Kehamilan

Penyebab Keputihan Saat Hamil dan 10 Tips Mengatasinya

Penyebab Keputihan Saat Hamil dan 10 Tips Mengatasinya

Keputihan saat hamil seringkali menjadi mimpi buruk bagi para Ibu di luar sana. Meski kondisi ini dialami hampir semua Ibu hamil, namun tetap saja keberadaannya bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebagian Ibu mengalami keputihan saat hamil sudah menginjak usia trimester akhir. Namun sebagian lagi bahkan sudah mengalami keputihan sejak di awal hingga akhir kehamilan.

Sebenarnya, keputihan saat hamil maupun tidak itu sangat wajar kok, Bu. Keputihan yang normal atau yang disebut juga leukorrhea ini berbentuk cairan agak kental berwarna bening atau putih susu, tipis, dan berbau ringan. Perubahan keputihan dapat dimulai satu hingga dua minggu setelah pembuahan. Saat kehamilan Ibu berkembang, keluarnya cairan ini biasanya menjadi lebih sering, dan bisa lebih mengganggu lagi di akhir kehamilan.

Sebenarnya apa sih yang menyebabkan keputihan saat hamil?

Saat Ibu sedang hamil, leher rahim dan dinding vagina menjadi lebih lunak dari biasanya. Seperti yang dilansir dari Healthline, kondisi ini mendorong tubuh mengirim lebih banyak aliran darah dan memproduksi lendir untuk melindungi bagian tersebut agar terhindar dari infeksi.

Selain itu, meningkatnya hormon estrogen dalam tubuh Ibu hamil juga turut memengaruhi produksi lendir yang lebih banyak. Saat kehamilan sudah berada di trimester akhir, kepala bayi mungkin akan menekan rahim Ibu yang seringkali menyebabkan keputihan semakin parah.

Meski tergolong normal, keputihan saat hamil juga perlu diwaspadai jika lendir yang keluar mengalami perubahan warna dengan bau menyengat disertai gatal dan bengkak di area vagina. Dikutip dari Medical News Today, ada beberapa jenis keputihan jika dilihat dari warnanya. Beberapa di antaranya mungkin mengindikasikan adanya penyakit tertentu.

  1. Bening atau putih susu

    Biasanya warna keputihan ini termasuk normal dan sehat, terutama jika baunya ringan. Namun jika ada peningkatan kuantitas atau konsistensi, mungkin ada masalah dalam tubuh Ibu. Terlebih kalau Ibu hamil yang belum cukup bulan mengalami peningkatan cairan bening secara terus menerus, dan teksturnya menjadi kental atau seperti jeli, ia wajib menemui dokter.

  2. Putih dan kental

    Keputihan saat hamil yang warnanya putih atau putih pudar, menggumpal, dan bentuknya menyerupai keju cottage, dapat mengindikasikan adanya infeksi jamur. Saat hamil, tubuh memang rentan mengalami infeksi jamur. Segera temui dokter jika disertai gejala gatal, terbakar, dan nyeri saat buang air kecil atau berhubungan.

  3. Hijau atau kuning

    Keputihan yang berwarna hijau atau kuning dapat menunjukkan gejala penyakit menular seksual. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kemerahan dan iritasi pada alat kelamin. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit menular seksual ini bisa menyebabkan komplikasi pada Ibu hamil. Walau mungkin gejalanya menghilang bertahun-tahun setelah melahirkan, kondisi ini tetap dapat memengaruhi sistem saraf dan perkembangan janin serta menyebabkan kemandulan pada wanita.

  4. Abu-abu

    Keputihan saat hamil yang berwarna abu-abu dapat mengindikasikan infeksi vagina yang disebut bacterial vaginosis (BV). Apalagi jika keputihannya disertai bau amis yang menjadi lebih kuat setelah berhubungan. BV merupakan hasil dari ketidakseimbangan bakteri di vagina. Sering douching dan memiliki banyak pasangan seksual termasuk faktor-faktor yang bisa mendorong terjadinya BV.

  5. Cokelat

    Sebagian Ibu mengalami keputihan yang berwarna cokelat sebagai tanda awal kehamilan. Sebenarnya keluarnya cairan cokelat selama hamil umumnya tidak mengindikasikan gangguan apa pun. Tapi Ibu perlu menghubungi dokter jika warnanya berubah menjadi cokelat tua.

  6. Merah muda

    Keputihan saat hamil yang berwarna merah muda bisa saja normal dan tidak normal. Biasanya keputihan dengan rona merah muda ini sering terjadi selama awal kehamilan dan pada minggu-minggu terakhir sebelum persalinan. Namun, bisa juga terjadi sebelum keguguran atau selama kehamilan ektopik. Penyebab lain bercak ringan merah muda selama kehamilan ini adalah berhubungan seksual dan infeksi vagina.

  7. Merah

    Keputihan berwarna merah selama kehamilan termasuk yang memerlukan perhatian medis. Ibu sebaiknya segera menghubungi dokter terutama jika pendarahannya berat, berbentuk gumpalan, atau disertai dengan kram dan nyeri perut. Gejala ini biasanya menunjukkan keguguran atau kehamilan ektopik. 

    Tapi ada juga penyebab lain keluarnya cairan berwarna merah ini yang mungkin tidak terlalu serius, terutama jika terjadi selama trimester pertama. Karena mungkin saja itu terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel ke dinding rahim. Sebuah studi menunjukkan bahwa antara 7-24 persen wanita mengalami pendarahan di awal kehamilan.

Jika saat ini Ibu sedang mengalami keputihan saat hamil, ada sejumlah tips untuk mengatasinya. Apa saja?

Tips mengatasi keputihan saat hamil

  • Ganti pakaian dalam lebih sering agar area organ intim tetap kering dan bersih. Daerah miss V yang lembab akan jadi tempat yang baik bagi jamur atau bakteri berkembang biak.

  • Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang memiliki daya serap tinggi. Hal ini untuk menghindari area organ intim menjadi lembap.

  • Jika perlu menggunakan pantyliner, pilih yang tidak mengandung parfum. Segera ganti pantyliner jika dirasa sudah terlalu lembab.

  • Jangan gunakan pakaian dalam yang terlalu ketat supaya sirkulasi udara di area vagina baik.

  • Hindari juga penggunaan celana yang terlalu ketat karena dapat meningkatkan risiko infeksi.

  • Ibu juga bisa menghindari datangnya keputihan saat hamil dengan rajin mencuci organ intim. Hindari penggunaan sabun mengandung parfum, vaginal douche, atau penggunaan sabun pembersih kewanitaan yang terlalu sering. Hal ini supaya pH dan keseimbangan bakteri baik pada vagina tetap terjaga.

  • Bersihkan organ intim dengan benar, yaitu dengan mendahulukan membersihkan vagina lalu baru ke anus, supaya bakteri dari anus tidak masuk ke vagina.

  • Keringkan area intim dengan handuk kering atau tisu yang lembut setiap selesai buang air, supaya vagina tetap kering dan terjaga kelembabannya.

  • Jaga asupan dengan menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula. Ini karena kandungan gula yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi jamur.

  • Konsumsi makanan dan dan suplemen probiotik yang aman untuk Ibu hamil, untuk mencegah ketidakseimbangan bakteri di vagina.

Bila Ibu sudah merasa melakukan tips-tips di atas namun keputihan masih berlangsung dan mengganggu, jangan ragu untuk hubungi dokter kandungan ya. Biasanya dokter akan memeriksa dan melakukan treatment sesuai kondisi dan tingkat keparahannya. Tidak menutup kemungkinan dokter akan melakukan swab test pada cairan vagina Ibu untuk kemudian dicek apakah ada infeksi bakteri atau tidak. Namun umumnya, dokter akan memberikan beberapa obat yang jenisnya seperti di bawah ini:

  • Obat antimikroba

    Keputihan saat hamil terutama jika disebabkan oleh infeksi trikomoniasis dan infeksi bakteri, biasanya bisa diobati dengan obat antimikroba. Salah satu yang aman dikonsumsi Ibu hamil adalah metronidazole.

  • Obat atau krim antijamur

    Infeksi jamur rentan dialami Ibu hamil karena adanya perubahan pH dan tingkat keasaman di area organ intimnya. Jika keputihan saat hamil terjadi karena jamur, dokter biasanya akan meresepkan obat antijamur yang berbentuk krim, salep, atau suppositoria (obat padat berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam vagina). Sedangkan obat antijamur yang berbentuk oral (diminum) cenderung tidak disarankan bagi Ibu hamil.

  • Obat antibiotik

    Keputihan saat hamil yang muncul karena infeksi bakteri atau bacterial vaginosis dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Pilihan obat antibiotik yang dapat dikonsumsi Ibu hamil adalah yang berbentuk tablet.

Meski sudah mengetahui jenis obatnya, keputihan saat hamil tetap memerlukan konsultasi dan penanganan langsung oleh dokter, terutama jika kondisinya sudah parah dan sangat mengganggu. Hal ini dilakukan agar pengobatannya tetap aman dan disesuaikan dengan kondisi Ibu.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih