Keluarga

Belajar dari Atta dan Aurel: Bicarakan Ini Sebelum Punya Anak!

Belajar dari Atta dan Aurel: Bicarakan Ini Sebelum Punya Anak!

Happy wedding, Atta dan Aurel Hermansyah! Pasangan selebritis yang baru mengikat janji sucinya pada tanggal 3 April 2021 lalu ini sempat bikin netizen gempar beberapa waktu lalu. Pasalnya, kepada awak media, sulung dari keluarga Halilintar itu secara blak-blakan mengungkapkan keinginannya untuk tak tanggung-tanggung mempunyai 15 anak dari istrinya, Aurel!

Cerita dari Atta dan Aurel tersebut pun memancing reaksi beragam kalangan, dari masyarakat biasa sampai aktivis dan tokoh. Ya, melahirkan banyak anak memang diketahui berisiko tinggi bagi ibu maupun bayi, mulai dari terjadinya kelahiran prematur, infeksi kehamilan, hingga perdarahan hebat pascapersalinan. Dilansir dari BMC Pregnancy and Childbirth, kehamilan yang tak direncanakan dengan baik juga rentan menyebabkan Ibu mengalami gangguan mental seperti depresi pasca melahirkan hingga parental burnout.

Anak: Isu Krusial dalam Pernikahan


Berita soal Atta dan Aurel tersebut sedikit banyak barangkali relate dengan kehidupan kita. “Banyak anak banyak rezeki. Tak usah takut beranak banyak, sebab tiap anak punya rezekinya masing-masing.” Begitu pikir mayoritas orang. Kehadiran buah hati di tengah keluarga dipercaya akan mendatangkan rezeki.

Konstruksi sosial masih menganggap bahwa anak adalah kunci kebahagiaan sebuah pernikahan. Tak heran kalau doa pertama yang paling sering diterima pengantin baru selalu nggak jauh-jauh dari “Semoga cepat diberi momongan ya!” Kehadiran seorang anak dianggap akan membuat rumah terasa lebih hangat dan ceria. Namun, betulkah demikian?

Jawabannya bisa iya, tapi bisa juga tidak. Anggapan soal anak sebagai sumber kebahagiaan mungkin valid bagi sebagian pasangan, tapi bisa juga sebaliknya bagi pasangan lain. Apa pun keyakinan kita soal anak, semestinya keputusan untuk memiliki buah hati atau tidak perlu dipertimbangkan matang-matang, bila perlu sejak sebelum menikah.

Ya, menjadi orang tua bukan hal yang mudah. Ada banyak konsekuensi dan tantangan yang mesti dihadapi dalam perjalanan mengasuh anak. Setiap calon orang tua (termasuk Atta dan Aurel, tentu saja) perlu mempersiapkan diri secara fisik, mental dan emosional, serta finansial sebelum memutuskan untuk memiliki buah hati. Tanpa perencanaan yang baik, keputusan untuk mempunyai anak bisa jadi bumerang buat si orang tua sendiri. Nggak jarang akhirnya anak-anak juga ikut menjadi korban.

Itulah kenapa rencana memiliki anak penting dibahas dan didiskusikan secara terbuka sebelum menikah atau memulai program hamil. Selain menyamakan visi dengan pasangan, hal ini juga bertujuan untuk menekan potensi timbulnya masalah di kemudian hari. Diskusi pranikah soal anak nggak cuma berkutat soal jumlah anak yang diinginkan, tapi juga meliputi hal krusial lain seperti pola pengasuhan, keterlibatan keluarga, pendidikan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Pembicaraan semacam ini akan membuat calon orang tua lebih siap dalam menerima kehadiran buah hati nantinya. Selain itu, punya visi atau tujuan pernikahan yang sama dengan pasangan juga akan membuat kehidupan rumah tangga terasa lebih bahagia dan jauh dari perselisihan, lho…

Belajar dari Atta dan Aurel: 11 Hal yang Penting Dibicarakan Sebelum Memiliki Anak


Semua pasti setuju kalau merawat dan membesarkan anak bukan perkara mudah. Akan selalu ada hari ketika kita merasa lelah, baik secara fisik maupun emosional. Ya, menjadi orang tua memang akan banyak mengubah kehidupan kita dan pasangan. Melansir Parents, Joanna Seidel, seorang konselor keluarga dari Toronto, bahkan menyebutkan bahwa saat menjadi orang tua, kita bukan lagi sosok yang sama seperti dulu.

Nah, dari ramainya pemberitaan soal Atta dan Aurel ini kita bisa belajar satu hal, yaitu pentingnya mempersiapkan diri sebelum menjadi orang tua. Mendiskusikan rencana soal anak sebelum menikah bisa menjadi cara terbaik untuk membantumu lebih siap dalam mengarungi parenthood roller coaster yang penuh drama dan tantangan itu.

Lalu, hal-hal apa saja sih yang wajib dibicarakan dengan pasangan sebelum memutuskan untuk punya anak?

1. Kapan akan punya anak?

Calon orang tua wajib membuat kesepakatan perihal kapan mereka akan mempunyai anak. Apakah sesegera mungkin setelah menikah, 6 bulan usai menikah, 1 tahun setelahnya, atau beberapa tahun kemudian?

Kesepakatan soal waktu punya anak ini bisa didasarkan atas berbagai pertimbangan, misalnya kesiapan fisik dan mental, kondisi finansial, kesibukan suami dan istri, faktor tempat tinggal, pengasuhan, dan lain-lain.

Jika pasutri memang berniat menunda kehamilan, jenis kontrasepsi apa yang akan dipakai juga penting dipikirkan sejak jauh-jauh hari. Tujuannya tentu saja agar suami maupun istri sama-sama siap sehingga risiko kehamilan tak direncanakan bisa dicegah sedapat mungkin.

2. Berapa jumlah anak yang akan dimiliki?

Setelah sepakat soal waktu, hal kedua yang juga wajib dibicarakan adalah soal jumlah anak yang akan dimiliki. Sama seperti sebelumnya, sebaiknya selalu pertimbangkan aspek finansial dan kesehatan fisik/mental (terutama calon ibu), ya! Sebab proses kehamilan, melahirkan, dan menyusui sangat bergantung penuh kepada kondisi si ibu.

Atta dan Aurel, serta siapa pun calon orang tua di luar sana perlu memikirkan hal ini dengan matang. Jika memang ingin punya anak lebih dari satu, atur jarak kelahiran sebaik mungkin. Selain untuk memaksimalkan pengasuhan si sulung di periode emas kehidupannya, cara ini juga bisa jadi jeda sejenak bagi orang tua (terutama ibu) untuk mempersiapkan diri menyambut kehadiran buah hati berikutnya.

3. Siapa yang akan bekerja dan mengasuh anak?

Calon orang tua juga perlu realistis bahwa memiliki anak butuh biaya yang tak sedikit. Itulah kenapa wajib ada diskusi terbuka di awal soal siapa yang akan bekerja, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan anak-anak?

Pada bulan-bulan pertama kelahiran anak, istri mungkin perlu berada di rumah secara total untuk mengurus bayi dan memastikan kesehatannya pulih. Setelahnya, pilihan untuk tetap berada di rumah sebagai stay-at-home parent atau bekerja di luar juga perlu dibicarakan dengan pasangan.

Kuncinya: jujurlah pada diri sendiri dan pasangan soal ini. Jika kamu berdua memang memutuskan untuk tetap bekerja, cari solusi tentang siapa yang nanti akan mengurus rumah dan membantu menjaga anak-anak. Misalnya dengan menggunakan jasa ART, menyewa baby sitter, menitipkan anak di daycare, atau yang lainnya.

4. Bagaimana jika anak sakit?

Poin ketiga ini masih berkaitan dengan bahasan soal siapa yang bekerja. Jika suami istri memilih untuk tetap bekerja dan suatu hari anak sakit, siapa yang harus tetap stay di rumah? Karena anak tak mungkin ditinggal sendirian dalam keadaan sakit, kan? Entah itu jawabannya istri atau suami, diskusi soal ini penting dibicarakan untuk meminimalisir risiko konflik di kemudian hari.

5. Siapa yang akan mengurus keperluan sehari-hari anak?

Memiliki anak bisa jadi hal yang membahagiakan sekaligus amat melelahkan, terutama di bulan-bulan pertama kehadirannya. Menyusui tiap jam, mengganti popok, membersihkan pup, dan hal lain yang seringnya dilakukan tengah malam tak ayal akan membuat orang tua merasa kewalahan.

Jadi sebelum punya anak, buat dulu kesepakatan soal ini ya. Ketika anak menangis, siapa yang bertugas bangun menenangkannya? Siapa yang bertanggung jawab mengganti popoknya? Siapa yang memandikannya? Dan sebagainya.

Kesepakatan pembagian peran dalam mengurus anak ini perlu dilakukan sehingga salah satu pihak tidak merasa lelah sendirian. Karena bikinnya berdua, ngurusnya juga harus berdua, dong…

6. Gaya parenting seperti apa yang akan diterapkan?

Tumbuh kembang, kecakapan, serta well-being seorang anak sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diterapkan orang tuanya, lho. Jadi, sebelum punya anak pastikan kamu sudah membuat kesepakatan dengan pasangan soal parenting style seperti apa yang akan diadopsi nanti.

Gaya pengasuhan ini meliputi banyak sekali aspek, di antaranya soal membangun kebiasaan positif pada anak, mengelola emosi anak, menghadapi anak saat tantrum, cara mendisiplinkan anak jika ia bersalah, pemenuhan nutrisi anak, pendidikan agama, dan lain-lain.

Membuat kesepakatan soal pola asuh anak dengan pasangan akan menghindarkanmu dari konflik ke depannya. Selain itu, pasutri yang punya visi sama juga bisa bekerja sama lebih baik dalam mendidik anak.

7. Bagaimana cara menghadapi konflik dengan nenek/kakek?

Pasangan suami istri milenial biasanya punya gaya parenting yang jauh berbeda dengan apa yang diterapkan oleh orang tua/mertuanya zaman dulu. Masing-masing berpikir bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik untuk anak atau cucunya. Sementara pihak lain justru berpikir sebaliknya. Tak jarang perbedaan pandangan ini menimbulkan konflik yang bikin hubungan antara anak-menantu-orang tua-mertua merenggang.

Nah, sudah siapkah kamu dengan hal-hal semacam ini? Terlihat sepele, tapi konflik dengan kakek nenek si kecil soal pola asuh ini sangat jamak terjadi dan menyebabkan ketegangan, lho. Itulah kenapa kamu wajib menyamakan visi dengan pasanganmu sebelum menikah. Salah satu tujuannya adalah kalian bisa saling backup jika hal-hal tak diinginkan semacam itu terjadi.

8. Soal agama dan pendidikan

Agama dan pendidikan anak juga menjadi hal penting yang tak boleh lewat dibicarakan dengan pasangan sebelum menikah. Ini berkaitan erat dengan value hidup yang akan dipegang anak seumur hidupnya. Jadi, pastikan kamu sudah mendiskusikannya secara serius dengan pasangan sebelumnya, ya!

Bicarakan secara terbuka mengenai keyakinan/nilai-nilai kehidupan seperti apa yang akan diajarkan kepada anak, bagaimana kiat jika kedua orang tua memiliki keyakinan berbeda, ajaran moral apa yang ingin ditanamkan kepada anak, bagaimana caranya, dan lain-lain.

Soal pendidikan juga penting dipikirkan. Selain pendidikan formal, calon orang tua seperti Atta dan Aurel juga butuh memastikan anak mendapat bekal pendidikan yang baik dari rumah. Pendidikan ini meliputi (tapi tak terbatas pada): sopan santun, menghargai dan menghormati orang lain, adab sehari-hari, dan sebagainya.

9. Diskusi keuangan

Diskusi finansial sebelum menikah bukan hal yang tabu, kok. Sebab kehamilan, melahirkan, merawat, dan menyekolahkan anak adalah perjalanan yang membutuhkan biaya tak sedikit. Orang tua perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya, vaksinasi, berobat ke dokter, membayar biaya sekolah, dan lain-lainnya.

Itulah kenapa diskusi seputar finansial perlu dilakukan sebelum menikah dan menjalankan program hamil. Pembicaraan yang transparan soal kondisi keuangan akan membuat calon orang tua lebih siap dan paham apa saja yang harus dipersiapkan sembari menyambut kehadiran si buah hati.

Cek apakah kamu dan pasangan sudah punya tabungan yang cukup untuk menutup keperluan-keperluan anak di atas? Adakah utang yang belum diselesaikan? Jika ada, kapan target lunasnya? Jawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur dan jadikan bahan evaluasi bersama, sebab anak juga berhak hidup layak dan bahagia tanpa dibebani dengan masalah finansial kedua orang tuanya.

10. Persiapan fisik dan mental

Persiapan fisik dan mental juga menjadi aspek penting yang harus diusahakan sebelum memiliki anak. Ke depannya akan selalu ada kondisi kurang mengenakkan yang menghadang. Nah, kondisi tubuh dan jiwa yang sehat serta stabil akan membuat calon orang tua lebih siap dalam merawat si buah hati dan mampu melewati segala rintangan dengan baik. Atta dan Aurel, dan juga calon ortu di luar sana, sudahkah mempertimbangkan hal ini sebelum memutuskan untuk memiliki banyak anak?

11. Perbanyak informasi

Calon orang tua seperti Atta dan Aurel juga wajib membekali diri dengan informasi yang cukup seputar kehamilan, melahirkan, dan pengasuhan anak. Ini berlaku untuk suami maupun istri. Tujuannya agar keduanya sama-sama siap dalam menerima kehadiran anak.

Pelajari dan diskusikan informasi-informasi yang berkaitan dengan kesehatan anak, nutrisi selama kehamilan, stunting, menu bergizi untuk keluarga, jadwal imunisasi anak terbaru, dan lain-lain.

Informasi semacam ini bisa didapat dari internet maupun buku-buku parenting. Usahakan untuk mencari sumber tepercaya ya. Bila perlu, ikuti komunitas parenting yang sering berbagi ilmu tentang pengasuhan anak.

Pertimbangan Penting Sebelum Memutuskan Punya Anak


Anak adalah amanah terbaik dari Tuhan. Di dalam dirinya melekat hak-hak dasar yang mesti kita penuhi sebaik mungkin. Hak anak itulah yang menjadi tanggung jawab besar orang tua. Sebelum benar-benar memanggilnya hadir ke dunia, berikut hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan.

1. Kondisi Ekonomi

Percaya bahwa setiap anak sudah punya rezekinya tentu boleh. Namun, kamu juga perlu bersikap realistis. Tanpa kondisi finansial yang stabil, bagaimana kita bisa memberikan kehidupan yang nyaman dan layak untuk anak-anak? Nah, sudah siapkah kamu dengan segala biaya yang dibutuhkan untuk membesarkan anak?

2. Kesehatan Diri Sendiri dan Pasangan

Sebelum memulai program hamil, orang tua juga wajib memperhatikan kesehatan diri sendiri dan pasangan. Cek apakah kondisi fisik dan psikis mendukung untuk memiliki keturunan? Adakah penyakit tertentu yang berisiko diturunkan kepada si anak nantinya, dll.

3. Keharmonisan Rumah Tangga

Anak berhak lahir dan tinggal di tengah keluarga yang hangat dan harmonis. Maka sebelum memutuskan untuk punya anak, evaluasi dulu hubunganmu dengan pasangan. Masihkah romantis? Apakah masa-masa bulan madu sudah terlewati? Sebab kondisi keluarga yang tak harmonis bisa memberikan pengaruh toksik untuk mental dan emosional si buah hati.

4. Prioritas dalam Hidup

Sebelum memiliki anak, pasutri juga perlu mengetahui prioritas masing-masing. Apakah ada cita-cita yang sedang dikejar? Target hidup yang belum tercapai? Karier yang masih ingin dijalani? Hal ini penting dipikirkan, sebab saat sudah punya anak, bukan nggak mungkin prioritas hidup akan bergeser. Jangan sampai anak terlantar karena orang tua gagal menyusun prioritas hidupnya.

Parenting is amazing but it’s not easy... Ada tanggung jawab besar di pundak yang harus kita pikul sebagai orang tua sampai si anak bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri—atau bahkan sampai nanti. Barangkali pertanyaan pamungkasnya adalah: sudah siapkah kita?

Apa pun jawabannya, semoga tulisan ini bisa jadi bahan refleksi bermanfaat untuk para calon orang tua (termasuk Atta dan Aurel) yang sedang merencanakan program hamil dan ingin memiliki momongan, ya!

Penulis: Kristal Pancarwengi
Editor: Dwi Ratih

Image source: Instagram Atta Halilintar