Konsepsi

Anak Pancingan Bikin Ibu Cepat Hamil? Fakta Atau Mitos, Ya?

Anak Pancingan Bikin Ibu Cepat Hamil? Fakta Atau Mitos, Ya?

Setiap pasangan yang telah menikah pasti ingin segera menimang buah hati. Nggak heran, banyak juga yang mengadopsi anak, serta menjadikannya sebagai anak pancingan dengan harapan kelak mereka benar-benar menimang buah hatinya sendiri.

Hal ini jugalah yang dilakukan oleh pasangan selebriti dunia Justin Bieber dan sang istri. Baru-baru ini pelantun lagu fenomal Baby tersebut, mengunggah foto tengah menggendong keponakannya, Poppy Ford Kennedy sembari memberinya botol susu. 

Tak hanya itu saja, tampak dari laman Instagram Jason Kennedy, Hailey Bieber sangat luwes ketika menggendong malaikat kecil itu. Melalui unggahan tersebut, banyak doa tertuju pada kedua pasangan artis itu agar segera mendapatkan momongan. 

Lalu, sebesar apa pengaruh anak pancingan bagi calon orang tua yang sedang menanti momongan ya?

Benarkah anak pancingan membuat Ibu cepat hamil?


Anak pancingan atau adopsi kerap kali dilakukan oleh beberapa pasangan yang belum ingin memiliki momongan. Juga bagi mereka yang sedang berjuang mendapatkan anugerah ini. 

Tapi apakah benar jika sudah memiliki anak pancingan, Ibu akan lebih mudah hamil dalam waktu dekat? Melansir dari laman Adoption, menurut penelitian yang dijalankan oleh National Infertility Association, tingkat kehamilan setelah memiliki anak pancingan atau adopsi adalah sama bagi pasangan yang tidak melakukan adopsi. 

Pada dasarnya, hamil setelah memiliki anak pancingan adalah sebuah mitos yang sangat menyakitkan, terutama bagi pasangan yang berjuang dengan ketidaksuburan dan ingin memiliki momongan. Sementara itu, melansir dari laman Health, meski banyak wanita yang hamil setelah melakukan adopsi, namun data valid akan hal ini tidak ditemukan sama sekali.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hal ini merupakan sebuah mitos belaka saja. Faktor tertundanya pasangan suami istri untuk memiliki momongan sangat banyak, bahkan tak cuma tentang kesuburan saja, namun stress juga bisa memicu hal tersebut.

Saat memutuskan untuk menempuh jalur adopsi, sebaiknya Ayah dan Ibu punya kasih sayang yang tanpa batas tanpa bermaksud menjadikannya sebagai anak pancingan semata. Pada dasarnya, anak-anak terlahir suci dan murni, mereka tak sepatutnya mendapatkan label tertentu hanya karena mereka tak lahir langsung dari rahim Ibu yang mengadopsinya.

Sebagian besar kehamilan adalah soal waktu Tuhan, kapan memberikan anugerahnya kepada pasangan suami istri. Namun pada intinya, anak pancingan ataupun anak kandung memiliki porsi cinta yang sama di dalam keluarga.

Melansir dari laman Creating A Family, anak adopsi bukan merupakan sarana mencapai tujuan bagi orang tua asuhnya. Anak pancingan dianggap yang paling dirugikan dari mitos yang beredar ini, terutama bila orang tua asuh menaruh harapan tinggi untuk segera mendapatkan anak kandung setelah mengadopsinya.

Terdengar amat menyakitkan, bagaimanapun juga, anak adopsi yang kerap dianggap sebagai anak pancingan punya hak penuh hidup bahagia tanpa dihantui harapan orang tua barunya. Mereka sama seperti anak kandung yang wajib dirawat dengan baik, dipenuhi cangkir kasih sayangnya, dan disanggupi semua haknya.

Bila setelah memiliki anak pancingan Ibu dinyatakan hamil, maka ini adalah kebetulan yang Tuhan berikan dan bukan merupakan sebuah pedoman pasti bahwa saat memutuskan memiliki anak pancingan, maka akan segera hamil. Hindari berpikir hal ini, karena menyakitkan bagi anak yang diadopsi maupun bagi orang tua yang penuh dengan harapan.

Berharap memiliki momongan karena sudah terbiasa merawat anak pancingan atau adopsi memang tidak salah. Namun, akan menjadi hal yang kurang baik bila mitos ini berubah menjadi sebuah kepercayaan yang diunggulkan.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum mengadopsi anak?


Memutuskan untuk mengasuh anak pancingan atau adopsi tak semudah itu, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan bersama dengan pasangan. Supaya momen ini menjadi salah satu momen bahagia bagi keduanya. Melansir dari laman Adoption Network, berikut ini ada beberapa hal yang harus Ayah dan Ibu pikirkan secara matang:

1. Apakah benar Ayah dan Ibu sudah siap?

Mengadopsi anak bukan perkara mudah, baik bagi suami maupun istri. Ayah dan Ibu harus sepaham dulu jika ingin memiliki anak pancingan, supaya tidak terjadi kesenjangan dalam keinginan atau prahara baru dalam sebuah rumah tangga.

Hak anak adopsi sama dengan anak kandung, misalnya ia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, berhak dicintai sepenuh hati, dan berhak dianggap berharga oleh setiap anggota keluarga yang mengadopsinya.

2. Putuskan usia anak yang ingin diadopsi

Ada banyak anak adopsi dari segala rentang usia di dunia ini, Ayah dan Ibu bisa memilih ingin mengadopsi anak dengan usia berapapun. Lembaga yang menangani tentang anak untuk diadopsi ini juga sudah ada di setiap negara, begitu juga di Indonesia.

Beberapa panti asuhan misalnya, mereka terbuka untuk mewujudkan keinginan Ayah dan Ibu ketika ingin adopsi.

3. Mengetahui latar belakang anak yang akan diadopsi

Penting bagi Ayah dan Ibu untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang identitas, biodata, hingga latar belakang anak yang akan diadopsi. Biasanya Ibu juga akan diperlihatkan rekam medis yang tersedia dari anak tersebut.

4. Pastikan kondisi rumah tangga dalam keadaan baik dan layak


Setiap lembaga yang memiliki izin untuk menyediakan anak pancingan atau adopsi, biasanya akan melihat juga kondisi keluarga baru anak nanti. Pada beberapa negara, prosedur adopsi anak tidak mudah sehingga orang tua harus benar-benar bisa meyakinkan mereka.

Kondisi keluarga yang baik juga turut memastikan agar anak adopsi nanti terbebas dari kekerasan rumah tangga, yang mungkin terjadi.

5. Orang tua harus memiliki budget khusus

Memiliki anak adopsi sama dengan memiliki anak kandung, oleh karenanya Ayah dan Ibu juga harus menyiapkan budget khusus untuk anak. Sampai anak dewasa atau dapat hidup mandiri nantinya. 

Seperti yang diketahui, jika memutuskan mengadopsi bayi, maka Ibu memerlukan biaya susu dan pampers sebagai biaya utama. Lalu ada biaya berobat bila sakit, hingga biaya pendidikan yang tak boleh disepelekan juga.

6. Menanyakan kepada anggota keluarga lainnya

Jika adopsi yang dilakukan bukan untuk anak pertama, maka Ayah dan Ibu juga harus menanyakan hal ini pada anak-anak yang sudah ada terlebih dahulu. Pertimbangkan kembali pendapat mereka, apa yang mereka rasakan, hingga persetujuan dari mereka.

Editor: Aprilia