Kesehatan

Kebiasaan Anak Bernapas Lewat Mulut, Waspada Dengan Long Face Syndrome

Kebiasaan Anak Bernapas Lewat Mulut, Waspada Dengan Long Face Syndrome

Tiap anak dilahirkan dengan bentuk wajah yang unik. Ada yang berwajah bulat, oval dan juga panjang. Masing-masing bentuk wajah juga memengaruhi penampilan mereka.

Tapi, pernahkah Ibu mendengar apa itu sindrom wajah panjang atau long face syndrome? Pada anak dengan kondisi long face syndrome, terkadang bikin raut wajahnya terlihat mengantuk dan sulit menutup mulut, akibat struktur bagian mulut bawah yang tampak tertarik ke belakang.

Long face syndrome atau adenoid face konon bisa menyebabkan wajah anak jadi gagal glow up saat dewasa. Nggak hanya memengaruhi penampilan, fenomena long face syndrome ini juga bisa menimbulkan beragam gangguan kesehatan.

Misalnya saja seperti kesulitan bernapas, yang menyebabkan si kecil terbiasa bernapas lewat mulut. Bahkan, long face syndrome disebut-sebut juga jadi penyebab anak-anak dengan rhinitis alergi sulit sembuh, lho!

Untuk itu, yuk kenalan lebih jauh lagi mengenai long face syndrome dalam ulasan berikut!

Apa itu long face syndrome atau adenoid face?


Photo source: Dr Jevee Kanagalingam | ENT Specialist Singapore

Dikutip dari Healthline secara keseluruhan, long face syndrome adalah suatu kondisi yang menyebabkan wajah anak terlihat lebih panjang dan sempit. Sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Ketika seseorang menderita long face syndrome, maka sepertiga bagian bawah wajahnya, termasuk rahang dan dagu akan terlihat lebih panjang dari standarnya normalnya. Seringkali, penderita long face syndrome ini juga memiliki gusi bagian atas yang sangat terlihat saat mereka tersenyum.

Beberapa orang juga memiliki kulit di bawah mata yang menjadi gelap berkantung, serta bibir jadi menebal. Ciri-ciri fisik long face syndrome juga umumnya sangat kecil dan tidak disadari sama sekali.

Akan tetapi, long face syndrome yang tidak diobati dapat menimbulkan masalah, karena sepertiga bagian bawah wajah jadi tertarik dari bagian wajah lainnya. Hal ini tentu akan memengaruhi cara orang bernapas, makan, dan berbicara.

Sehingga, long face syndrome juga erat kaitannya dengan beragam komplikasi seperti:

  • Mendengkur dan mengalami apnea saat tidur
  • Anak terlihat sangat lelah atau tidak pernah merasa istirahat sepenuhnya
  • Ketidaksejajaran rahang
  • Gigi tumbuh berjejal
  • Gigi aus atau mudah patah.

Apa penyebab dari long face syndrome? 


Menurut sebuah penelitian tahun 2015 berjudul, Long face syndrome: a literature review disebutkan bahwa, faktor penyebab long face syndrome yang paling utama memang berasal dari genetik alias keturunan. Namun, faktor lingkungan belakangan ini juga diketahui juga berkaitan dengan perkembangan long face syndrome.

Faktor lain yang jadi penyebab long face syndrome yang juga dicurigai oleh para ahli adalah:

  • Kebiasaan bernapas lewat mulut, karena hidung sering tersumbat
  • Adanya kelenjar gondok
  • Rhinitis alergi
  • Kebiasaan mengunyah makanan di gigi bagian depan
  • Bau mulut bisa jadi akibat sinusitis kronik yang berlangsung lama, tanpa pengobatan
  • Lemahnya otot rahang yang berfungsi dalam mengunyah makanan
  • Kebiasaan membuka mulut saat tidur
  • Berhenti bernapas selama beberapa detik saat tidur (obstructive sleep apnea)
  • Muncul infeksi telinga, cairan telinga tengah, dan gangguan pendengaran.

Adenoid face atau long face syndrome ini sebenarnya bisa terjadi sampai anak dewasa. Namun, struktur rahang anak mungkin juga akan punya bentuk yang cukup parah, apabila kondisi ini tidak segera ditangani sebelum anak beranjak dewasa.

Apa hubungan antara long face syndrome dengan rhinitis alergi?

Long face syndrome konon erat kaitannya dengan rhinitis alergi. Hal ini karena, adanya pembengkakkan pada kelenjar adenoid atau yang akrab dikenal dengan istilah adenoid hypertherapy (AH).

Mengutip dari Kids Health AH menyebabkan kelenjar adenoid membengkak dan menimbulkan sebuah peradangan dalam kelenjar hidung atau tenggorokan bagian atas. Nah, kelenjar adenoid sendiri berfungsi sebagai sebuah perangkap untuk kuman maupun bakteri yang masuk ke hidung dan mulut.

Nah, ketika anak didiagnosa AH maka adenoidnya jadi membengkak dan bikin si kecil jadi kesulitan bernapas. Sehingga ia lebih sering bernapas melalui mulut.

AH sendiri bisa disebabkan oleh inflamasi, yang ditimbulkan oleh infeksi ataupun rhinitis alergi. Jadi, nggak heran kan Bu jika long face syndrome akibat AH sendiri seringkali dikaitkan.

Lalu, bagaimana cara mencegah long face syndrome pada anak?


Long face syndrome sedikit banyak cukup memengaruhi cara anak bernapas, mengunyah makanan dan juga cara mereka berbicara. Sehingga, penting untuk mencegah long face syndrome yang gejalanya muncul pada si kecil.

Namun, pada kasus long face syndrome dengan gejala kecil, sebenarnya nggak membutuhkan treatment khusus untuk mencegahnya. Sebab, seiring bertambahnya usia si kecil, hal ini akan menghilang dengan sendirinya.

Apalagi, long face syndrome paling mudah diatasi dengan diagnosa dini. Sebagai tindakan pencegahan sederhana, segera atasi jika si kecil mengalami hidung tersumbat, atau muncul kelenjar gondok di leher yang membuat anak terlihat selalu bernapas melalui hidung.

Karena wajah si kecil masih dalam masa pertumbuhan, biasakan anak bernapas melalui hidung untuk bantu memperbaiki kondisi wajahnya. Nantinya, seiring pertumbuhan anak, wajahnya akan berkembang secara normal.

Nah, untuk anak-anak yang usianya sudah lebih besar mungkin butuh treatment kombinasi. Misalnya dengan menjalani operasi untuk menghilangkan kelenjar gondok dan memakai kawat gigi atau bantuan ortodontik lainnya.

Treatment ini dapat mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dan memperbaiki struktur wajah. Pada beberapa kasus, operasi untuk memperbaiki penyumbatan hidung mungkin juga bisa membantu si kecil lebih mudah bernapas, namun tidak akan berpengaruh banyak terhadap kondisi long face syndrome yang ia alami.

Itu sebabnya remaja dan orang dewasa dengan long face syndrome, seringkali memerlukan operasi rahang untuk memperbaiki kondisinya dan mencegah wajah anak gagal glow up. Tentunya, tindakan operasi ini adalah opsi terakhir, karena sebelum menjalani operasi rahang, biasanya anak perlu memakai kawat gigi selama 12 hingga 18 bulan.

Kawat gigi akan membantu menyelaraskan kembali rahang dan menempatkan gigi di tempat yang tepat. Dalam beberapa kasus, kawat gigi mungkin juga sudah cukup untuk memperbaiki struktur wajah.