Keluarga

Mendidik Anak Dengan Standar Ganda, Bikin Anak Kehilangan Hak Untuk Menolak

Mendidik Anak Dengan Standar Ganda, Bikin Anak Kehilangan Hak Untuk Menolak

Orang tua Ibumin pernah bilang, mendidik anak zaman dahulu dan sekarang ternyata cukup berbeda. Orang tua zaman sekarang diharapkan juga harus berhati-hati dalam mendidik anak-anaknya.

Salah mendidik anak, ternyata bisa membuat mereka kehilangan hak-hak mereka. Terutama bagi orang tua yang menerapkan pendidikan tegas dan disiplinitas yang tinggi.

Misalnya saja, yang sering terjadi ketika anak menolak untuk makan, orang tua biasanya akan melabeli “anak susah makan” atau malah “anak sedang GTM”. Akibatnya, kita seringkali bersikap memaksa anak untuk menuruti keinginan kita, agar mereka mau makan.

Tak jarang paksaan ini sering bikin anak menangis dan trauma. Sehingga, kita juga perlu memerhatikan soal standar ganda yang tanpa sadar sering kita terapkan dalam mendidik anak.

Pengertian standar ganda dalam mendidik anak


Double standard atau standar ganda kadang seringkali dilakukan oleh orang tua terhadap anak tanpa disadari. Mendidik anak dengan cara ini, sedikit banyak dapat mengakibatkan si kecil tumbuh dengan rasa tidak adil karena kurang mendapatkan hak-haknya.

Padahal, orang dewasa tentu nggak mau dipaksa dan punya hak untuk menolak, layaknya anak-anak, bukan? Nah, mengutip dari Parenting The Modern Family standar ganda dalam mendidik anak sendiri, terbentuk ketika orang tua percaya bahwa anak-anak harus mengikuti aturan orang dewasa.

Semata-mata hanya karena mereka masih anak-anak, tetapi orang tua tidak harus melakukannya. Contohnya; saat anak dipaksa mencoba hal yang tidak ia sukai, sementara orang dewasa sendiri menolak hal-hal yang bikin ia merasa tidak nyaman atau cemas.

Contoh lainnya, ketika orang tua melarang anak untuk berbohong, nyatanya orang tua sendiri malah melakukan hal tersebut. Alih-alih demi kebaikan sang anak.

Terlihat sepele ya Bu? Tapi jangan salah, dampaknya bagi anak justru sangat besar. Standar ganda dalam mendidik anak ini, bikin anak berpotensi untuk bersikap keliru dikemudian hari.

Terutama dalam memaknai kejujuran. Sebaliknya, untuk melawan standar ganda yang mungkin sudah jadi kebiasaan turun temurun keluarga, orang tua perlu menerapkan sebuah implementasi.

Artinya, kita perlu melalukan segala hal yang diucapkan dalam bentuk tindakan nyata. Jadi, kembali lagi, kalau orang tua nggak suka dipaksa, maka jangan pernah memaksa anak melakukan hal yang tak mereka sukai.

Menghargai keputusan dan hak-hak anak untuk menolak, adalah hal penting yang perlu dilakukan guna memutus rantai mendidik anak dengan standar ganda.

Mendidik anak dengan standar ganda termasuk pola asuh negatif


Karena cenderung dapat menimbulkan efek negatif pada anak di kemudian hari, maka bisa dikatakan mendidik anak dengan standar ganda merupakan perilaku pola asuh negatif. Mengutip dari Psych Central pola asuh negatif, merupakan puncak dari tindakan dan perilaku yang lalai atau berbahaya, sehingga dapat memengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mental anak, bahkan dampaknya bisa panjang hingga mereka dewasa.

Sehingga, bisa dikatakan hal ini termasuk perilaku pola asuh negatif yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

  • Kerap mengungkapkan kata-kata yang mengandung emosi berbahaya pada anak
  • Gemar melakukan kritik berulang tanpa bimbingan atau pengakuan prestasi
  • Kurangnya rasa hormat dan kepercayaan
  • Teguran tiada henti
  • Minim pujian
  • Menggunakan sikap membanding-bandingkan untuk mempermalukan atau merendahkan seorang anak.

Mendidik anak dengan standar ganda, apa dampaknya buat anak? 


Mendidik anak dengan standar ganda, bikin anak kekurangan bimbingan pola asuh yang positif. Anak-anak tanpa pengasuhan yang positif lebih berisiko mengalami masalah pada diri mereka sendiri, depresi, kecemasan, dan punya sikap agresi.

Dikutip dari Healthline sedikit banyak perilaku pola asuh negatif layaknya mendidik anak dengan standar ganda, tentu punya dampak negatif pula pada anak, diantaranya:

1. Persepsi diri negatif

Salah langkah dalam mendidik anak, sedikit banyak dapat memberikan konsekuensi jangka panjang, berupa penggunaan label negatif dan rasa malu yang berlebihan pada anak. Menurut psikolog klinis anak, Dr. Dana Dorfman, MSW, PhD, penggunaan label negatif yang konsisten seperti pemanggilan nama berkontribusi membangun persepsi diri yang negatif pada anak.

Sehingga anak rentan memiliki sikap malu atau minder berlebih. Kondisi ini sedikit banyak memengaruhi kemampuan anak untuk bersosialisasi.

2. Sulit mengendalikan emosi dan sering berontak

Anak-anak dengan pola asuh standar ganda, sedikit banyak dapat memiliki masalah dengan kendali atas orang lain, gangguan obsesif-kompulsif, dan perilaku cemas lainnya. Ujung-ujungnya, anak bisa saja menjadi sosok pemberontak dikemudian hari, karena jenuh atas sikap orang tua yang posesif.

Saat dewasa mereka juga berkeinginan kuat untuk melanggar aturan dan bukan tidak mungkin bisa saja terlibat dalam perilaku negatif.

3. Masalah emosional dan perilaku

Standar ganda dalam mendidik anak, seringkali menimbulkan kalimat ancaman verbal maupun fisik demi membuat anak patuh pada aturan orang tua. Tak jarang, anak sering dibentak, bahkan dipukul.

Disadari atau tidak, sikap seperti ini dapat menyebabkan anak mengalami masalah emosional dan perilaku, seperti agresif dan punya sikap pemarah akibat kesulitan mengontrol emosi.

Hentikan sekarang!


Yes! Mendidik anak dengan pola asuh standar ganda, sebaiknya perlu dihentikan sedini mungkin. Demi anak tumbuh dengan lembut dan memiliki sifat positif.

Lakukan hal berikut untuk menghentikan perilaku pola asuh standar ganda tersebut dengan cara:

  • Dengarkan pendapat dan perasaan anak dengan lebih sering melakukan validasi perasaan si kecil
  • Berikan konsekuensi yang sesuai saat hendak menerapkan kedisiplinan
  • Jangan buru-buru melabeli anak, misalnya ketika anak tidak mau berbagi mainan, jangan buru-buru melabeli anak pelit
  • Jangan mengabaikan anak meski orang tua sedang marah. Lebih baik jelaskan alasan mengapa Ibu marah, dan tetap tunjukkan rasa cinta dan kasih sayang
  • Biarkan anak bereksplorasi dan membuat kesalahan, tanpa mempermalukan atau mengkritik. Biarkan anak menjadikan kesalahan mereka sebagai bagian dari proses belajar
  • Memberikan contoh mengenai permintaan maaf jika berbuat salah.

Pola asuh standar ganda memang jadi sikap yang jarang disadari oleh orang tua. Karena punya dampak yang nggak main-main bagi anak, maka sebisa mungkin mendidik anak dengan cara ini perlu dihentikan ya Bu. Yuk, coba introspeksi lagi cara kamu mendidik anak.