Keluarga

New Parents Sering Bertengkar Setelah Punya Anak? Ternyata Ini Sebabnya

New Parents Sering Bertengkar Setelah Punya Anak? Ternyata Ini Sebabnya

Wajar nggak ya kalau pasangan jadi sering bertengkar saat punya anak? Yup! Memiliki keturunan merupakan sebuah anugerah yang luar biasa, namun hal tersebut ternyata sebanding dengan rasa lelahnya yang juga luar biasa. 

Kadang-kadang, rasanya sangat lelah dan stress mengurus si kecil. Nggak jarang hal ini bikin new Parents jadi lebih mudah emosi dan lebih sulit dikontrol. Hal-hal yang biasanya dianggap sepele, tiba-tiba jadi bisa memicu pertengkaran.

Lantas, apakah wajar jika pasangan yang baru punya bayi jadi lebih sering bertengkar bahkan tentang masalah sepele? Yuk, cari tahu sebab dan cara mengatasinya agar intensitas bertengkar setelah punya anak bisa berkurang!

Bertengkar saat punya bayi, wajar nggak sih?

Dikutip dari Baby Centre, adu argumen yang kemudian berujung pertengkaran sebenarnya bukanlah hal aneh dalam menjalani bahtera rumah tangga. Terutama saat memasuki babak baru seperti memiliki anak.

Bagaimanapun juga, saat anak lahir, segala sesuatunya akan berubah. Rutinitas harian sudah pasti berubah. Dari yang semula bisa tidur 7-8 jam per hari, sekarang harus rela begadang karena si kecil mendadak rewel tengah malam.

Belum lagi, tubuh Ibu yang baru melahirkan juga mengalami perubahan hormonal. Mungkin akan muncul rasa sakit pasca hamil, kaki bengkak, lelah luar biasa, hingga baby blues pasca melahirkan yang berlangsung lama.

Bisa dibilang, periode waktu setelah anak lahir adalah waktu yang penuh tantangan. Jadi, nggak heran jika kemudian orang tua baru akan mengalami stres tinggi, dan level stres yang tinggi bisa berujung pada pertengkaran. Pasangan pun jadi lebih sering bertengkar setelah punya anak.

Hubungan romantis suami-istri berubah pasca kelahiran


Hadirnya seorang bayi mengubah segalanya dalam hidup, termasuk hubungan romantis suami-istri. Perubahan ini sudah pasti bisa memicu pasangan untuk bertengkar setelah punya anak.

Saat bayi lahir, kemungkinan besar waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan akan berkurang. Waktu mengobrol di malam hari sebelum tidur tanpa gangguan hilang, karena harus menidurkan si kecil.

Energi untuk berkomunikasi pun makin menipis, akibat kelelahan. Kemungkinan, obrolan pun lebih banyak diisi dengan kebutuhan bayi, bukan lagi soal Ibu dan Ayah.

Bahkan tak jarang, pasangan suami-istri jadi makin sulit untuk mengungkapkan kebutuhannya sendiri, karena lebih mengutamakan kebutuhan bayi.

Jadi, harus bagaimana?

Meski bertengkar setelah punya anak adalah hal yang sangat wajar, jika terus dibiarkan berlarut-larut tentu akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.

Ada baiknya untuk segera mengurai permasalahan ini. Apa kira-kira penyebab pasangan bertengkar setelah punya anak?

Mengutip Healthlinepenyebab pertengkaran bisa sangat bermacam-macam, tapi biasanya hal-hal yang menjadi pemicu tersebut bisa saling berkaitan. Misalnya, Ibu yang mengalami baby blues atau depresi pasca melahirkan, sering mengalami sulit tidur. 

Saat tubuh kurang istirahat maka emosi akan lebih mudah bergejolak. Bisa juga karena faktor eksternal. Salah satu contoh yang paling sering terjadi adalah campur tangan keluarga besar. 

Hadirnya keluarga besar tentu menjadi bala bantuan yang berarti. Namun tak jarang terjadi, mereka terlalu “terlibat” sehingga justru menimbulkan masalah baru.

Lantas, apa yang harus dilakukan agar intensitas bertengkar setelah punya anak berkurang? Ibu dan Ayah bisa coba beberapa pendekatan berikut ini.

1. Berkomunikasi

Seperti yang banyak orang bilang, “Komunikasi adalah kunci”. Kata-kata ajaib itu pun berlaku di sini.

Setelah punya anak, Ibu dan Ayah mungkin sulit untuk mengobrol heart-to-heart karena waktu lebih banyak dihabiskan dengan si kecil. Namun bukan berarti ini jadi alasan untuk stop berkomunikasi.

Coba luangkan beberapa menit setiap hari untuk ngobrol dengan pasangan. Sebisa mungkin, jadikan diri sendiri atau pasangan sebagai topik utama obrolan. Paling penting, dengarkanlah pasangan dengan seksama.

Dilansir dari NHSmelalui komunikasi ini Ibu bisa menyampaikan segala sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Ayah. Mulai dari berbagi tugas mengurus rumah, masalah pengasuhan si kecil, atau sekadar mengungkapkan keinginan Ibu untuk mendapat pelukan dari Ayah.

2. Stop berasumsi

Asal berasumsi tanpa klarifikasi sangat berbahaya. Sayangnya, hal ini tanpa disadari sering dilakukan oleh pasangan yang baru punya bayi. Akibatnya, mereka lebih sering bertengkar setelah punya anak.

Sebisa mungkin, hindari berasumsi terhadap pasangan. Bicaralah satu sama lain, ungkapkan semua yang mengganjal, dan sampaikan kekhawatiran Ibu.

3. Jangan asal menyalahkan

Saat Ibu dan Ayah berdebat tentang sesuatu, jangan saling menyalahkan. Jika memang melakukan kesalahan, segera minta maaf. Tapi, jangan lantas menjadikannya alasan sebagai ajang siapa yang paling banyak melakukan kesalahan, ya!

4. Minta maaf

Terkadang ego jadi makin besar saat rasa lelah menyerang. Saat lelah melanda, semuanya terasa salah dan cuma diri sendiri-lah yang paling benar. Padahal, saat kelelahan, Ibu mungkin lebih mudah membuat kesalahan. Jika memang salah, jangan ragu untuk segera minta maaf.

5. Ambil jeda sejenak

Kadang, hal yang paling sehat untuk dilakukan adalah menjauhi pertengkaran. Saat situasi kelihatannya bakal memanas, ambil jeda sejenak dan tenangkan diri. Daripada nanti mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti hati dan membuat situasi makin rumit.

Saat Ibu dan Ayah terus bertengkar setelah punya anak, ingatlah bawa mengasuh bayi memanglah hal yang sulit, tapi semuanya itu adalah momen yang luar biasa. 

Jangan lupa, Ibu tidak sendiri dalam mengasuh anak. Perbaiki komunikasi dengan pasangan dan cobalah untuk lebih berterus terang agar tidak sering bertengkar setelah punya anak.

Ingat, pasangan tidak bisa membaca pikiran dan mungkin tidak paham betul apa yang sebenarnya sedang kamu butuhkan selama mengasuh bayi.

Editor: Aprilia