Keluarga

Mengabaikan Diri Sendiri, Terapkan Batasan Pada Generasi Sandwich!

Mengabaikan Diri Sendiri, Terapkan Batasan Pada Generasi Sandwich!

Ibu, familiar nggak dengan istilah generasi sandwich yang belakangan kembali di bahas di berbagai platform media sosial? Apalagi, hal ini didukung dengan salah satu sosok komedian yang dianggap telah menjadi bagian generasi sandwich sejak bertahun-tahun lamanya yakni, Nunung.

Yup! Mami Nunung, begitu ia akrab disapa oleh para rekan seprofesinya, sudah bertahun-tahun menjadi tulang punggung keluarga. Nggak main-main, wanita 59 tahun ini bahkan pernah menanggung beban 50 orang keluarga sejak awal ia meniti karier di Srimulat.

Diakui oleh Nunung, memang bukan hal mudah ketika dituntut untuk memenuhi kebutuhan banyak orang. Namun, ia mengaku bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga, bisa jadi sumber kebahagiaan dan menambah semangat bekerja.

Tapi, gimana kalau bebannya jadi terlalu berat dan melupakan kepentingan diri sendiri ya, Bu? Jelas, hal ini malah jadi nggak sehat. Apalagi kalau sampai menyiksa kesehatan fisik dan mental kita.

Untuk itu, jadi generasi sandwich pasti ada dampaknya. Yuk, kita bahasa selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Apa itu generasi sandwich?


Sebuah penelitian dari Pew Research Center berjudul, The Sandwich Generation sekitar 1 dari 8 orang Amerika yang berusia antara 40 dan 60 tahun, mengaku menjadi tulang punggung dan merawat orang tua yang lanjut usia. Sementara 7-10 juta orang Amerika mengaku, juga menjadi tulang punggung dan membantu perekonomian saudaranya yang berada jauh di luar kota.

Padahal, kebanyakan dari mereka juga memiliki anak yang juga membutuhkan bantuan secara finansial. Para ahli juga mengatakan, jumlah generasi sandwich yang terjebak dalam kondisi seperti ini diperkirakan akan terus bertambah.

Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan generasi sandwich? Secara umum, generasi sandwich adalah sebutan bagi mereka yang masih berusia produktif, dan masih memiliki peran ganda atau bertanggung jawab atas keluarganya (istri dan anak) serta orang tua atau bahkan sanak saudara. Hal ini bikin generasi sandwich lupa untuk mengurus atau memikirkan dirinya sendiri.

Apalagi jika budaya generasi sandwich ini seolah dibebankan dari generasi sebelumnya. Pada akhirnya, posisi antara dua generasi itulah yang kemudian membuat seseorang diibaratkan seperti sandwich.

Dampak generasi sandwich itu nyata, lho!


Salah satu dampak generasi sandwich adalah mereka rentan mengalami stres. Bahkan jika dikutip dari Psychology Today dampak generasi sandwich juga bikin mereka jadi rentan mudah marah, sangat sensitif bahkan lebih sedikit waktu untuk memperhatikan diri sendiri.

Hal ini karena, kepentingan pribadi mereka telah dipengaruhi oleh beban tanggung jawab secara fisik maupun finansial generasi sandwich. Sehingga, selain stres mereka juga mungkin rentan mengalami depresi dan kecemasan berlebih.

Dampak generasi sandwich lainnya yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

1. Rentan dihantui perasaan bersalah

Yup! Seperti Mami Nunung yang kini divonis menderita kanker, membuat ia jadi sedih secara ganda. Pertama, karena ia harus membatasi diri untuk bekerja keras, dan yang kedua adalah ia merasa gagal karena sudah tidak bisa lagi jadi tulang punggung keluarga akibat kehilangan sumber penghasilan.

Sekalipun, mereka mampu menghidupi semua anggota keluarga, sayangnya mereka kerap merasa nggak puas dengan diri sendiri. Mereka biasanya merasa ketakutan akan kekurangan biaya untuk menghidupi anggota keluarga yang jumlahnya banyak tersebut.

Alhasil, hal ini bikin mereka akan bekerja lebih keras lagi. Sehingga ujung-ujungnya berisiko tinggi mengalami stres dan depresi nantinya. Memang, rantai generasi sandwich ini seolah sulit dipatahkan jika tak ada usaha dari diri sendiri ya, Bu.

2. Nggak punya waktu memikirkan diri sendiri

Kebanyakan generasi sandwich cenderung lupa untuk memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Semua kerja keras yang ia lakukan seolah hanya untuk demi membahagiakan ‘mereka’ semata.

Nggak heran, para generasi sandwich juga rentan mengalami burn out lebih sering. Hal ini bikin mereka merasa kelelahan secara fisik dan mental. Kalau hal ini sering terjadi, bukan tidak mungkin generasi sandwich bisa lebih mudah menderita penyakit tertentu atau bahkan depresi akut.

3. Mudah khawatir

Apalagi jika keuangan mendadak sangat pas-pasan, bahkan Ibu nggak punya dana cadangan untuk sekadar menabung. Hal ini seringkali bikin rentan mengalami perasaan cemas dan khawatir nggak bisa memenuhi kebutuhan anggota keluarga lain yang sebenarnya bukanlah tanggung jawab kamu.

4. Kerap alami tantangan finansial 

Yes! Nggak dipungkiri, sebagian generasi sandwich memang berkaitan dengan masalah finansial. Masalah finansial generasi sandwich yang nggak berkesudahan ini, otomatis akan berdampak pada kesehatan mental mereka nantinya.

Bisa nggak ya, keluar dari zona ini?


Secara keseluruhan, memang agak sulit untuk keluar dari zona sebagai generasi sandwich. Apalagi jika ada tuntutan bahwa kerabat yang mampu, wajib bantu kerabat yang ‘lemah’ secara ekonomi.

Tapi, bukan berarti kita nggak bisa keluar dari zona tersebut ya Bu. Melansir Very Well Mind berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk keluar dari rantai generasi sandwich:

  • Tetap bersikap baik kepada orang tua dan lakukan berbagai perawatan yang diperlukan. Ini merupakan bagian dari kepedulian Ibu terhadap orang tua
  • Mengajak anggota keluarga lain yang mungkin lebih mampu secara finansial ataupun fisik untuk ikut berbagi peran
  • Kelola keuangan dengan baik. Supaya Ibu tahu mana saja prioritas utama dalam anggaran keuangan
  • Tetap perhatikan diri sendiri. Sebagai generasi sandwich, kamu tetap punya hak untuk memikirkan diri dan membahagiakan diri sendiri, supaya kamu bisa tetap mengontrol pikiran. Meluangkan waktu untuk diri sendiri tidaklah egois, namun itu penting
  • Terkadang mengambil langkah mundur untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup bisa sangat bermanfaat, lho!
  • Cobalah untuk lebih bersyukur lagi, karena memiliki orang tua yang masih ada dalam hidup, atau sekadar pasangan yang mendukung, sehingga dapat memberikan kedamaian bagi diri kamu.

Penting diingat, jika kamu menjalankan hidup sebagai generasi sandwich, penting untuk tidak selalu menyalahkan diri sendiri sebagai korban akan keegoisan. Lakukan cara di atas untuk tetap menerapkan batasan yang tegas, demi menjaga kewarasan diri secara fisik dan mental.  Tetap semangat ya, Bu!