Kesehatan

Kehilangan Pigmentasi Akibat Vitiligo, Ketahui Penanganan Yang Tepat!

Kehilangan Pigmentasi Akibat Vitiligo, Ketahui Penanganan Yang Tepat!

Warna kulit, rambut dan mata manusia dihasilkan oleh sel pigmen tubuh yang dinamakan melanin. Sel ini, sebenarnya juga berfungsi sebagai pelindung kulit dari kerusakan akibat sinar matahari.

Biasanya, orang yang berkulit gelap atau sawo matang, bisa memiliki sel melanin yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan kulit yang cenderung lebih terang. Tapi, siapa sangka ternyata sel melanin ini juga bisa memudar, lho!

Kondisi memudarnya pigmentasi kulit ini disebut dengan penyakit vitiligo, yang bisa menimbulkan bercak putih atau kulit tampak lebih terang dari warna kulit di sekitarnya. Vitiligo bisa terjadi di beberapa spot tubuh, seperti wajah, rambut, tangan, area kelamin dan kulit di sekitar mata.

Walau bukan merupakan penyakit menular, nyatanya vitiligo bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang. Bahkan menimbulkan depresi, akibat penampilannya yang nampak berbeda dari orang normal lainnya.

Apa penyebab pasti dari vitiligo? 

Mengutip dari Mayo Clinic penyakit vitiligo disebabkan oleh hilangnya pigmentasi warna kulit akibat sel melanin berhenti memproduksi warna atau pigmen tubuh. Nah, normalnya kehilangan pigmentasi ini hanya menimbulkan efek kecil seperti, muncul bercak putih di kulit dan uban di rambut.

Namun, pada kasus vitiligo, area yang berubah warna biasanya semakin besar dari waktu ke waktu. Kondisi ini dapat memengaruhi kulit di bagian tubuh mana pun.

Vitiligo sendiri dapat memengaruhi semua orang dari semua jenis kulit, tetapi mungkin lebih terlihat pada orang dengan kulit cokelat atau hitam. Vitiligo juga bukan penyakit yang mengancam jiwa, bahkan sama sekali tidak menular.

Hingga saat ini, belum diketahui mengapa sel melanin bisa stop diproduksi oleh tubuh, hingga menyebabkan vitiligo. Namun, para ahli menduga, vitiligo erat kaitannya dengan kondisi:

  • Genetik
  • Termasuk golongan penyakit autoimun (gangguan tiroid, lupus, psoriasis, lupus dan diabetes tipe 1)
  • Kemungkinan paparan sinar matahari berlebih
  • Paparan bahan kimia
  • Faktor stres dan depresi.

Jenis vitiligo seperti dan gejalanya


Secara keseluruhan, sebenarnya vitiligo merupakan jenis penyakit kulit yang hanya dialami 1% dari seluruh populasi manusia di dunia. Mengutip dari Cleveland Clinic gejala vitiligo awalnya akan timbul di satu area tubuh dengan beberapa bercak kecil saja.

Bercak kulit atau selaput lendir yang kehilangan warna ini, tampak putih atau lebih terang dari warna kulit alami kita. Lama-lama bercak ini akan berubah menjadi warna abu-abu atau putih.

Gejalanya bisa ringan dan hanya memengaruhi sebagian kecil tubuh, atau bahkan timbul secara masif. Pada beberapa orang dengan vitiligo, mungkin juga merasakan gatal pada kulit sebelum depigmentasi dimulai.

Beberapa jenis vitiligo berikut ini, juga bisa menimbulkan gejala-gejala yang berbeda:

  • Generalized: Jenis vitiligo yang paling umum dan bisa menyebabkan bercak putih muncul di berbagai spot tubuh
  • Segmental: Jenis ini hanya memengaruhi satu sisi tubuh atau satu area saja, seperti tangan atau wajah
  • Mukosa: Memengaruhi selaput lendir mulut dan/atau alat kelamin
  • Fokal: Termasuk jenis vitiligo yang langka, di mana bercak putih berkembang dinsatu spot saja, dengan bentuk yang kecil. Bercak ini tidak menyebar, kalaupun menyebar mungkin penyebarannya cenderung lebih lambat yakni dalam 1-2 tahun
  • Trikoma: Jenis ini menyebabkan bullseye dengan bagian tengah berwarna putih atau tidak berwarna
  • Universal: Jenis vitiligo yang langka ini menyebabkan lebih dari 80% kulit Ibu kehilangan pigmentasi.

Apakah vitiligo bisa sembuh? 


Dikutip dari Everyday Health menurut Dr. Michele Green, MD, spesialis kulit dari Rumah Sakit ternama di New York, vitiligo termasuk penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang ada, hanya dapat mencegah penyebaran dan membantu memperbaiki dan meminimalisir munculnya bercak putih pada warna kulit saja.

Umumnya, vitiligo ini juga bisa memengaruhi pria maupun wanita sebelum usia 30 tahun. Beragam terapi yang bisa dilakukan sebagai cara agar vitiligo tidak menyebar antara lain adalah:

  • Terapi TCS (Topical Corticosteroid), dengan uji coba selama 3 bulan
  • Terapi TCI (Topical Calcineurin Inhibitor), menggunakan salep dan krim khusus
  • Imunomodulator Topical, yang lebih aman untuk anak-anak
  • Terapi cahaya, menggunakan sinar ultraviolet A (UVA) atau B (UVB) guna mengembalikan pigmentasi warna kulit.

Pantangan penyakit vitiligo


Lalu bagaimana ya, cara mencegah vitiligo kembali menyebar secara masif pada tubuh kita? Menurut para ahli dari American Academy of Dermatology Association, sebenarnya terdapat beberapa pantangan penyakit vitiligo yang wajib diperhatikan. Salah satunya adalah, menjaga kulit dari sengatan sinar matahari langsung.

Karena, kulit yang kehilangan pigmentasi cenderung mudah terbakar sinar matahari. Jadi pastikan kamu mengikuti pantangan penyakit vitiligo berikut ini untuk membantu mengurangi penyebaran bercak putih:

  • Pastikan menggunakan tabir surya setiap hari, terutama saat bepergian ke luar rumah. Ulangi pemakaiannya tiap 15 menit sekali
  • Gunakan pakaian tertutup yang bisa melindungi kulit dari sinar matahari berlebih
  • Jangan menggunakan tatoo alih-alih demi menutupi kekurangan. Tatoo hanya bisa menimbulkan luka baru di kulit yang dapat mengundang bercak baru di kulit
  • Jangan menggunakan tanning bed atau sun lamp
  • Jangan mengonsumsi asupan vitamin C berlebihan
  • Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menyebabkan peradangan, terutama makanan cepat saji
  • Sebaiknya, jangan menggunakan foundation secara berlebihan
  • Perbaiki pola makan agar imun bisa berkembang lebih baik
  • Jaga kesehatan mental
  • Ikut komunitas khusus vitiligo guna mendapatkan support sistem yang bisa memberikan semangat baru.

Meskipun, perawatan vitiligo bisa mencegah penyebaran bercak putih, namun vitiligo juga bisa meningkatkan risiko tubuh dalam mengembangkan beberapa penyakit lain, seperti penyakit tiroid. Karenanya, konsultasi ke dokter kulit, dapat membantu menilai risiko dan membantu menegakkan diagnosa yang tepat.