Ketika sudah menjadi orang tua, seringkali kita harus berdamai dengan inner child yg kita miliki. Inner child adalah sebuah aspek yang menggambarkan kepribadian seseorang semasa kecil. Pengalaman di masa kecilnya ini kemudian membentuk kepribadian seseorang saat dewasa.
Inner child kebanyakan memberikan dampak positif, namun tak sedikit pula yang memberikan dampak negatif sehingga menjadi luka masa lalu yang belum sembuh dan masih tertinggal. Akibatnya kita sebagai orang tua seringkali menjadi ‘salah jalan’ dalam mengasuh anak.
Meskipun terasa sulit, namun berdamai dengan inner child bisa dilakukan asalkan Ibu bisa mengelola luka tersebut dengan baik. Selain itu berdamai dengan inner child juga berguna agar Ibu tak kembali menanamkannya pada si kecil. Simak ulasan berikut ini agar bisa berdamai dengan inner child yuk, Bu.
Apa yang dimaksud dengan inner child?
Dilansir dari Refinery29 secara garis besar Inner child sebenarnya adalah sebuah konsep yang menggambarkan sifat dan sikap yang mungkin dimiliki oleh setiap orang yang terbentuk dari pengalaman kita saat masih kecil.
Inner child bisa jadi merupakan bagian dari diri kita yang tidak ikut tumbuh ketika kita dewasa. Sehingga hal ini terus terpendam dan bersembunyi di dalam diri. Menghasilkan emosi dan memori yang pernah kita alami, baik positif maupun negatif. Inner child yang negatif sangat memengaruhi pola pikir dan keputusan kita saat menjadi orang tua. Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui, menerima, dan terkoneksi dengan inner child dalam diri kita.
Menurut psikolog Dr. Nicole LePera melalui kanal youtube The Holistic Psycologist inner child umumnya terbentuk saat anak berusia 6 tahun sebab di usia tersebut, anak-anak menyerap segala sesuatu yang dialami dan diketahuinya begitu saja tanpa mempertanyakannya ulang. Bahkan di usia ini anak belum bisa berpikir kritis dan mereka percaya pada segala jenis perlabelan yang diberikan.
Misalnya saja, “si pintar”, “si keras kepala”, “si nakal dan sulit diatur” dan lain sebagainya. Sayangnya anak-anak justru menganggap hal ini merupakan bagian dari diri mereka yang tak sengaja atau tanpa disadari sudah di tanam sejak kecil.
Penyebab inner child terluka?
Inner child yang terluka biasanya memberikan dampak negatif bagi kita sebagai orang tua. Hal ini tanpa sadar terbentuk oleh kita dalam mendidik anak. Sehingga membuat rantai inner child tersebut tak akan pernah terputus. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin dapat menjadi penyebab inner child di dalam diri terluka:
- Kekerasan dalam rumah tangga;
- Kehilangan orangtua atau wali dan keluarga dekat di usia relatif masih kecil;
- Mengalami kekesaran seksual;
- Mengalami bullying;
- Seringkali diabaikan;
- Perceraian orang tua; dan
- Memiliki trauma masa kecil tertentu yang sulit dilupakan.
Tanda-tanda inner child terluka
Memiliki trauma masa kecil sudah pasti menjadi tanda pada inner child yang terluka dan berdampak negatif. Selain itu beberapa hal berikut ini mungkin juga bisa menjadi tandanya.
- Perfeksionis;
- Sering kali merasa cemas jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru;
- Rasa bersalah jika memberikan batasan atas diri kita kepada orang lain;
- Jiwa kompetisinya tinggi dan selalu ingin berusaha untuk menjadi yang terdepan;
- Merasa malu saat harus menunjukkan perasaan;
- Mudah curiga kepada orang lain;
- Senang mengindari konflik;
- Malu dengan bentuk tubuh sendiri;
- Sering menaruh curiga kepada orang lain;
- Berusaha menghindari konflik bagaimanapun caranya;
- Takut ditinggalkan; dan
- Tidak percaya diri dan ragu-ragu membuat keputusan.
Mengatasi inner child yang terluka
Menerima diri sendiri dan berusaha berdamai dengan masa lalu merupakan cara ampuh untuk mengatasi hal ini. Namun kembali lagi, mungkin butuh waktu yang agak lama supaya bisa menerima. Agar inner child yang terluka tidak berdampak pada pola asuh kita terhadap anak lakukan hal ini yuk Bu.
1. Rangkul inner child
Sama halnya dengan anak-anak, inner child butuh dirangkul dan diterima dengan baik oleh kita. Cintai inner child yang kita miliki sebagaimana kita memperlakukan anak-anak.
2. Bangun koneksi
Ingat-ingat apa yang sebenarnya menjadi masalah di masa kecil, bangun kembali koneksinya, identifikasi apa masalahnya, ajak inner child kita berdiskusi agar bisa terbangun hubungan yang baik supaya bisa mudah berdamai nantinya.
3. Dengarkan dan beri perhatian lebih.
Inner child ternyata juga butuh perhatian lho, Bu. Jika benar-benar memerhatikan dan merasakan, bisa jadi ada sebagian dari diri kita yang berusaha keras untuk dipahami dan dimengerti.
3.Sadar bahwa inner child akan selalu ada
Inner child akan menjadi bagian dari diri kita yang tidak perlu terus di buka kembali lukanya.
4. Coba cari bantuan ahli profesional untuk membantu mengatasi masalah ini.
Jika luka pada inner child dibiarkan menganga, bukannya disembuhkan, efeknya dapat berpengaruh terhadap popa asuh si kecil hingga mereka dewasa. Sehingga penting untuk bulatkan tekad, sembuhkan batin sebelum terlambat. Dengan menyembuhkan diri, Ibu juga mencegah sifat inner child yg terluka diturunkan pada si Kecil.
Manfaat mengelola inner child pada pola asuh anak?
- Anak terhindar dari sifat mudah marah dan emosi yang sluti terkontrol. Hal ini mungkin terjadi akibat orang tua dulu sering dimarahi sehingga sulit menahan emosi. Berujung meninggalkan trauma yang cukup dalam dan sulit mengelola emosi.
- Terhindari dari sikap over protective. Yup, Bu tanpa sadar sikap ini seringkali kita lakukan semata-mata untuk melindungi anak dari bahaya di dunia luar. Padahal cara didik ini sering diterapkan, dan banyak melukai inner child hingga dewasa. Pengekangan dan sikap orangtua dalam mendidik anak justru dapat membuat inner child mereka takut dan tidak percaya diri di masa depan.
- Terhindar dari sikap memanjakan. Bisa jadi hal ini orang tua lakukan karena saat masa kecil tidak pernah mendapatkan suatu barang yang diinginkan, misalnya seperti mainan. Sehingga inner child kita menjadi dendam dan berdampak pada cara mendidik anak dengan selalu menuruti apa saja permintaan si kecil. Hal ini jelas tidak baik ya Bu, sifat ini nantinya juga tidak akan berfungsi dengan baik di usia dewasanya dan bahkan hanya akan membuat mereka sulit bersosialisasi dengan teman-temannya.
Meski begitu, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Qualitative Studies in Health and Well-being, bahwa pengalaman di masa lalu dapat memberikan pembelajaran yang bermanfaat untuk jangka panjang, hingga saat tua nanti. Oleh sebab itu, cobalah untuk berdamai dan bersatu dengan inner child untuk hidup yang lebih baik ya Bu. Walaupun mungkin berdamai dengan inner child bukanlah hal yang mudah bagi orang tua, namun percayalah bahwa kondisi ini bisa dikelola dengan baik demi memutus rantai inner child kepada anak-anak kita nantinya.
Penulis: Aprilia Ramdhani
Editor: Dwi Ratih