Kesehatan

Sering Salah Baca, Ini Cara Pakai Oximeter Yang Benar

Sering Salah Baca, Ini Cara Pakai Oximeter Yang Benar

Sejak pandemi Covid-19 ada di Indonesia, ada beberapa peralatan yang wajib kita miliki di rumah. Selain thermometer atau thermogun, salah satu alat kesehatan yang wajib dimiliki di rumah adalah oximeter.

Oximeter sendiri dianggap mampu membantu kita dalam mendeteksi atau mengukur saturasi oksigen di dalam darah manusia tanpa menimbulkan rasa sakit. Dengan alat ini, seseorang dapat mengetahui berapa kadar oksigen yang beredar dalam darah hingga ke jantung atau lengan dan kaki.

Oximeter juga merupakan alat yang cukup praktis di gunakan di rumah. Bahkan berkat bantuan oximeter seorang pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri di rumah bisa ditangani dengan cepat ke rumah sakit apabila saturasi oksigennya turun.

Lalu bagaimana cara pakai oximeter yang benar di rumah? Bagaimana pula cara membaca oximeter yang tepat? Simak ulasannya berikut ini yuk Bu.

Alat Oximeter digunakan untuk apa?


Oximeter (pulse oximeter) merupakan alat pengukur kadar oksigen dalam darah. Alat ini penting untuk dimiliki karena kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh pasien Covid-19 umumnya tidak menimbulkan gejala.

Karenanya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar alat oximeter harus dimiliki bagi pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebab, turunnya kadar oksigen di dalam tubuh akan sangat berbahaya bagi pasien Covid-19.

Diketahui, angka normal oximeter berkisar antara 95-100%. Apabila kadar oksigen Ibu di bawah 90%, maka kadar oksigen Ibu termasuk rendah dan harus mendapat pertolongan medis. Nah, fungsi dari alat oximeter ini adalah untuk mengetahui kadar oksigen harian sejak dini.

Mengenai bentuknya, alat oximeter hanya seukuran jempol orang dewasa saja. Namun ukurannya yang sangat kecil justru memiliki manfaat besar bagi seseorang.

Alat oximeter pun nggak hanya perlu digunakan oleh pasien Covid-19 saja ya Bu. Manfaat oximeter sendiri sangat penting terutama untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah yang bisa menurun akibat berbagai kondisi atau penyakit lain, seperti:

  • Asma;
  • Gagal napas;
  • Pneumonia;
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK);
  • Gagal jantung; dan
  • Anemia.

Cara pakai Oximeter yang benar


Alat ini umumnya berbentuk klip yang digunakan dengan cara dijepitkan di jari tangan. Melansir Healthline setelah alat ini terpasang, sensor pada alat oximeter akan mengevaluasi jumlah sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Nah, pada alat oximeter terdapat layar monitor kecil. Pada layar monitor tersebut, akan ditampilkan hasil pengukuran kadar oksigen dalam darah.

Supaya alat oximeter bekerja dengan falid, berikut ini adalah beberapa tips dan cara pakai oximeter dengan benar:

  • Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan oximeter;
  • Pastikan kuku dalam kondisi bersih, tidak panjang, dan hindari penggunaan cat kuku berwarna gelap atau kuku palsu;
  • Hangatkan jari tangan, terutama jika jari terasa dingin;
  • Nyalakan oximeter dan posisikan jari, baik jari telunjuk, jari tengah, atau ibu jari, di antara capit oximeter; dan
  • Setelah oximeter terpasang, diam dan tunggu selama beberapa detik hingga alat berhasil mengukur kadar oksigen dalam darah.

Yang perlu diperhatikan saat menggunakan alat oximeter


Alat ini menggunakan cahaya sebagai pendeteksi oksigen dalam tubuh. WHO menyebutkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan oximeter yakni:

  • Pastikan posisi jari berada pas di antara capit oximeter. Hal ini penting dilakukan agar sinar atau cahaya oximeter bisa bekerja dengan benar dan mengukur kadar oksigen secara maksimal.
  • Saat menggunakan oximeter di jari, pastikan tidak sedang menggunakan cat kuku atau pewarna, karena akan mengganggu kinerja oximeter.
  • Hindari cahaya berlebihan karena akan mempengaruhi kinerja oximeter.
  • Jangan bergerak berlebihan ketika menggunakan oximeter agar kinerja lebih akurat.

Cara membaca oximeter


Cara membaca oximeter bisa dilakukan dengan melihat kadar saturasi oksigen (SpO2) dan PRbpm pada pulse oximeter. Apabila tingkat SpO2 95% maka termasuk normal.

Lalu apa guna PRbpm pada oximeter? PRbpm berfungsi untuk mengukur denyut nadi dan mengetahui berapa kali jantung berdetak selama 1 menit. PRbpm dikatakan normal apabila berkisar antara 60-100 bpm.

Membedakan oximeter palsu dan asli


Belakangan ini beredar alat oximeter palsu di pasaran. Tentu hal ini membuat resah masyarakat terutama pengidap Covid-19 yang sedang isoman di rumah.

Namun, melansir Bussines Insider ada cara yang bisa dilakukan untuk membedakan oximeter palsu dan asli diantaranya sebagai beriku:

1. Tes dengan memasukan jari

Jika panel pembaca menunjukkan grafik, bisa dibilang oximeter asli. Namun, bila oximeter hanya menunjukkan angka kadar oksigen, tanpa grafik, bisa jadi alat tersebut palsu. Agar yakin, cobalah ulangi pengukuran hingga tiga kali. 

2. Lilitkan benang pada jari

Cobalah ukur kadar oksigen dengan memasukkan jari ke oximeter. Lalu, lilitkan dan ikat seutas benang di pangkal telunjuk yang agak erat, hingga aliran darah ke jari melambat. Kemudian, cobalah masukkan telunjuk ke oximeter untuk melakukan pengukuran. Bila hasil pengukuran berkurang dari sebelumnya, oximeter tersebut asli. Sebaliknya, jika hasil tetap atau justru bertambah naik, bisa jadi alat tersebut adalah oximeter palsu.

3. Cek sertifikasi dan curigai harga murah

Selain mencurigai harga yang terlampau murah dari harga pasaran, Ibu perlu mengecek sertifikasi oximeter sebelum membelinya. Sertifikasi oximeter yang dapat dipercaya adalah dari FDA (US Food and Drug Administration), RoHS (Restriction of Hazardous Substances Directive 2002/95/EC), dan juga CE (Conformité Européenne).

4. Wajib teliti sebelum membeli

Sangat enting untuk tidak hanya berpatokan pada harga dan telitilah sebelum membeli oximeter. Selain mengecek sertifikasi, penting juga untuk memilih oximeter dengan fitur yang mumpuni. Misalnya, yang menyajikan pembacaan yang akurat, memiliki layar yang cerah atau jernih, dan terbuat dari bahan yang tahan lama.

Editor: Dwi Ratih