Kelahiran

Anak Acha Sinaga Alami Hip Dysplasia, Rentan Terjadi Pada Bayi Sungsang!

Anak Acha Sinaga Alami Hip Dysplasia, Rentan Terjadi Pada Bayi Sungsang!

Beberapa hari belakangan, hati Ibumin sempat cirambay melihat postingan Acha Sinaga yang menyatakan bahwa anak ke duanya, Kenan didiagnosa hip dysplasia. Kondisi Kenan yang lahir sungsang, diduga kuat jadi penyebab hip dysplasia.

Dikutip dari Cleveland Clinic setidaknya 1 dari 1000 kelahiran bayi di Amerika Serikat, tiap tahunnya ada yang terdiagnosa hip dysplasia. Di mana kondisi ini akan memengaruhi sendi di bagian pinggul bayi.

Meski tidak akan mengakibatkan komplikasi jangka panjang, namun hip dysplasia ini diduga kuat rentan terjadi pada bayi sungsang. Tapi, nggak perlu khawatir, perawatan yang tepat bisa membantu membetulkan postur tubuh bayi kembali normal.

Nah, untuk mengetahui selengkapnya mengenai hip dysplasia yang dialami oleh anak Acha Sinaga, simak penjelasan berikut, yuk!

Mengenal hip dysplasia lebih jelas


Masih melansir dari Clevelan Clinic, hip dysplasia adalah sebuah kondisi kelainan tulang pinggul yang tidak sejajar dengan benar. Kasus hyp dysplasia pada bayi, biasanya lebih dikenal dengan istilah Developmental Dislocation of the Hip (DDH)

Tulang pinggul, terdiri dari ball dan socket joint. Normalnya, ball dan socket ini terpasang dengan pas di tubuh tiap bayi yang baru lahir. Namun, sayangnya pada kasus hip dysplasia yang dialami Kenan ball dan socket ini tidak terpasang dengan benar sehingga membuat bayi rentan mengalami dislokasi.

Para ahli mengatakan, kasus hip dysplasia pada bayi sangat rentan terjadi pada bayi sungsang, dan lebih umum ditemui pada bayi perempuan atau anak pertama. Akan tetapi, menurut para ahli dari American Academy of Orthopedic Surgeons kurangnya cairan ketuban saat hamil dan cara membedong bayi yang terlalu kencang, posisi gendongan yang salah, juga berperan besar membuat bayi mengalami hip dysplasia.

Meski begitu, hip dysplasia sejatinya bisa diatasi dengan treatment khusus. Guna membantu mengembalikan posisi tulang pinggul bayi.

Dengan catatan, Parents melakukan pemeriksaan secara dini setidaknya di 6 minggu pertama setelah bayi lahir. Supaya kemungkinan untuk posisi tulang kembali menjadi lebih mudah.

Kondisi yang menyebabkan hip dysplasia


Selain bayi sungsang, penyebab lain yang bisa mengakibatkan hip dysplasia ternyata ada banyak. Mengutip dari International Hip Dysplasia Institute faktor genetik juga mengambil peran dalam mengakibatkan kondisi ini.

Ketika ada anggota keluarga yang lahir dengan kondisi hip dysplasia, maka bayi yang lahir berikutnya juga 12 kali bisa mengalami kejadian serupa. Meskipun genetik bukanlah penyebab utamanya.

Kondisi lain yang menyebabkan bayi rentan mengalami hip dysplasia adalah:

1. Bayi lahir sungsang

Mengutip laman Children Hospital kondisi bayi sungsang sangat rentan mengalami hip dysplasia. Hal ini karena, posisi bokong bayi yang sungsang dan berada di bawah kepala saat di dalam kandungan, membuat salah satu atau kedua kakinya telentang dalam posisi lurus sebagian.

Sementara kaki yang lain terlipat. Posisi ini dapat menghalangi perkembangan soket pinggul bayi dan jadi penyebab hip dysplasia yang paling umum.

2. Anak pertama dan umumnya terjadi pada anak perempuan

Para ahli dari International Hip Dysplasia Institute mengungkapkan, kondisi ini lebih rentan terjadi pada anak pertama. Hal ini terbukti dengan adanya studi kasus yang menunjukkan, 6 dari 10 kasus hip dysplasia terjadi pada kelahiran anak pertama.

Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Namun, para ahli menduga kemungkinan hip dysplasia ini terjadi karena pengalaman kehamilan dan kelahiran pertama yang membuat jalur lahir bayi jadi lebih sempit. Ditambah dengan posisi bayi yang sungsang.

Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan bahwa kondisi ini lebih rentan dialami oleh bayi perempuan ketimbang laki-laki. Setidaknya terdapat studi kasus yang menunjukkan 8 dari 10 kasus hip dysplasia dialami oleh bayi perempuan.

3. Membedong bayi terlalu kencang

Posisi bedong yang salah dan terlalu kencang juga berperan dalam menyebabkan hip dysplasia pada bayi. Apalagi, tulang bayi masih sangat lunak. Sehingga sangat rentan bergeser dan mengakibatkan dislokasi tulang.

4. Berat badan bayi yang lahir cukup besar

Mendekati akhir kehamilan, memang rentan membuat ruang bayi di dalam kandungan makin menyempit. Sehingga, bikin ia kesulitan mengatur posisi, dan rentan mengalami hip dysplasia. Apalagi jika berat badan bayi sudah cukup besar.

Tanda apa yang perlu diwaspadai? 


Hip dysplasia pada bayi biasanya jarang disadari oleh orang tua. Apalagi jika Parents terlalu sering membedong bayi, alih-alih agar bayi lebih tenang saat tidur.

Nyatanya, mengutip Kids Health ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai, diantaranya sebagai berikut:

  • Terdapat bunyi “klik” tiap kali bayi mengentak-hentakan kaki
  • Panjang kaki kanan dan kiri bayi tidak sama
  • Lipatan pantat bawah anak tidak sejajar
  • Gerakan kaki bayi tampak kurang mobilitas atau fleksibilitas di satu sisi
  • Pada bayi yang sudah mulai berjalan, ia tampak berjalan pincang, jinjit, atau malah tampak kesulitan berjalan.

Tapi nggak perlu khawatir, dengan melakukan pemeriksaan yang tepat dapat membantu mengembalikan posisi tulang. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan di bagian pinggul atau selangkangan bayi.

Terutama jika orang tua sudah punya keluhan atau kecurigaan sebelumnya. Untuk semakin menegakkan diagnosa, biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk melihat struktur sendi pinggul.

Pemeriksaan tersebut berupa ultrasonografi (USG) untuk bayi hingga berusia 6 bulan, di mana struktur tulangnya masih cukup lunak. Pemeriksaan X-ray dapat dilakukan pada bayi dengan usia yang lebih tua.

Sementara, jika diagnosa dokter sudah tegak mengatakan bayi mengalami hip dysplasia biasanya si kecil akan dirujuk untuk melakukan terapi non-operatif seperti:

  • Penggunaan brace pavlik harness selama 6-12 minggu (tergantung seberapa parah kasusnya)
  • Penggunaan gips berupa spica cast (dilakukan pada bayi di atas 6 bulan)
  • Penyesuaian gaya hidup, terutama pada bayi yang memiliki berat badan berlebih
  • Fisioterapi, untuk memperkuat otot sendi panggul
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Ketika menemukan gejala hip dysplasia pada bayi, Ibumin sarankan agar Parents perlu bergerak cepat untuk memeriksakan kondisi si kecil ke dokter. Sebab, hip dysplasia yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan masalah dan bikin si kecil rentan mengalami radang sendi/osteoarthritis, yang jelas mengganggu aktivitasnya saat dewasa nanti.