Balita

Waspadai Ini, 3 Penyebab Berat Badan Bayi Tidak Naik

Waspadai Ini, 3 Penyebab Berat Badan Bayi Tidak Naik

Masalah paling umum dialami Ibu se-Indonesia Raya adalah berat badan bayi tidak naik. Kondisi berat badan bayi tidak naik disebut dengan gagal tumbuh, yang dalam bahasa Inggris istilahnya adalah failure to thrive. Ada Ibu yang lebih akrab menyebutnya dengan growth faltering. Keduanya didefinisakan sebagai kondisi berat badan anak tidak naik, berat badan bayi stagnan, berat badan bayi turun, atau kurvanya memiliki tren yang tidak ideal.

Hal ini tidak hanya menjadi kekhawatiran para Ibu, lho. Tetapi juga para ahli yang mendalami soal ini. Efeknya jangka panjang. Mempengaruhi anak secara fisik, psikis, dan kecerdasan, serta mempengaruhi bangsanya. Hmm, bisa serumit itu lho masalah berat badan bayi tidak naik ini.

Nah, dalam pantauan tenaga kesahatan, berat badan bayi tidak naik 2 bulan berturut-turut haruslah diperiksakan dengan teliti. Karena siapa tahu, ada penyebab yang tersebunyi di baliknya.

Penyebab Berat Badan Anak Tidak Naik

Menurut jurnal yang diterbitkan American Academy of Family Physicians, dengan judul Failure to Thrive: A Practical Guide, karya Gretchen J. Homan, MD, ada 3 penyebab berat badan bayi tidak naik, yaitu:

1. Asupan Kalori Tidak Cukup

Asupan yang tidak cukup disebabkan oleh beberapa hal, seperti refluks lambung ke kerongkongan, posisi dan pelekatan menyusui tidak tepat (baik dari Ibu atau bayinya yang liptie/tongue tie), penyajian susu formula yang tidak tepat (diencerkan, misalnya), kesulitan mengunyah atau makan karena bibir sumbing, penelantaran, kebiasaan makan yang keliru (seperti menu makan yang tidak adekuat, kesalahan pemberian makan, atau tidak mengonsumsi jenis makanan tertentu dengan sengaja), kordinasi oral neuromotor yang buruk, dan keracunan makanan. Kekurangan nutrisi dari hal-hal inilah yang menyebabkan berat badan bayi tidak naik.

2. Penyerapan Nutrisi yang Terganggu


Berbeda dengan asupan kalori, penyerapan nutrisi yang terganggu terjadi karena ada masalah pada tubuh bayi sehingga menyebabkan berat badan bayi tidak naik. Kondisi yang memengaruhi seperti, anemia atau kekurangan zat besi, penyakit atresia biliar, penyakit celiac, penyakit akut pada pencernaan, cystic fibrosis (penyakit yang menyerang sel organ penghasil lender, keringat atau cairan tubuh lainnya), penyakit genetik yang menganggu metabolisme, alergi protein susu, dan sindrom kolestatik pankreas. Permasalahan ini perlu segera ditemukan agar dapat diobati dan tumbuh kembang anak kembali optimal.

3. Peningkatan Metabolisme


Pada penyebab ini, ada penyakit yang bahkan tidak ditemukan gejala signifikan pada bayi, tuberculosis, contohnya. TB merupakan salah satu infeksi kronis yang menyerang bayi dan anak mayoritas tanpa gejala. Berat badan bayi tidak naik begitu saja atau stagnan atau bahkan turun. Sebelum dua tahun, bila sudah selesai diobati, maka orang tua perlu mengejar ketertinggalan nutrisi hingga menapai batas normal.

Laman Nationwide Childrens Organization menyebutkan bahwa tipe gagal tumbuh tanpa gejala ini digolongkan dalam gagal tumbuh non-organik, sedangkan yang memiliki gejala disebut dengan gagal tumbuh organik. Selain infeksi akut, ada juga penyakit kronis pada paru-paru karena kelahiran prematur, penyakit jantung bawaan (beberapa orang tua tidak mengetahui bayi atau anaknya menderita penyakit jantung bawaan karena bayi lahir normal dan tidak memiliki masalah sampai akhirnya berat badannya sulit naik), hipertiroid, kondisi peradangan (seperti asma, radang usus, dll), penyakit ganas dan gagal ginjal.

Dari semua penyebab inilah, masalah gagal tumbuh dapat terjadi. Sayangnya, gagal tumbuh ini ada hubungannya dengan penurunan IQ saat bayi mulai besar sebanyak 4.2 poin. Dimana jumlah ini cukup besar dan dapat memengaruhi kehidupan anak saat mulai dewasa, seperti kemampuannya dalam berpikir, bersosialisasi dan memecahkan masalah.

Apa yang Harus Dilakukan?

Seiring dengan adanya kemungkinan gagal tumbuh, hormon pertumbuhan juga memainkan peran. Kualitas waktu tidur anak perlu menjadi perhatian agar hormon pertumbuhan bekerja optimal. Hormon ini dirilis pukul 23.00-02.00 dalam keadaan deep sleep, atau tidur yang dalam. Untuk menjadi fase tidur dalam, anak harus mulai tidur 2-3 jam sebelumnya.

Lantas, apa yang harus dilakukan jika sudah terlanjur berat badan bayi tidak naik, stagnan atau menurun? Temui dokter. Biasanya dokter akan melakukan beberapa hal, seperti:

1. Menelusuri Sejarah dengan Wawancara Medis

Maksud dari menelusuri sejarah ini adalah tentang bagaimana keluarga memberi anak makan, adakah aturan khusus untuk jenis makanan tertentu yang tidak dikonsumsi (keluarga vegetarian, misalnya), apa menu yang biasanya disajikan, berapa jumlah masing-masing sumber makanan, apakah bayi dan anak diberikan jus buah, apakah pembuatan susu formula sudah sesuai dengan instruksi, adakah alergi makanan, adakah penyakit yang diturunkan, atau adakah masalah psikis trauma dengan makanan. Ini merupakan bagian dari evaluasi yang akan diperhatikan dokter untuk menemukan penyebabnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter mencari kemungkinan adanya penyakit yang teraba atau terlihat dari tubuh anak. Ini juga digunakan untuk menemukan adanya penyakit akut serta menentukan level malnutrisi yang terjadi. Pemeriksaannya berupa cek berat dan tinggi badan serta pemeriksaan terhadap tubuh bayi atau anak untuk kemungkinan beberapa penyakit seperti TB kelenjar atau atopik.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan jenis ini tentu untuk mendukung pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya. Hasil tes darah, urin, foto thorax, CT Scan, atau pengambilan sampel-sampel lain akan menjelaskan apa yang sedang terjadi pada bayi sehingga menyebabkan berat badan bayi tidak naik.

Apabila dokter telah menemukan hasilnya, pengobatan harus segera dilakukan. Masalah berat badan tidak naik bukan masalah sepele. Di rentang usia 3-24 bulan, bayi dan anak bisa saja mengalami gagal tumbuh. Biasanya Dokter akan melakukan langkah-langkah pengobatan sesuai dengan kondisi masing-masing anak. Bila ada karies akan dirujuk ke dokter gigi, masalaha tidur harus diselesaikan, orang tua didampingi dan diberi pengertian, keluarga dengan masalah nutrisi diberi saran untuk memperbaiki status gizinya, dilakukannya penghitungan kalori yang masuk bagi bayi, serta evaluasi menyusui jika bayi masih dalam masa menyusui eksklusif.

Orang tua diharapkan mau bekerja sama dalam langkah-langkah penangan ini agar tumbuh kembang bayi dan anak kembali optimal.

Editor: Dwi Ratih