Orang tua Ibumin pernah berkata, setelah melahirkan seorang Ibu perlu memiliki banyak dukungan. Apalagi, setelah melahirkan, seorang Ibu rentan mengalami stress akibat perubahan fisik dan kebingungan mengurus bayi untuk pertama kali.
Hal ini juga yang tampaknya terjadi pada seorang Ibu yang mencoba bunuh diri bersama sang bayi, di stasiun kereta api (KRL) Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pihak kepolisian mengungkapkan, aksi Ibu bunuh diri yang dilakukan oleh perempuan berkerudung biru tersebut dikarenakan adanya masalah keluarga.
Namun, netizen meyakini aksi yang dilakukan Ibu bunuh diri tersebut ada hubungannya dengan postpartum depression yang rentan dialami seorang Ibu setelah melahirkan. Mengingat bayi yang ia gendong, masih sangat kecil.
Lalu, apakah postpartum depression bisa mengakibatkan Ibu bunuh diri? Apakah perbedaan antara postpartum depression dan baby blues? Benarkah rentan dialami Ibu yang kurang mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, terutama setelah melahirkan? Yuk, kita simak selengkapnya dalam ulasan berikut.
Mengapa setelah melahirkan Ibu rentan bunuh diri?
Dikutip dari Psychiatric Times berdasarkan evaluasi data dari studi Maternal Behavioral Health Policy Evaluation (MAPLE), para peneliti menemukan 2.683 dari 595.237 para Ibu yang baru melahirkan di Amerika Serikat, memiliki keinginan untuk bunuh diri atau pemikiran untuk menyakiti diri sendiri. Berdasarkan temuan tersebut, prevalensi pikiran Ibu bunuh diri meningkat hampir 3 kali lipat antara tahun 2006 dan 2017.
Terhitung dari 0,2 menjadi 0,6%, dengan peningkatan terbesar terjadi dengan pemicu yang menyertai layaknya, faktor ekonomi, usia Ibu yang terlalu muda, Ibu dengan komorbiditas kecemasan, depresi, atau penyakit mental serius lainnya. Di luar dari hal tersebut, yang jelas setiap Ibu punya battle-nya masing-masing.
Begitupun dengan kemampuan mengelola emosi dan ketangguhan mentalnya. Termasuk yang dialami Ibu bunuh diri di stasiun KRL tersebut. Di mana masalah keluarga hingga kurangnya dukungan, bisa memperparah kondisi mental Ibu.
Apalagi, bagi Ibu yang setelah melahirkan mengalami segala macam perubahan, mulai dari fisik hingga mental. Sehingga mereka rentan mengalami postpartum depression dan baby blues.
Apa itu postpartum depression dan baby blues?
Postpartum depression, merupakan kondisi yang seringkali dialami Ibu setelah melahirkan. Hal ini berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon dan zat kimia dalam otak Ibu.
Apalagi, setelah melahirkan ada banyak sekali perubahan hormon yang rentan membuat Ibu menjadi sangat sensitif, mood swing hingga yang paling parah adalah keinginan untuk mengakhiri hidup. Yes! Postpartum depression, dan baby blues kerap kali dikaitkan.
Padahal keduanya jelas merupakan kondisi yang berbeda. Dikutip dari John Hopkins Medicine baby blues sendiri, merupakan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan kecemasan, mudah menangis, dan kegelisahan yang hilang dalam 2 minggu pertama setelah melahirkan.
Disebut juga postpartum blues, baby blues sebenarnya merupakan bentuk depresi ringan dan bersifat sementara yang akan hilang begitu hormon sudah stabil. Menurut penelitian, hampir 85% Ibu di dunia mengalami baby blues.
Pada kondisi baby blues, Ibu mungkin akan mudah merasa senang, tapi sejurus kemudian bisa merasa sedih dan kewalahan. Seolah kehilangan jati diri, namun hal ini Ibu rasakan tanpa adanya penyebab.
Sementara, postpartum depression merupakan pengembangan dari baby blues yang dialami Ibu pasca melahirkan. Kondisi yang menyerang mental dan psikologi Ibu ini, cenderung lebih serius, hingga bisa membuat Ibu bunuh diri akibat kurangnya dukungan.
Bahkan, yang lebih memprihatinkan lagi, postpartum depression menyumbang 20% kematian Ibu di dunia pasca melahirkan. Ibu yang memiliki masalah dengan mental sebelum hamil sangat berpotensi besar, mengalami kondisi ini. Namun, faktor genetik dan faktor keluarga juga memengaruhi depresi yang terjadi setelah melahirkan.
Kasus Ibu bunuh diri rentan terjadi akibat postpartum depression
Postpartum depression, digolongkan menjadi gangguan depresi pasca melahirkan yang cukup parah, karena hal ini bisa terjadi selama 1 bulan hingga 1 tahun setelah melahirkan. Berbanding terbalik dengan baby blues yang terjadi kurang lebih hanya sekitar 2 minggu pasca melahirkan.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan kasus Ibu bunuh diri rentan terjadi, dan kerap dikaitkan dengan postpartum depression. Dikutip dari Mayo Clinic kondisi ini juga rentan mengganggu kemampuan Ibu dalam merawat bayi dan menangani tugas sehari-hari lainnya.
Gejala postpartum depression biasanya timbul dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Namun hal ini mungkin dimulai lebih awal (ada gejala saat hamil) atau lebih lambat. Gejala dari gangguan ini diantaranya adalah:
- Perubahan suasana hati yang parah
- Lebih sering menangis
- Kesulitan bonding dengan bayi
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Sulit untuk tidur atau bahkan tidur terlalu banyak
- Kelelahan ekstrem atau kehilangan energi
- Kurangnya minat dan kesenangan pada aktivitas atau hobi
- Kemarahan dengan intensitas yang cenderung lebih sering
- Merasa dihantui perasaan takut tidak bisa menjadi Ibu yang baik
- Merasa putus asa
- Merasa diri tidak berharga
- Berkurangnya kemampuan berpikir jernih, sulit berkonsentrasi atau mengambil keputusan
- Mudah gelisah
- Kecemasan parah dan serangan panik
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
- Sering berpikir untuk Ibu bunuh diri atau mengakhiri hidup.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah Ibu bunuh diri setelah melahirkan?
- Rangkul Ibu, dengarkan ceritanya. Biarkan ia berbicara dan berikan kesempatan baginya untuk berkeluh kesah, tapi jangan terlalu menasehati
- Sebaiknya jangan menyudutkan, terlebih membuat Ibu merasa bersalah. No! Sebisa mungkin hal ini wajib dihindari ya, Bu!
- Tawarkan bantuan, seperti opsi ahli layaknya psikolog atau psikiater jika ia merasa makin tidak bisa mengendalikan diri
- Suami, kerabat dan keluarga harus jadi garda terdepan untuk mendukung agar Ibu sehat secara fisik dan mental.
Kasus Ibu bunuh diri yang sempat dicegah masyarakat di stasiun KRL ini semoga bisa jadi pelajaran buat kita semua, bahwa dukungan penuh pada Ibu pasca melahirkan sangatlah penting. Jangan sekali-kali meremehkan depresi yang Ibu alami pasca melahirkan, dan jangan ragu untuk berkonsultasi ke ahlinya jika dirasa kondisi mental Ibu makin tidak stabil.