Keluarga

Tugas dan Kewajiban Anak di Rumah Berdasarkan Usia

Tugas dan Kewajiban Anak di Rumah Berdasarkan Usia

Menanamkan nilai tanggung jawab kepada anak bisa dilakukan lewat berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan kewajiban anak di rumah. Memberi anak tugas tertentu, seperti membereskan tempat tidur sendiri, menyiapkan perlengkapan sekolahnya, atau membantu orang tua mencuci piring, dapat membuat mereka memahami tanggung jawabnya, mengajarkan kedisiplinan, dan melatih skill tertentu yang mana itu semua bisa berguna bagi anak di masa depan. 

Meski mungkin tugas-tugas itu tampak sepele, namun jika dilakukan secara berkala dapat membentuk kebiasaan dan membangun karakter positif dalam diri anak.

Mungkin ada sebagian orang tua yang agak keberatan menyuruh anaknya menyelesaikan pekerjaan domestik. Entah ada yang berpikir bahwa anak-anak tugasnya hanya bermain, atau menganggap kalau pekerjaan itu termasuk kewajiban orang tua atau orang dewasa, bukan kewajiban anak di rumah. Ada juga yang mungkin berpendapat kalau melibatkan anak dalam pekerjaan rumah itu hanya akan membuat semuanya berantakan dan jadi lebih lama selesainya. Jika kamu termasuk orang tua yang berpikiran seperti di atas, coba deh ketahui dulu manfaat menerapkan kewajiban anak di rumah, karena ternyata kebiasaan ini dapat berdampak positif bagi tumbuh kembang anak lho.

Pentingnya Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah

Bukannya ingin menjadi orang tua yang otoriter, namun tak bisa dimungkiri bahwa menerapkan tugas dan kewajiban anak di rumah itu justru bisa berdampak positif, tentunya jika dilakukan dengan cara yang tepat. Seorang pakar parenting, Jim Fay, dalam situs WebMD, bahkan mengatakan bahwa manusia pada dasarnya perlu memiliki perasaan dibutuhkan, tak terkecuali anak-anak. Mereka akan suka jika mengetahui dirinya ternyata dapat memberikan kontribusi. Lalu, apa saja sih manfaat menerapkan kewajiban anak di rumah?

1. Kewajiban anak di rumah dapat mengajarkan skill bertahan hidup

Kesempatan untuk mengembangkan skill dasar bertahan hidup seringkali datang dari kehidupan rumah tangga. Mencuci, memasak, membereskan rumah, adalah segelintir keterampilan yang dibutuhkan anak-anak di masa mendatang, ketika orang tua sudah tidak ada atau ketika ia akhirnya hidup merantau. Keterampilan dasar ini tidak sepenuhnya diajarkan di sekolah, namun justru jadi kemampuan yang perlu dimiliki manusia agar dapat bertahan hidup.

2. Kewajiban anak di rumah akan mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian

Memberi anak tugas-tugas rutin sebagai bagian dari kewajiban anak di rumah dapat mengajarkan mereka tanggung jawab. Selain itu, meminta anak memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti mencuci baju sendiri, membersihkan kamarnya, atau menyiapkan keperluannya juga dapat menanamkan kemandirian. Tentu saja ini akan menjadi nilai plus ketika anak nantinya harus hidup sendiri.

3. Kewajiban anak di rumah akan mengajarkan teamwork


Melibatkan anak dalam pekerjaan di rumah akan melatihnya menjadi anggota tim yang produktif. Keluarga merupakan satu tim yang harus saling membantu satu sama lain agar solid. Memberikan tugas dan kewajiban anak di rumah dapat mengembangkan keterampilan kerja tim yang kuat sehingga skill ini dapat digunakan saat anak menjadi bagian dari kelompok yang lebih luas, seperti sekolah atau tempat kerja.

4. Kewajiban anak di rumah dapat mengasah skill berkomunikasi

Dilansir dari laman Raising Children, membebankan tugas atau kewajiban anak di rumah juga akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi. Ini karena terlibat dalam tugas bersama akan mendorong anak berkomunikasi dengan jelas, bernegosiasi, dan bekerja sebagai tim. Skill-skill tersebut termasuk skill “mahal” yang akan sangat mempermudah anak menjalani kehidupannya sebagai manusia dewasa kelak.

5. Kewajiban anak di rumah dapat membangun etos kerja yang kuat

Semangat dalam bekerja menjadi sifat yang sangat dihargai guru di sekolah atau bos di kantor. Jadi kenapa tidak menanamkan sifat ini pada anak sejak ia masih kecil? Salah satu caranya yaitu dengan memberikan tugas dan meminta anak menyelesaikan kewajibannya sendiri di rumah, seperti merapikan tempat tidur, menata pakaian di lemari, dan lain sebagainya.

6. Kewajiban anak di rumah bisa meningkatkan kemampuan time management

Memberikan tugas dan kewajiban anak di rumah juga dapat meningkatkan keterampilan perencanaan dan manajemen waktu, lo, Bu. Anak akan merasakan bagaimana jika ia dihadapkan pada tugas-tugas domestik di samping kewajiban menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu. Jika ini jadi kebiasaan, kemampuannya dalam mengatur waktu akan terus meningkat. Ini akan membantu mereka belajar menentukan prioritas yang mana keterampilan ini akan sangat berguna di dunia kerja.

7. Kewajiban anak di rumah dapat menjadi sarana bonding antar anggota keluarga

Meminta anak membantu pekerjaan rumah juga bisa menjadi sarana memperkuat bonding antar anggota keluarga. Tugas-tugas tersebut dapat menciptakan momen spesial antara anak-anak dan orang tuanya. Orang tua yang pendiam mungkin akan jadi lebih aktif saat dihadapkan pada tugas bersama. Begitupun anak remaja yang tertutup, bisa jadi ia akan lebih membuka diri saat mengerjakan pekerjaan bersama keluarga yang lain. Anak kecil pun pada dasarnya akan senang jika diminta membantu pekerjaan rumah karena ini dapat membuatnya merasa penting serta meningkatkan harga diri.

Cara Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah

Supaya tidak terkesan otoriter, menerapkan kewajiban anak di rumah harus dilakukan dengan tepat. Bagaimana caranya?

1. Sesuaikan tugas domestik dengan usia anak

Menerapkan kewajiban anak di rumah haruslah disesuaikan dengan usianya. Pekerjaan yang terlalu sulit bagi anak justru bisa membuatnya frustasi. Sebaliknya, pekerjaan yang terlalu mudah dapat menjadi sangat membosankan baginya. Minta anak melakukan tugas yang sesuai usianya, mungkin bisa juga menyesuaikan dengan minatnya saat itu, misal balita yang sedang suka mengumpulkan barang bisa diajak memasukkan baju kotor ke mesin cuci.

2. Libatkan anak pada tugas rumah yang menyangkut kepentingan orang banyak

Sebaiknya jangan hanya meminta anak melakukan tugas yang menyangkut kepentingannya sendiri, seperti membereskan kamarnya, mencuci pakaiannya, atau merapikan buku-bukunya. Libatkan juga anak pada tugas rumah yang menyangkut kepentingan orang banyak, misalnya menyiapkan makan malam, membuat kue, menyapu halaman, mencuci mobil, dan banyak lainnya. Pekerjaan seperti ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan partisipasi pada anak.

3. Ajak anak berdiskusi tentang pekerjaan domestik

Untuk anak-anak yang lebih besar, libatkan mereka pada diskusi-diskusi tentang pekerjaan domestik. Dorong juga mereka untuk berpendapat. Aktivitas ini dapat menjadi ajang bertukar pikiran dan pendapat mengenai tugas-tugas apa saja yang cocok mereka kerjakan dan mana saja yang mungkin terasa berat dilakukan. Setelah itu, berikan juga anak kesempatan memberikan solusi.

4. Lakukan tugas secara bersama-sama 

Anak-anak biasanya menolak melakukan tugasnya karena enggan mengerjakan sendiri. Atau bisa juga karena mereka tidak tahu cara memulainya. Jika anak tampak malas mengerjakan pekerjaan domestik, cobalah untuk mengajaknya menyelesaikan bersama. Beri juga contoh atau tahapan yang perlu dilakukan anak agar pekerjaannya tersebut bisa lebih cepat selesai.

Tips Agar Anak Mau Mengerjakan Kewajiban di Rumah

Anak-anak biasanya punya banyak alasan untuk tidak menyelesaikan kewajibannya di rumah. Ayah dan Ibu mungkin perlu beberapa tips khusus agar anak mau mengerjakan tugas-tugas tersebut. Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Jangan terlalu perfeksionis

Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Ibu atau Ayah mungkin punya standar sendiri mengenai kerapian atau kebersihan, namun jangan mengharapkan anak bisa mencapai standar tersebut. Biarkan mereka melakukan tugas mereka bagaimanapun hasilnya. Lebih baik fokus pada prosesnya, bukan pada hasilnya.

2. Jangan menunda-nunda

Banyak orang tua mungkin berpikir kalau anak-anak mereka masih terlalu kecil untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi bisa jadi anak-anak justru lebih mampu daripada yang orang tuanya pikirkan. Menunda memberi anak tugas justru bisa membuatnya semakin sulit menerapkan kebiasaan tersebut.

3. Jangan ragu memberi pujian

Jangan pelit atau ragu memberi anak pujian. Tidak perlu menunggu tugasnya selesai dulu untuk bisa memberinya pujian. Puji dan dorong anak saat sedang berusaha menyelesaikan tugasnya. Ciptakan momentum positif agar anak selalu semangat saat tiba waktunya mengerjakan pekerjaan rumah.

4. Bersikaplah konsisten

Jadilah orang tua yang konsisten, termasuk dalam menerapkan kewajiban anak di rumah. Anak-anak yang tidak didorong untuk terus mengerjakan tugasnya akan mulai menunda pekerjaan dengan harapan ada orang lain yang akan melakukannya untuk mereka. Ibu dan Ayah juga bisa membuat jadwal harian dan ditempel di pintu kulkas untuk memudahkan anak mengingat.

Contoh Kewajiban Anak di Rumah Berdasarkan Usia

Ada banyak sekali contoh kewajiban anak di rumah yang bisa orang tua terapkan. Tentunya semua ini harus disesuaikan usia anak, luas rumah, jenis perabotan, dan banyak lainnya. Nah, selain punya kewajiban, anak juga memiliki hak yang harus orang tua penuhi. Berikut contoh hak dan kewajiban anak di rumah:

1. Kewajiban anak di rumah: balita (2-3 tahun)

  • Membereskan mainan dan memasukkan ke tempatnya setelah digunakan;
  • Meletakkan buku dan majalah di rak;
  • Memasukkan baju kotor ke keranjang; dan
  • Buang air sendiri (toilet training).

2. Kewajiban anak di rumah: prasekolah (4-5 tahun)

  • Membersihkan apa yang mereka jatuhkan setelah makan;
  • Menyikat gigi sendiri;
  • Membuka pakaian sendiri dan berpakaian dengan bantuan;
  • Mengatur meja untuk makan;
  • Membantu menyiapkan makanan di bawah pengawasan;
  • Membantu meletakkan pakaian bersih ke dalam lemari; dan
  • Membantu berbelanja bahan makanan dan menyimpannya.

3. Kewajiban anak di rumah: usia sekolah (6-11 tahun)

  • Menyiram taman;
  • Membantu mencuci pakaian, menjemur, dan melipatnya;
  • Membuang sampah;
  • Membantu memilih makanan dan berbelanja;
  • Membantu menyiapkan dan menyajikan makanan di bawah pengawasan;
  • Menyapu dan mengepel lantai (termasuk kamarnya sendiri);
  • Membereskan tempat tidur;
  • Membersihkan wastafel, mengelap kursi dan meja; dan
  • Menyimpan barang pecah belah dan peralatan makan.

4. Kewajiban anak di rumah: remaja (12-18 tahun)

  • Mendiskusikan waktu tidur, jam malam, dan screen time bersama orang tua;
  • Bertanggung jawab menyiapkan makanan untuk keluarga (bisa ambil 1 hari dalam 1 minggu untuk jadwal anak menyiapkan makan);
  • Membantu mencuci mobil;
  • Membantu menjaga adik;
  • Memotong rumput dan mengatur taman;
  • Membantu menjaga toko jika orang tua memiliki toko kelontong atau bisnis tertentu; dan
  • Mengecat tembok.

Hak-hak Anak

Selain kewajiban-kewajiban di atas, anak juga punya hak yang harus ditunaikan orang tua, lo. Berikut ini sederet hak-hak anak seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak:

1. Hak beribadah menurut keyakinannya

Hak memeluk agama merupakan hak manusia paling dasar. Anak bebas memeluk serta menjalankan agamanya sesuai keyakinannya.

2. Hak memperoleh pendidikan

Anak berhak memperoleh pendidikan serta diberikan ilmu-ilmu yang berguna untuk masa depannya. Orang tua sebaiknya menyekolahkan anak minimal 9 tahun, yaitu dari SD, SMP, hingga SMA atau SMK.

3. Hak mendapat perlindungan di sekolah

Anak berhak mendapat perlindungan di sekolah, terbebas dari segala tindak kejahatan, kekerasan, termasuk kejahatan seksual. Sekolah seharusnya bisa jadi tempat yang aman untuk anak belajar dan mengukir prestasi. Sekolah harus bisa jadi pelindung bagi anak-anak dari tindak kejahatan termasuk dari guru-guru maupun teman-temannya sendiri.

4. Hak diasuh orang tua sendiri

Anak memiliki hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali ada faktor tertentu yang sah di mata hukum. Anak juga berhak mendapat kasih sayang dari orang tuanya, diasuh, dirawat, dan diperlakukan secara adil.

5. Hak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan

Anak berhak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan aktivitas politik, konflik bersenjata, kerusuhan, dan semua peristiwa yang mengandung kekerasan, peperangan, serta kejahatan seksual.

6. Anak difabel berhak mendapat pendidikan yang setara

Anak penyandang disabilitas berhak mendapat pendidikan luar biasa. Mereka harus memperoleh kesempatan, tempat, fasilitas, untuk dapat belajar serta mengukir prestasi. Ia tidak boleh dihalangi untuk menimba ilmu.

7. Anak difabel berhak mendapat bantuan sosial

Anak penyandang disabilitas juga berhak mendapat rehabilitasi, bantuan sosial, atau pemeliharaan kesejahteraan, baik di bidang kesehatan maupun pendidikan. 

Itulah sederet kewajiban dan hak seorang anak yang perlu diperhatikan para orang tua. Mungkin ada di antara orang tua yang bertanya-tanya bolehkah memberikan hadiah berupa uang kepada anak yang telah berhasil menyelesaikan tugasnya? Sebagian besar pakar parenting berkata tidak. Pekerjaan rumah merupakan bagian dari tanggung jawab anak. Itu juga menunjukkan bahwa mereka termasuk dalam tim yaitu keluarga.

Namun, untuk anak yang sudah besar, memberikan uang saku tambahan mungkin bisa dilakukan jika anak mau mengerjakan tugas tambahan, di luar kewajibannya sendiri, contohnya seperti mencuci mobil atau motor, mengecat dinding rumah, dan lain sebagainya.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih