebih rendah tidak terbentuk dulu.

Berbagai Tipe Kecerdasan Anak


Dr. Howard Gardner, seorang profesor terkenal di Harvard University, memaparkan adanya 9 tipe kecerdasan anak, seperti yang dikutip dari Motherly. Apa saja sih tipe-tipe kecerdasan anak?

  1. Kecerdasan linguistik dan verbal

    Bayi yang lebih menonjol tipe kecerdasan linguistik dan verbalnya akan menunjukkan kemampuan berbicara lebih awal. Ia juga senang bereksperimen dengan bahasa seperti mengoceh, mengarang lagu atau cerita. Saat sudah memasuki usia sekolah, ia juga lebih dulu bisa membaca dibanding teman-temannya. Bercerita dan mendengarkan cerita juga jadi aktivitas yang sangat ia sukai!

  2. Kecerdasan logis (logical intelligence)

    Meski mungkin anak Ibu belum bisa berbicara, tapi tanda-tanda anak memiliki kecerdasan ini bisa dilihat dari kemampuannya menyusun balok dan mainan, atau saat ia berusaha mencari cara mengambil benda yang ada di atas lemari. Tipe kecerdasan anak yang satu ini melibatkan kemampuan berpikir logis serta memecahkan suatu masalah.

  3. Kecerdasan spasial (spatial intelligence)

    Anak-anak dengan tipe kecerdasan ini sangat menyukai kegiatan menggambar atau yang berhubungan dengan seni lukis. Ia juga suka melihat buku-buku bergambar atau foto. Selain itu, kecerdasan anak satu ini juga membuat mereka mampu mengingat pengalaman yang telah mereka lalui, seperti ketika ia bisa menyebutkan kembali hewan yang ia temui saat perjalanan pulang dari taman bermain kemarin.

  4. Kecerdasan tubuh dan gerak (body and movement)

    Ada anak yang mungkin mengalami keterlambatan bicara jika dibandingkan saudara kandung atau sepupu-sepupunya. Tapi bisa jadi ia lebih dulu bisa berjalan serta memiliki keseimbangan yang lebih baik. Anak dengan tipe kecerdasan ini akan terlihat senang bergerak dan menguasai banyak gerakan yang melibatkan motorik kasar, lebih cepat daripada anak seusianya yang lain. Di masa depan, anak seperti ini biasanya menyukai olahraga.

  5. Kecerdasan bermusik

    Kecerdasan anak yang satu ini bisa dilihat dari hobi anak yang suka menciptakan nada lagu dari benda-benda di sekelilingnya, misalnya ember, panci, atau apapun yang suaranya nyaring. Mereka juga akan suka sekali bernyanyi.

  6. Kecerdasan interpersonal

    Anak dengan kecerdasan interpersonal biasanya menunjukkan sifat supel terhadap orang lain. Bersosialisasi bukan hal yang menakutkan bagi mereka, malah itu bisa jadi kegemaran mereka. Ia tidak menunjukkan kesulitan saat harus berbicara dengan orang asing, tidak menangis saat hari pertama masuk sekolah, dan menyukai kegiatan yang dilakukan bersama teman-temannya.

  7. Kecerdasan intrapersonal

    Maksud dari kecerdasan anak ini adalah ketika anak pandai membaca emosi mereka sendiri dan memikirkannya secara mendalam. Mereka mudah menempatkan diri karena selalu tahu kapan mereka sedih, marah, malu, dan lain sebagainya, serta tahu alasannya. Beberapa anak harus dibantu orangtua untuk memahami perasaan mereka dengan memperjelas apa yang mereka rasakan, seperti “Oh, adek marah ya? Maaf ya Ibu tadi nggak sengaja”. Anak dengan kecerdasan intrapersonal, biasanya lebih mampu memahami perasaannya sendiri.

  8. Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence)

    Apakah anak Ibu akan berhenti ketika melihat bekicot di taman? Atau ia sangat suka bermain lumpur? Apakah ia selalu berusaha ke luar untuk beraktivitas outdoor? Jika begitu, mungkin ia termasuk anak yang tipe kecerdasan naturalisnya menonjol. Anak dengan kecerdasan ini akan suka berkebun, lari-larian di taman, atau mengunjungi kebun binatang. Mereka sangat suka dekat dengan alam.

  9. Kecerdasan Spiritual (kecerdasan eksistensial)

    Biasanya anak akan cenderung menunjukkan ketertarikan terhadap filsafah kehidupan. Seperti, "Untuk apa manusia hidup?", n"Mengapa manusia mati?", "Apa makna kehidupan?", dsb.

Gimana sih Cara Meningkatkan Kecerdasan Anak?


Saat ini, tidak sedikit produk yang dijual dengan embel-embel marketing yang katanya bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak, mulai dari buku, video edukasi, mainan, software, sampai games. Tapi nyatanya, banyak dari produk tersebut yang justru ditemukan tidak efektif. Kemampuan bicara anak misalnya, itu merupakan hasil dari ia mengamati orang dewasa di sekitarnya bicara, bukan dari TV.

Mayoritas para ahli di bidang perkembangan anak malah tidak ada yang menggembar-gemborkan mainan atau program komputer paling canggih sekalipun, yang klaimnya bisa meningkatkan kecerdasan anak. Mereka justru lebih mendorong orangtua untuk melakukan hal-hal sederhana di bawah ini, jika ingin anaknya tumbuh lebih pintar.

  1. Meningkatkan hubungan atau bonding dengan anak

    Anak akan lebih sulit belajar dan menerima informasi jika ia memiliki kualitas hubungan yang buruk dengan orangtua atau pengasuhnya. Membina hubungan baik dengan anak dan sebisa mungkin selalu berada di dekat anak di masa-masa awal perkembangannya sangat membantu perkembangan otaknya. Ini karena neuron dalam otak bisa terhubung melalui koneksi sosial dan bahasa.

    Salah satu cara agar bisa terhubung dengan anak adalah dengan mendengarkan dengan saksama setiap mereka bicara serta melakukan kontak mata. Bisa juga dengan menunjukkan ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, atau sinyal nonverbal lain untuk memberi tahu anak kalau Ibu tertarik berinteraksi dengan mereka. Saat anak sudah lebih besar, Ibu dapat menanyakan kegiatannya agar hubungan baik itu tetap terjaga.

  2. Beri ruang yang nyaman dan aman untuk anak

    Tak hanya dengan membina hubungan baik dengan anak, agar bisa meningkatkan kecerdasan anak, orangtua juga perlu memberikan ruang yang nyaman dan aman untuk anak bisa mengeksplor dunianya. Saat anak-anak merasa terancam, amygdala (bagian otak yang mengatur emosi) akan menciptakan respons lawan atau lari. Reaksi ini mengesampingkan pemikiran rasional dengan “menutup” bagian otak yang berpikir. Anak jadi tidak bisa berpikir jernih dan rasional, karena yang ada di otaknya hanya fokus ke dua pilihan tadi, mau melawan atau lari. Kondisi ini jika terus berlanjut akan rentan membuat anak stres dan berpengaruh pada proses pembelajarannya.

  3. Ajak anak beraktivitas fisik dan bereksplorasi dengan dunianya

    Otak adalah satu-satunya organ dalam tubuh yang membentuk dirinya sendiri melalui pengalaman. Dengan pengalaman, otak bisa mengubah dan mengatur ulang struktur fisiknya. Banyak orangtua menganggap kalau mau anak pintar yang “diisi” pengetahuan. Padahal cara kerja otak bukan seperti itu, terutama pada anak-anak. Pembelajaran yang terbaik adalah melalui keterlibatan fisik. Bermain menjadi cara anak-anak belajar.

    Mengajak anak berkebun, menghitung daun yang jatuh di taman, menyortir buah-buahan, akan lebih efektif membuat anak belajar ketimbang menyuruhnya duduk diam menghafal penjumlahan. Berbagai pengalaman di dunia nyata sangat baik bagi kecerdasan anak.

  4. Rajin membaca buku bersama anak

    Rajinlah membaca buku bersama anak, bukan membacakan buku anak. Ajak anak duduk bersama membaca buku yang ia suka, tanpa distraksi sama sekali. Anak-anak yang orangtuanya sering mengajak membaca buku setiap hari, cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi. Apalagi jika proses membaca itu disertai dengan proses interaktif. Orangtua bisa mengajukan pertanyaan terkait cerita di dalam buku untuk memancing kemampuan berpikir kritis si anak. Gunakan juga suara dan emosi yang berbeda saat Ibu atau Ayah membaca buku bersama anak.

  5. Fokus pada usaha anak, bukan hasil


    Masih banyak orangtua yang akan berkomentar “Wah, kamu dapat nilai A ya! Pintar banget!” saat anaknya berhasil dalam ujian. Komentar tersebut sekilas memang positif, karena berisi pujian. Padahal dengan berkomentar seperti itu, Ibu hanya akan fokus pada hasil yang diperoleh anak, bukan usahanya. Maka ketika anak suatu saat mengalami kegagalan, ia akan terpuruk dan lebih sulit bangkit untuk mencoba lagi. Ini tentu akan mengganggu proses belajarnya. Ia jadi sulit menikmati proses, kurang suka tantangan, dan lebih fokus pada hasil.

    Ketimbang memujinya, orangtua bisa bertanya “Kamu belajar apa di kelas tadi?”, atau “Apa pertanyaan dalam ujian yang sulit? Mau coba dibahas bareng?”.

  6. Memberi anak waktu tidur yang cukup

    Ini mungkin terlihat simpel, namun sebenarnya berpengaruh besar pada kemampuan belajar anak. Kita saja orang dewasa akan lebih sulit berpikir jika kurang tidur. Hal yang sama juga dirasakan anak ketika waktu tidurnya kurang. Perkembangan otaknya akan terganggu jika mereka tidak cukup tidur.

  7. Memastikan asupan gizi dan nutrisi anak tercukupi

    Seperti yang sudah disinggung di awal, asupan gizi dan nutrisi akan sangat berpengaruh pada kecerdasan anak. Orangtua tidak hanya perlu memastikan anak cukup makan saja, tapi pastikan juga anak mendapat nutrisi lengkap terutama di masa tumbuh kembangnya. Salah satu kandungan dalam makanan yang sangat baik bagi perkembangan otak adalah omega 3. Omega dapat ditemukan di berbagai jenis ikan, bayam, brokoli, serta buah-buahan seperti blueberry, blackberry, strawberry, dan kacang-kacangan seperti kenari.

    Selain omega 3, penting juga memberikan anak asupan kaya protein, karena protein mengandung asam amino yang dapat mendukung tumbuh kembang otak.

Faktor-faktor Penghambat Kecerdasan Anak


Selain cara-cara meningkatkan kecerdasan anak, ternyata ada juga beberapa kebiasaan yang ternyata justru dapat jadi penghambat kecerdasannya lo. Apa saja?

  • Anak kurang mendapat nutrisi dan waktu tidur yang cukup

    Karena nutrisi berperan penting bagi perkembangan otak anak, kekurangan nutrisi dapat menjadi penyebab terhambatnya potensi kecerdasan anak. Anak yang sering dibiarkan kelaparan, akan kesulitan berpikir dan belajar.

    Anak yang kurang tidur juga cenderung tidak semangat beraktivitas, termasuk belajar dan mengeksplor dunianya. Dalam studi yang pernah dilakukan Touchette dan kawan-kawan pada 2007, terhadap anak-anak di Kanada usia 2,5 hingga 6 tahun, disebutkan bahwa anak-anak yang kurang tidur saat balita menunjukkan kinerja yang lebih buruk pada tes perkembangan saraf ketika mereka berusia 6 tahun.

  • Kurangnya stimulasi di lingkungan sekitar anak

    Anak butuh stimulasi untuk dapat memahami dunia dan lingkungan sekitarnya. Anak yang masih bayi mungkin memang belum bisa melihat jelas, berbicara, atau berjalan. Namun, bukan berarti mereka tidak belajar. Sebelum bisa berbicara bayi akan belajar mencerna percakapan orang dewasa. Sebelum melihat jelas, penglihatan bayi sensitif terhadap warna-warna kontras, orangtua bisa menunjukkan buku atau benda yang warnanya hitam putih. Jika bayi kurang stimulasi, ia akan sulit belajar, sehingga perkembangan kecerdasannya pun tidak optimal.

  • Anak terlalu banyak screen time atau kecanduan gadget

    Meski saat ini kita tidak mungkin sepenuhnya menghapuskan TV atau gadget dari kehidupan, namun orangtua tetap perlu memberi batasan jelas dan tegas kepada anak terkait penggunaan gadget. Terlalu banyak screen time akan membentuk anak ke mode reseptif. Ini sama saja menjauhkan mereka dari interaksi alami dengan dunia nyata yang sangat penting bagi perkembangan otaknya.

  • Anak mengalami trauma atau stres

    Memastikan anak berada dalam kondisi mental yang baik juga dapat membantu mendukung proses belajarnya. Anak yang mengalami trauma atau stres karena ada tekanan akan kesulitan belajar karena fokusnya ada pada masalahnya, bukan pada pembelajaran. Biasanya mereka akan menunjukkan rasa stresnya ini dengan jadi lebih pendiam, tidak bersemangat, tidak ekspresif, serta malas belajar.

    Jika anak Ibu mengalami ini, observasi tekanan yang dihadapi anak. Bila perlu, hubungi dokter anak atau psikolog anak untuk tindakan lebih lanjut.

  • Kurangnya perhatian yang diberikan orangtua atau keluarga

    Kurang perhatian juga bisa jadi faktor penghambat kecerdasan anak. Seperti yang sudah disinggung di bagian cara-cara meningkatkan kecerdasan anak di atas, bahwa hubungan baik yang terjalin antara orangtua atau pengasuh dengan anak dapat berpengaruh pada proses perkembangan otaknya. Kurang perhatian dapat membuat anak merasa tidak berharga, atau mungkin malah bingung, sehingga fokusnya ada pada rasa kesepiannya, bukan pada hal-hal di sekitar yang dapat menstimulasi kecerdasannya.

    Terlalu sering menyebut anak “pintar” ternyata juga dapat menyebabkan potensi kecerdasan anak terhambat, lo! Hal itu justru dapat meyakinkan anak bahwa kecerdasan adalah anugerah genetik, bukan keterampilan yang dapat diasah. Anak-anak yang sering dipuji “pintar” akan berpikir kecerdasannya bersifat tetap, sehingga ia akan sulit ketika mengalami kegagalan.

Di sini penting bagi orangtua untuk lebih fokus pada proses yang dilalui anak, seperti membahas pelajarannya di sekolah, menanyakan isi buku yang mereka baca, dibanding hanya memuji anak karena berhasil dalam ujian atau menyelesaikan bukunya.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih