Kelahiran

8 Manfaat yang Didapat Saat Ibu Tidur Bersama dengan Bayi

8 Manfaat yang Didapat Saat Ibu Tidur Bersama dengan Bayi

Beragam cara menidurkan bayi wajib dipelajari oleh orangtua, terutama ketika bayi masih tergolong baru lahir alias newborn. Hal ini bukan hanya dimaksudkan agar bayi mendapatkan waktu tidur yang nyaman dan aman, namun juga berguna bagi orangtua agar bisa mendapatkan tidur yang berkualitas meski hanya dalam waktu yang sebentar-sebentar.

Dimulai sejak bayi dilahirkan, ibu sudah bisa belajar cara menidurkan bayi karena banyak rumah sakit saat ini sudah menerapkan sistem rooming in, biasanya dimulai 12 jam semenjak bayi dilahirkan. Rooming in adalah sistem di mana bayi lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibu setelah dilahirkan, dibersihkan, maupun dihangatkan, dibandingkan berada di ruang pengasuhan bersama para suster rumah sakit.

Rooming in mungkin terdengar melelahkan karena biasanya ibu ingin lebih banyak beristirahat setelah menjalani proses persalinan yang membutuhkan banyak energi. Namun, riset membuktikan bahwa ibu yang memilih merawat bayinya dengan sistem rooming in memiliki waktu istirahat yang sama banyaknya dengan ibu yang memilih membiarkan bayinya lebih banyak berada di nursery room.

Sebagai nilai plus, rooming in justru sangat membantu ibu dalam mengeset jam biologis agar bisa lebih terbiasa merawat bayi ketika sudah berada di rumah. Selama rooming in di rumah sakit, ibu bisa belajar cara menidurkan bayi dan merawat bayi secara umum dengan bantuan suster rumah sakit sehingga tidak terlalu kikuk saat merawat bayi sendiri di rumah.

Selain bisa belajar cara menidurkan bayi dari para suster, rooming in juga menjadi saat yang tepat bagi ibu untuk menciptakan bonding dengan bayi ibu sendiri. Bayi suka mendengar suara, bau, dan detak jantung ibu sehingga cenderung merasa rileks serta nyaman selama berada di dekat ibu. Ibu pun bisa memperlajari kebiasaan bayi, misalnya selalu bangun pukul 3 pagi karena popoknya basah atau karena ingin disusui.


Pilihan Rooming In

Secara garis besar, rooming in bisa berbentuk macam-macam. Banyak ibu yang memilih untuk melakukan full rooming in, yakni ketika bayi selalu berada bersama ibu sepanjang waktu. Ibu hanya sesekali memanggil suster untuk datang ke ruangan perawatan jika ibu ingin meminta bantuan, misalnya cara menidurkan bayi, cara membersihkan kotoran bayi, mengganti popok, maupun sesekali mengecek keadaan bayi. Hal ini diperlukan terutama ketika ibu baru melahirkan anak pertama dan tidak memiliki riwayat merawat bayi sebelumnya.

Full rooming in tidak akan mengganggu pemeriksaan ibu pasca melahirkan (misalnya ketika ibu harus diambil darah untuk mengecek kadar gula, meminum obat rutin setelah melahirkan, dan lain-lain) maupun jika bayi harus menjalani tes tertentu. Biasanya, serangkaian tes ini akan dilakukan di samping tempat tidur bayi dan ibu, kecuali petugas medis menganggap ada hal yang gawat darurat sehingga bayi atau ibu harus diperiksa di tempat lain.

Selain full rooming in, terdapat pula pilihan rooming in sebagian, yakni ketika bayi berada bersama ibu sepanjang pagi hingga malam hari. Kemudian, ibu bisa mengembalikan bayi ke ruangan pengasuhan pada malam hari agar ibu dapat beristirahat lebih panjang, namun ibu juga bisa memberi pesan kepada suster untuk membangunkan ibu jika bayi rewel pada tengah malam karena ingin menyusu.

Apapun pilihan rooming in yang menjadi preferensi ibu, sebaiknya konsultasikan dengan rumah sakit tempat ibu akan bersalin. Pasalnya, tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas rooming in, namun ada juga rumah sakit yang hanya menyediakan opsi full rooming in. Pastikan ibu memilih sistem yang membuat ibu nyaman ya.


Rooming In dengan Kondisi Tertentu

Rooming in biasanya dipilih oleh ibu yang melahirkan lewat vagina atau yang dikenal dengan proses persalinan normal. Hal ini dikarenakan kondisi ibu yang melahirkan lewat persalinan normal relatif lebih cepat pulih. Selain itu, rooming in juga biasanya dilakukan ketika kondisi bayi sehat dan ibu tidak mengalami komplikasi setelah melahirkan.


Ibu yang melahirkan secara sesar

Lalu, apakah mungkin memilih rooming in setelah melahirkan dengan operasi sesar? Bisa!

Meskipun demikian, ibu yang ingin rooming in setelah melahirkan secara sesar harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter mengenai hal ini serta mempertimbangkan keamanan maupun kenyamanan ibu sendiri. Tentu melahirkan lewat operasi sesar membuat ibu membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama dibanding ibu yang melahirkan lewat persalinan normal sehingga rooming in dianggap tidak perlu dilakukan jika ibu merasakan ketidaknyamanan maupun sakit di daerah bekas luka sayatan operasi sesar.

Jika ibu bersikeras meminta rooming in, ada baiknya ibu juga didampingi oleh suami atau kerabat, misalnya untuk menggendong bayi dari kotak tempat tidurnya ke ranjang ibu ketika hendak disusui.


Bayi harus dirawat intensif

Ketika ibu melahirkan bayi yang membutuhkan perawatan sesaat setelah dilahirkan, misalnya karena bayi lahir prematur atau mengalami kelainan bawaan, ibu kemungkinan besar tidak bisa melakukan rooming in dengan cara konvensional. Artinya, bukan bayi yang datang ke ruangan perawatan ibu, melainkan ibu yang harus sering menengok bayi di ruang neonatal intensive care unit (NICU).

Meskipun demikian, hanya rumah sakit yang sudah menyediakan bangsal NICU sendiri bagi ibu dan bayinya yang bisa melakukan rooming in ini. Jika tidak memungkinkan rooming in, ibu sebaiknya tidak kecewa dan langsung fokus kepada pemulihan ibu sendiri pasca melahirkan sehingga ibu siap merawat bayi ketika ia diputuskan sudah boleh pulang dari rumah sakit.


Manfaat Rooming In bagi Ibu dan Bayi

Secara garis besar, manfaat rooming in bagi ibu ialah:

  • Memiliki waktu tidur yang lebih berkualitas karena ibu tidak perlu merasa khawatir dengan kondisi bayi

  • Membuat ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi

  • Membuat ibu dapat mempelajari bahasa tubuh bayi, seperti saat ia mengantuk, stres, atau butuh berganti popok sesegera mungkin

  • Ibu mengetahui cara menidurkan bayi, yang akan berguna ketika ibu harus merawat bayi sendiri di rumah

  • Menstimulasi agar air susu ibu (ASI) lebih cepat keluar serta memberikan pengalaman bagi ibu dalam menyusui langsung

  • Ibu lebih kecil kemungkinan terkena baby blues dan depresi pasca melahirkan

  • Mempererat bonding antara ibu dan bayi dengan kontak kulit ke kulit


Rooming in juga memiliki manfaat untuk bayi, seperti:

  • Kualitas tidur bayi lebih baik dibanding bayi yang tidak tidur sekamar dengan ibunya, bahkan ada bayi yang kemudian memiliki pola tidur yang lebih ramah bagi ibu, misalnya tidak terlalu sering bangun tengah malam

  • Memiliki suhu tubuh yang lebih stabil

  • Dengan cara menidurkan bayi yang baik, bayi lebih jarang menangis atau lebih stabil secara emosi

  • Kadar gula darah lebih stabil

  • Cenderung tidak mudah terkena jaundice atau sakit kuning, terutama ketika ASI sudah keluar

  • Lebih mudah disusui dan cenderung tidak mengalami bingung puting

  • Jarang merasa stres karena kebutuhannya relatif cepat terpenuhi, seperti menyusu dan pergantian popok yang basah atau kotor

  • Bayi yang sering merasakan kontak kulit ke kulit dengan ibu relatif lebih sulit sakit karena terlindungi oleh bakteri baik di kulit ibu.


Tantangan Rooming In

Meskipun rooming in memiliki banyak manfaat, ibu juga akan menghadapi serangkaian tantangan dalam menjalaninya. Apalagi, memiliki bayi merupakan pengalaman baru yang membutuhkan adaptasi bagi setiap ibu. Berikut tantangan yang mungkin dihadapi oleh ibu yang memilih rooming in dengan bayinya:

  • Ibu tidak lagi memiliki privasi selama bayi berada satu ruangan dengan ibu. Bayi menjadi prioritas yang tidak bisa ditawar lagi

  • Kuatnya bonding antara ibu dan bayi akan membuatnya lebih sulit untuk mandiri, terutama termasuk ketika ibu mencoba berbagai cara menidurkan bayi di kamarnya sendiri

  • Level stres ibu mungkin meningkat karena ingin selalu memprioritaskan kepentingan bayi

  • Ibu harus lebih hati-hati dalam bersuara, apalagi jika si kecil sensitif terhadap suara yang membuatnya tidur tidak nyenyak


Tidur Satu Kamar dengan Bayi di Rumah

Ketika sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, ibu bisa melanjutkan rooming in ini di rumah alias tidur satu kamar dengan bayi. Di negara-negara barat seperti Amerika Serikat, tidur satu kamar dengan bayi mungkin menjadi pilihan yang menimbulkan dilema, namun kultur Indonesia justru memperlihatkan bahwa para orangtua lebih nyaman tidur satu kamar dengan bayi mereka, terutama selama masa menyusui eksklusif (hingga usia bayi 6 bulan).

Faktanya, tidur satu kamar dengan bayi di rumah (atau bisa juga disebut room sharing) justru sangat direkomendasikan oleh Akademi Dokter Anak Amerika (AAP). Dalam jurnal yang diterbitkan oleh AAP pada 2016, mereka menyarankan para orangtua untuk tidur satu kamar dengan bayi setidaknya hingga 6 bulan atau maksimal 1 tahun.

Hanya saja, AAP menyarankan bayi tidur tetap di ranjang terpisah dari orangtua, misalnya di box khusus bayi atau tempat tidur extension khusus bayi yang bisa diletakkan tepat di samping tempat tidur ibu. Hal ini dilakukan demi menghindari risiko sindrom kematian bayi mendadak alias SIDS hingga 50 persen.

Meskipun demikian, kekurangan dari room sharing ialah orangtua dipastikan mengalami kurang tidur bahkan tak jarang berujung kelelahan karena bayi newborn yang cenderung merengek di tengah malam. Selain itu, bayi cenderung sulit dilatih untuk mandiri ketika harus tidur di kamar terpisah dari orangtua sehingga mau tidak mau orangtua harus berpikir ekstra keras mengenai cara menidurkan bayi ketika ia beranjak besar nanti.


Cara Menidurkan Bayi dengan Room Sharing

Ketika bayi setidaknya sudah berusia di atas 6 bulan, ibu dan ayah sudah bisa mulai mengajarinya tidur mandiri. Tidur mandiri di sini artinya bayi bisa memejamkan mata dengan sendirinya tanpa harus, misalnya, menyusu langsung dari ibu. Bayi di atas 6 bulan juga sudah memungkinkan tidak disusui pada malam hari karena nutrisi yang dibutuhkannya sudah tidak 100 persen hanya berasal dari ASI. Oleh karenanya, bayi juga dituntut untuk kembali tidur dengan sendirinya ketika ia terbangun di tengah malam.

Orangtua pun bisa menyusun beragam cara menidurkan bayi agar mandiri, namun saran yang paling utama ialah konsisten. Selain itu, ibu dan ayah perlu melakukan beberapa persiapan berikut ini:

  • Jadwalkan waktu tidur bayi secara reguler. Ibu harus membuat anak lelah ketika jadwal tidur bayi akan segera datang dengan banyak mengajaknya bermain. Ketika bayi terlihat mengantuk, namun belum tertidur, letakkan ia di tempat tidurnya sendiri dan awasi hingga ia tertidur.

  • Pada awalnya, ibu mungkin masih harus menepuk-nepuk bokongnya atau menyanyikan lagu nina bobo, atau apapun selain menyusuinya langsung, tapi lama-kelamaan anak akan terbiasa untuk tidur sendiri tanpa merasakan kehadiran orangtua

  • ibu memang bisa tidak memberi susu kepada bayi di tengah malam dengan harapan ia akan lelah dan kembali tidur dengan sendirinya. Namun, jika ibu tidak nyaman dengan cara ini, ibu bisa tidak melakukannya.


Setelah merasa siap, ibu bisa mulai melakukan cara menidurkan bayi mandiri, meski ia tidur di ruangan yang sama, sebagai berikut:


  1. Ikuti jadwal

    Ketika ibu sudah memiliki jadwal tidur bayi dan sudah melatihnya dengan baik, ikuti terus jadwal tersebut agar bayi terbiasa dengan jam tidur yang spesifik.


  2. Jangan berisik

    Salah satu tantangan memiliki bayi yang tidur satu kamar dengan orangtua ialah ibu dan ayah tidak boleh berisik sama sekali jika tidak ingin bayi tiba-tiba terbangun. Bahkan tidak jarang orangtua harus berjinjit untuk keluar ruangan hanya demi bayi mereka tidak kembali terbangun setelah berlatih tidur mandiri.


  3. Jangan langsung merespon

    Ketika bayi terbangun pada tengah malam, ibu pasti akan langsung mendengar tangisannya mengingat ibu dan bayi tidur dalam satu kamar, bahkan bersebelahan. Namun, ibu tidak boleh panik dengan langsung menggendong, menyusuinya, atau menenangkan tangisannya sebagai bagian dari cara menidurkan bayi mandiri.

    Sebaiknya, ibu menunggu 2 hingga 5 menit dengan harapan bayi akan kembali tidur dengan sendirinya. Jika ia terus menangis, bahkan semakin keras, ibu bisa melakukan cara menidurkan bayi yang sama dengan yang ibu lakukan ketika menidurkan bayi sesuai jadwal tidur malamnya.


  4. Menunggui bayi

    Ibu bisa kembali tidur sesaat setelah bayi ibu juga tertidur lagi pasca bangun tengah malam. Namun, ibu juga bisa menunggui bayi hingga benar-benar pulas sebelum melanjutkan mimpi indah ibu hanya untuk memastikan bahwa cara menidurkan bayi yang ibu lakukan sudah benar.


  5. Sabar

    Biasanya, apapun cara menidurkan bayi yang ibu pilih, butuh 4 hingga 7 hari bagi bayi untuk benar-benar bisa tidur secara mandiri di ruangan yang sama dengan ibu maupun ayah. Namun, jika sampai dua minggu belum terlihat hasilnya, ibu bisa menghentikan sementara berbagai upaya dan cara menidurkan bayi yang ibu lakukan serta lakukan kembali ketika usia bayi sudah lebih siap.

    Hanya saja, ketika usia bayi semakin bertambah, akalnya pun kian berkembang. Bayi yang sudah lebih peka terhadap lingkungannya biasanya lebih sulit untuk dilatih tidur mandiri, apalagi jika ia harus diminta pindah ke kamar tidur yang terpisah dengan orangtua.


Prinsip Keselamatan dalam Berbagai Cara Menidurkan Bayi

Bayi yang tidur di ranjang yang sama dengan orangtua sebetulnya tidak disarankan oleh AAP karena dinilai berpotensi meningkatkan peluang SIDS karena pada dasarnya di sekeliling bayi terdapat benda yang membahayakan jalan napasnya, sekalipun itu adalah lengan ibu sendiri. Namun, pola menidurkan bayi seperti ini justru lebih banyak dianut oleh masyarakat di Indonesia.

Tidur satu ranjang dengan bayi dianggap lebih mempererat bonding antara ibu dan bayi. Belum lagi, ada faktor kepraktisan di sini, yakni ketika ibu tidak perlu repot bolak-balik berjalan ke box bayi di tengah malam hanya untuk mengganti popok basahnya atau menyusuinya tiap dua jam.

Apapun pola dan cara menidurkan bayi yang ibu pilih, pastikan bahwa faktor keselamatan bayi adalah nomor satu. Berikut panduan keselamatan bayi yang berhubungan dengan aktivitas tidurnya:

  • Tidurkan bayi dalam keadaan punggung di bawah alias telentang, sekalipun bayi sudah bisa tengkurap atau tidur dalam keadaan miring

  • Bayi mungkin sesekali akan berguling atau tengkurap dalam tidurnya. Jika hal ini terjadi, ibu sebaiknya mengembalikan bayi ke posisi telentang seperti sedia kala

  • singkirkan benda-benda yang bisa membahayakan jalan napas bayi, misalnya selimut, bantal, guling, mainan, bahkan ibu jangan tidur terlalu dekat dengan bayi

  • Biasakan bayi tidur di ranjang selama berada di rumah, bukan di stroller, car seat, maupun baby carrier lainnya

  • Jangan selimuti bayi dengan kain yang terlalu tebal, apalagi berlapis-lapis, untuk menghindari bayi tercekat jalan napasnya maupun mengalami kepanasan yang sampai mengakibatkan kematian.


(Asni / Dok. Freepik)