Balita

11 Jenis Makanan Tidak Sehat untuk Anak yang Harus Dihindari

11 Jenis Makanan Tidak Sehat untuk Anak yang Harus Dihindari

Melihat si kecil makan dengan lahap tentu sangat melegakan sekaligus menyenangkan. Akan tetapi, sudahkah Ibu memastikan si kecil terhindar dari mengonsumsi makanan tidak sehat? Dalam masa tumbuh-kembangnya, anak tentu saja membutuhkan asupan yang cukup untuk mendukung aktivitasnya. Namun, membuat anak kenyang saja tidak cukup lho, Bu!

Ibu harus cermat dalam memilih makanan yang baik dan sehat untuk mencukupi nutrisi yang dibutuhkan si kecil. Dia membutuhkan gizi yang cukup untuk perkembangan otak dan fisiknya agar tumbuh optimal dan terhindar dari berbagai serangan penyakit.

Mengonsumsi makanan sehat harus dibiasakan untuk membentuk pola hidup sehat. Makanan tidak sehat biasanya terbuat dari bahan berkualitas rendah dan mengandung pengawet serta pemanis buatan. Hal ini justru menuntun pada pola hidup tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat akan menuntun ke berbagai penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.

Apa jadinya jika si kecil justru mengonsumsi makanan tidak sehat? Tubuh si kecil yang masih rentan dan sistem imun yang belum maksimal akan terpengaruh oleh makanan tidak sehat tersebut. Dampaknya justru akan semakin buruk karena memengaruhi tumbuh kembangnya.

Jenis Makanan Tidak Sehat yang Harus Dihindari

Makanan tidak sehat yang seharusnya dihindari tidak hanya oleh anak-anak tapi juga orang dewasa di antaranya adalah yang mengandung lemak jenuh, gula tinggi, bersoda, dan makanan kemasan dalam kaleng. Makanan yang mengandung pengawet, pewarna dan pemanis buatan juga harus dihindari.

Berikut beberapa jenis makanan yang tidak sehat, alangkah baiknya jangan diberikan kepada anak-anak.

  1. Makanan dengan Lemak Jenuh

    Bicara tentang lemak, tidak semua jenis lemak wajib dihindari. Lemak baik pada buah Alpukat atau lemak yang didapat dari gorengan dengan minyak baru, tergolong baik untuk anak. Oleh sebab itu saat menyajikan makanan berminyak pada anak memang harus memperhatikan proses menggorengnya yang sebaiknya menggunakan minyak bar. Sedangkan minyak yang dipakai berulang mengandung lemak jenuh yang tidak bagus untuk kesehatan. Minyak ini yang kemudian menjadi lemak jenuh dan termasuk dalam salah satu daftar kandungan makanan yang sebaiknya dihindari.

    Melansir dari laman Metro Parent, lemak jenuh alami didapat dari daging dan produk dairy. Tetapi sayangnya lemak jenuh pada makanan kaleng, campuran biskuit, menu gorengan di restoran cepat saji (termasuk kentang goreng) sengaja dibentuk dengan proses hydrogenating atau membekukan minyak menggunakan hydrogen. Yang mana efeknya justru akan meningkatkan kolesterol jahat dan menyebabkan serangan jantung serta pembengkakan organ.

    Contoh makanan dengan lemak jenuh adalah sereal bergula tinggi, biskuit beku, crackers, kentang goreng, makanan gorengan di restoran yang menggunakan minyak berulang, pancake dan waffle kemasan.

    Alternatif yang bisa dipilih seperti sereal tanpa lemak jenuh, biskuit homemade, buah, makanan gorengan yang dimasak dengan minyak sekali pakai, homemade pancake dan waffle.

  2. Junk Food

    Junk Food sebenarnya tampak seperti makanan pada umumnya. Ibu tentu tidak akan menyadari bahwa ayam yang digoreng atau daging yang digoreng bisa berpotensi menjadi junk food jika tidak diolah dengan baik. Makanan dalam kemasan juga berpotensi menjadi junk food jika memenuhi ciri-cirinya. Inti dari junk food yang paling mudah untuk diketahui adalah memiliki kandungan gula, lemak dan atau garam yang sangat tinggi. Seringkali junk food ‘menipu’ konsumen dengan tingginya kalori dalam makanan tersebut. Namun kalori yang tinggi tersebut bukan kalori yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

    Mengutip dari situs Very Well Family, junk food adalah makanan dengan ciri-ciri berikut ini:

    • memiliki 35% kalori yag berasal dari lemak (kecuali susu rendah lemak);

    • memiliki 10% kalori dari lemak jenuh;

    • mengandung lemak jenuh dalam berbagai bentuk;

    • lebih dari 35% kalori dari gula, kecuali jika makanan tersebut 100% terbuat dari buah-buahan;

    • berkalori lebih dari 200 kkal setiap porsi; dan

    • mengandung garam lebih dari 200mg setiap porsi snack atau lebih dari 480 mg untuk makanan pembuka.

    • Contoh makanan yang termasuk dalam junk food adalah ayam goreng tepung di restoran cepat saji, burger, kentang goreng, piza, milkshake, sandwich kemasan, donat dan makanan bergula tinggi lainnya.



    Alternatif makanan yang bisa dikonsumsi adalah ayam atau daging goreng buatan sendiri, kentang goreng dengan minyak sekali pakai, sandwich buatan sendiri dengan sayuran segar dan daging matang, donat yang dibuat dengan tepung gluten free dan tidak terlalu banyak gula.

  3. Selai Kacang (Peanut Butter)

    Selai kacang mengandung gula dan minyak. Ibu mungkin mengira selai kan hanya dioles sedikit di roti. Tapi ternyata ada 21 gram gula dalam setiap penyajiannya lho, Bu. Lebih dari yang si kecil butuhkan dalam sehari. Alternatif yang baik adalah dengan membeli selai kacang yang berlabel natural. Karena rupanya ada beberapa merk selai kacang yang tidak mengandung lemak jenuh. Kalau sulit menemukannya di mini market terdekat, Ibu bisa membuat selai kacang sendiri.

  4. Jus buah

    Jus buah? Nggak salah nih? Kan dari buah? American Academy of Pediatrics menyarankan pemberian jus buah pada anak harus dibatasi. Jus buah kemasan mengandung gula yang sangat tinggi justru akan membuat anak kenyang dan tidak mau makan. Lalu bagaimana dengan jus buah buatan rumah tanpa gula? Jus buah tanpa gula adalah buah yang dihaluskan dengan menambahkan banyak air. Air ini juga akan membuat anak merasa kenyang lebih lama. Sehingga ia enggan untuk makan. Alternatif yang lebih baik adalah memakan buah segar tanpa memprosesnya menjadi jus.

  5. Madu

    Madu tampak seperti makanan yang baik untuk semua kalangan. Tapi Ibu perlu memerhatikan usia pemberian madu. Jika anak Ibu belum berusia 2 tahun, sebaiknya hindari memberikan madu pada anak. Madu mengandung bakteri toxic yang belum bisa dilawan oleh sistem imun anak di bawah 2 tahun.

  6. Susu Segar

    Susu segar adalah susu dari hewan yang tidak mengalami proses pasteurisasi atau pemanasan untuk membunuh bakteri. Susu jenis ini tidak boleh diberikan pada anak-anak. Karena kandungan bakteri di dalamnya dapat menyebabkan penyakit yang fatal. Alternatifnya adalah susu pasteurisasi atau susu UHT.

  7. Non-homemade Frozen Food

    Frozen food seperti nugget, fish stick, sosis, stik kentang atau roti isi daging termasuk dalam frozen food yang mengandung kadar garam tinggi. Selain itu ada kandungan pengawet dan pewarna dalam frozen food di pasaran. Belum lagi banyaknya penggunaan campuran daging berkualitas rendah dalam pembuatan frozen food tersebut. Alternatif terbaik adalah dengan membuat frozen food sendiri. Meski sama-sama frozen food, dengan membuat sendiri frozen food untuk anak, Ibu bisa menjaga kualitas bahannya. Selain itu, daya tahan homemade frozen food juga hanya beberapa hari saja karena tidak mengandung pengawet. Sehingga Ibu bisa memantau kesegaran frozen food untuk anak.

  8. Makanan yang Lengket

    Makanan yang lengket seperti permen, marshmallow, popcorn karamel, gulali/gula kapas, granola bar tidak baik diberikan pada anak-anak. Sudah sangat jelas makanan-makanan tersebut mengandung gula yang tinggi sehingga menghasilkan tekstur liat dan lengket. Selain tidak baik untuk gigi anak, gula berlebih juga meningkatkan risiko kesehatan. Mengapa granola bar termasuk di dalamnya? Granola bar memang terkesan sehat karena mengandung ‘granola’. Sayangnya, yang merekatkan granola tersebut menjadi padat adalah gula. Gula yang digunakan melebihi batas konsumsi harian gula pada anak. Alternatif dari makanan ini adalah mengganti gula dengan pasta kurma yang dibuat sendiri untuk membentuk granola bar. 

  9. Makanan Laut Tinggi Merkuri

    Ibu tentu tahu manfaat ikan, udang, kepiting, dan banyak jenis makanan laut lainnya. Selain mengandung omega-3 yang baik untuk pertumbuhan anak, makanan laut juga memberikan variasi rasa yang baik untuk dikenalkan pada anak. Sayangnya, kita tidak pernah tahu hewan laut tersebut telah terpapar merkuri berapa banyak dan berapa lama. Kondisi perairan laut memengaruhi kadar merkuri dalam hewan-hewan tersebut.

    Sehingga faktanya, semua hewan laut pasti terpapar merkuri dan proses memasak tidak akan mengurangi atau menghilangkan kadar merkuri tersebut. Ibu memang tidak bisa memastikan langsung berapa kadar merkuri dalam hewan laut, tapi bisa membatasi konsumsi hewan laut tersebut. Makanan laut seperti kerang, ikan hiu, ikan king mackerel, ikan tuna sirip kuning dan ikan swordfish sebaiknya dihindari untuk dikonsumsi. Sedangkan ikan salmon, udang, ikan trout, sebaiknya dibatasi konsumsinya. Karena kandungan mineral, omega-3, dan kalsium makanan laut baik untuk anak, Ibu bisa tetap memberikannya, tapi dengan memberi jeda sekitar satu minggu antar pemberian.

  10. Minuman Mengandung Kafein

    Daftar makanan tidak sehat berikutnya adalah minuman bersoda dan minuman energi karena mengandung kafein. Minuman ini bahkan tidak baik untuk orang dewasa. Maka penting bagi Ibu untuk tidak memberikan minuman tanpa nutrisi ini pada anak-anak. Soda dapat menyebabkan kerusakan organ dalam jika dikonsumsi terus menerus dan berlebihan. Kopi juga mengandung kafein. Cokelat dan teh pun mengandung kafein, meski tidak setinggi kopi dan soda.

    Kafein memiliki dampak buruk bagi anak. Anak-anak yang mengkonsumsi kafein cenderung memiliki jam tidur yang sedikit. Jam tidur sedikit adalah salah satu penyebab pertumbuhan yang terhambat. Kafein juga meningkatkan denyut jantung dan tekanan dalam darah, meningkatkan asam lambung dan mengubah suhu tubuh. Dampak lainnya adalah anak menjadi lebih cemas dan mengubah nafsu makan menjadi malas makan. Bahkan lebih parahnya lagi, kafein meningkatkan potensi hiperaktif pada anak. Alternatif terbaik adalah air putih dan air kelapa segar.

  11. Saus Berwarna Mencolok

    Pernahkah Ibu mendapati si kecil makan jajanan pinggir jalan dengan campuran saus berwarna mencolok? Saus yang beredar di pasaran mengandung pewarna dan pengawet yang tinggi kadarnya. Selain itu saus tersebut dibuat dari bahan yang berkualitas rendah, bahkan ada yang sama sekali tidak mengandung bahan yang seharusnya menjadi komposisi utama dari saus. Hal ini jelas berbahaya ya, Bu. Alternatif terbaik adalah membuatkan saus sendiri dari bahan segar dan jelas pengolahannya. Yang pasti tidak mengandung pengawet dan pemanis buatan.


Alasan Sebaiknya Menghindari Makanan Tidak Sehat Tersebut

  1. Memicu Alergi

    Makanan tidak sehat rupanya juga memicu alergi. Tahukah Ibu bahwa ada kasus anak yang terpicu alerginya usai mengkonsumsi junk food? Kandungan garam dan pengawet yang tinggi pada makanan tidak sehat tersebut dapat mengaktifkan reaksi alergi karena tubuh memberi sinyal penolakan terhadap makanan tersebut.

  2. Tidak Mencukupi Kebutuhan Gizi

    Makanan tidak sehat kebanyakan tinggi kalori tetapi nol nutrisi. Padahal anak-anak sangat membutuhkan makanan yang tinggi kalori tapi full nutrisi. Kalori yang tidak diimbangi nutrisi hanyalah makanan kosong dan tidak menambah asupan bagi tubuh anak. Akibatnya, kebutuhan gizi harian anak juga tidak terpenuhi.

  3. Meningkatkan Risiko Penyakit Berat

    Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner dipicu oleh pola hidup tidak sehat dan makanan tidak sehat yang dikonsumsi sejak dini. Anak-anak yang diberi permen, es krim, atau junk food beresiko lebih tinggi mengalami diabetes dan hipertensi karena terbiasa mengkonsumsi gula dan garam lebih dari kadar harian yang seharusnya dikonsumsi anak-anak.

  4. Menghambat Tumbuh-Kembang Anak

    Asupan yang tidak tepat dalam makanan tidak sehat bukan memberikan suntikan energi dan gizi yang memadai untuk tumbuh kembang anak. Makanan tidak sehat tersebut justru akan menghambat tumbuh kembang anak. Jus buah misalnya. Karena anak terbiasa kenyang dengan jus buah tinggi gula, maka mereka akan enggan makan. Sudah pasti, pemenuhan gizinya berkurang dan pertumbuhannya terhambat. Cemilan yang tinggi garam dan zat pengawet juga akan membuat anak terbiasa makan dengan rasa yang kuat. Anak jadi tidak menyukai makanan yang disiapkan rendah gula-garam yang sebetulnya lebih baik untuknya. Karena menolak makanan yang lebih sehat, makan tumbuh kembangnya pun terganggu.

  5. Mengubah Perilaku Anak

    Bagaimana makanan tidak sehat bisa mengubah perilaku anak? Tentu bisa, Bu. Makanan tinggi gula-garam atau tinggi kafein akan memicu rasa kecanduan di otak. Hal ini akan menyebabkan anak memiliki rasa ‘lapar’ terhadap makanan-makanan tersebut. Sehingga anak akan menuntut untuk terus mengonsumsi makanan tidak sehat dan merasa cemas jika tidak mengkonsumsinya. Belum lagi anak jadi cenderung tidak sabaran dan mudah marah karena tekanan dalam darah naik yang dipicu oleh makanan tinggi gula-garam. 


Tips Agar Anak Selalu Mengonsumsi Makanan Sehat

  • Variasikan menu makanan dan camilan agar anak lebih tertarik dengan masakan Ibu.

  • Kreasikan makanan dengan bentuk dan tampilan lucu agar anak menyukainya.

  • Pilih bahan berkualitas dan aman untuk membuat makanan anak.

  • Pastikan rasa tetap enak meski tanpa tambahan penguat rasa.

  • Olah makanan dengan tepat, seperti gunakan minyak sekali pakai saat menggoreng dan batasi jumlah penggunaan gula garam.


(Dwi Ratih)