Kesehatan

3 Kategori Laringomalasia Penyebab Nafas Bayi Grok Grok

3 Kategori Laringomalasia Penyebab Nafas Bayi Grok Grok

Pada bayi yang baru lahir, normal jika sesekali nafas bayi berbunyi. Nafas bayi yang berbunyi grok grok menunjukkan paru-paru dan hidung bayi yang sedang beradaptasi dengan lingkungan baru yang sangat berbeda dengan lingkungan di dalam rahim. Nafas bayi yang berbunyi ini kemungkinan akan berlangsung selama beberapa minggu. Jadi, Ibu tak perlu risau ya saat mendengar nafas bayi bunyi grok grok.

Tetapi pada keadaan tertentu Ibu perlu lebih waspada bila nafas bayi berbunyi grok grok. Misalnya saja jika nafas bayi yang berbunyi disebabkan oleh laringomalasia. Apakah laringomalasia yang menyebabkan nafas bayi berbunyi ini terdengar asing di telinga, Bu? Laringomalasia adalah kondisi bawaan berupa lemahnya jaringan laring di atas pita suara. Struktur laring yang tidak terbentuk dengan baik menyebabkan jaringan ini berada di bukaan jalan udara dan sebagian menyumbatnya. Laringomalasia menjadi penyebab paling utama nafas bayi berbunyi.

Pada sebagian besar kasus nafas bayi berbunyi, laringomalasia tidak menjadi kondisi yang serius. Bayi mengalami nafas bayi yang berbunyi grok grok, tapi bisa menyusu dan tumbuh dengan baik. Untuk kondisi bayi dengan nafas bayi seperti ini, laringomalasia akan sembuh tanpa membutuhkan pembedahan saat usianya mencapai 18 atau 20 bulan. Tapi sebagian kecil bayi dengan laringomalasia ada yang tak hanya mengalami nafas bayi yang berbunyi saja tetapi juga memicu terjadinya kesulitan bernafas, menyusu, dan kesulitan menambah berat badan. Gejala seperti inilah yang membutuhkan perhatian khusus saat nafas bayi bermasalah.

Bu, perlu diketahui bahwa kondisi laringomalasia yang menyebabkan nafas bayi berbunyi ini tidak bisa dicegah. Kondisi nafas bayi yang berbunyi ini juga tidak menurun dalam keluarga.


Kategori laringomalasia penyebab nafas bayi berbunyi

Laringomalasia yang membuat nafas bayi berbunyi bisa dilihat pada jalan udara bayi dengan melakukan microlaryngoscopy. Microlaryngoscopy dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut laryngoscope. Alat ini diletakkan pada mulut bayi untuk melihat lipatan pita suara. Sedangkan mikroskop digunakan untuk memeriksa lipatan lebih detail.

Dokter juga akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar kesehatan bayi, nafas bayi yang berbunyi dan bisa merekomendasikan tes yang disebut nasopharyngolaryngoscopy (NPL) untuk mengevaluasi lebih lanjut kondisi bayi dengan nafas bayi berbunyi.

Dari hasil pemeriksaan selanjutnya bisa ditentukan kategori laringomalasia yang dialami bayi dan menyebabkan nafas bayi berbunyi. Laringomalasia bisa dikelompokkan menjadi 3 kategori. Yuk, kenali masing-masing kategori laringomalasia yang menjadi penyebab utama nafas bayi berbunyi untuk menambah wawasan Ibu agar Ibu bisa menilai apakah nafas bayi yang berbunyi itu parah atau tidak.

 

  1. Laringomalasia kategori ringan

    Bayi dengan kategori laringomalasia ringan mengalami kondisi laringomalasia yang tidak rumit. Nafas bayi berbunyi tanpa sumbatan jalan udara yang berat. Nafas bayi yang berbunyi tidak mengganggu dan tidak menyebabkan masalah kesehatan. Bayi biasanya bisa sembuh dari stridor atau nafas bayi berbunyi di usia 12 bulan sampai 18 bulan. Meski bayi mengalami laringomalasia ringan yang menyebabkan nafas bayi berbunyi, tetap penting lho Bu untuk mengawasi jika terjadi gejala atau tanda yang membuat nafas bayi semakin bertambah buruk.


  2. Laringomalasia kategori menengah

    Bayi dengan kategori laringomalasia menengah mengalami gejala nafas bayi berbunyi, muntah atau gumoh, obstruksi atau penyumbatan jalan udara, sulit menyusui tapi tidak mengalami kesulitan menambah berat badan, mengalami riwayat gejala gangguan jalan udara cukup parah sehingga perlu sering ke rumah sakit, bayi biasanya berhasil mengatasi stridor atau nafas bayi berbunyi pada usia 12 sampai 18 bulan tapi membutuhkan perawatan untuk GERD. Sama seperti kategori laringomalasia ringan, bayi dengan laringomalasia tingkat menengah tetap memerlukan pengawasan terhadap tanda dan gejala yang bertambah buruk.


  3. Laringomalasia kategori berat

    Bayi dengan kategori laringomalasia berat sering kali membutuhkan tindakan pembedahan untuk penanganan dan mengurangi tingkat gejala termasuk gejala nafas bayi berbunyi. Dokter biasanya merekomendasikan pembedahan bila bayi mengalami gejala apnea yang mengancam keselamatan, muncul warna biru pada kulit bayi, mengalami gagal tumbuh karena sulit menyusu, dada dan leher tertarik ketika bernafas, membutuhkan tambahan oksigen ketika bernafas, dan mengalami masalah jantung atau paru-paru karena kekurangan oksigen.


Laringomalasia dan refluks asam lambung

Banyak bayi mengalami laringomalasia yang menjadi penyebab nafas bayi berbunyi dan sekaligus mengalami  refluks asam lambung. Keadaan ini tentu semakin memperburuk nafas bayi yang berbunyi. Refluks asam lambung ditandai dengan bayi sering muntah. Namun sebagian bayi tidak mengalami muntah atau yang disebut dengan istilah silent reflux. Kondisi ini cukup berbahaya, karena asam lambung sering mencapai jaringan pada hidung dan jalan udara yang sangat rapuh dan tidak terlindungi. Bayi dengan silent reflux tak hanya mengalami nafas bayi berbunyi tetapi terkadang juga mengalami tersedak, batuk, asma, pneumonia kambuhan, infeksi telinga, dan infeksi sinus.

Pada kondisi bayi dengan laringomalasia yang menjadi penyebab utama nafas bayi berbunyi, dokter biasanya juga akan meresepkan obat anti refluks untuk membantu mengatasi refluks gastroesofagus (GERD). Penanganan ini penting karena kondisi leher dan dada yang tertarik akibat laringomalasia bisa memperparah refluks. Selain itu, refluks asam lambung bisa menyebabkan pembengkakan di atas pita suara dan memperburuk bunyi nafas bayi. 

Bu, untuk mengurangi GERD pada bayi dengan nafas bayi berbunyi karena laringomalasia, sebaiknya pastikan bayi duduk tegak ketika sedang menyusu dan tetap berada di posisi tegak setidaknya untuk 30 menit setelah menyusu. Posisi ini akan mencegah ASI keluar lagi. Pastikan pula setelah menyusu, bayi harus disendawakan. Hindari memberikan jus atau makanan dengan rasa asam termasuk jus jeruk atau buah asam lainnya. Jangan biarkan bayi berbaring telentang bersama botol pada mulutnya.

Pada kasus yang lebih serius, Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter bayi tentang makanan yang paling tepat untuk bayi yang mengalami nafas berbunyi akibat laringomalasia. Dokter biasanya akan memberikan saran untuk menghindari memberikan susu atau setidaknya mengurangi susu karena terkadang dapat menyebabkan asam lambung lebih banyak.


Tindakan pembedahan untuk mengatasi laringomalasia penyebab nafas bayi berbunyi

Bu, tak perlu panik jika bayi mengalami laringomalasia yang menjadi penyebab utama nafas bayi berbunyi. Sebab dalam 90 persen kasus yang terjadi, laringomalasia yang membuat nafas bayi berbunyi bisa pulih tanpa penanganan medis ketika bayi berumur 18 sampai 20 bulan. Penanganan yang dibutuhkan hanyalah waktu. Jadi sangat dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan Ibu ya dalam merawat bayi dengan kondisi nafas bayi berbunyi akibat laringomalasia.

Biasanya kondisi bayi perlahan membaik dan suara nafas bayi yang berbunyi akan hilang di usia 2 tahun. Sedangkan suara nafas bayi tetap meningkat pada 6 bulan pertama, karena aliran udara meningkat seiring pertambahan usia. Bahkan pada beberapa kasus, tanda dan gejala laringomalasia yang memicu terjadinya nafas bayi berbunyi bisa saja hilang namun  penyakit tetap ada hingga usia dewasa. Pada kasus seperti ini biasanya gejala atau tanda-tandanya bisa kambuh karena infeksi virus.

Namun bila laringomalasia yang menjadi penyebab nafas bayi berbunyi semakin parah, penanganan yang bisa dilakukan berupa pengobatan atau pembedahan. Pembedahan yang disebut supraglottoplasty menjadi pilihan penanganan ketika kondisi nafas bayi berbunyi karena laringomalasia semakin buruk atau masuk dalam kategori laringomalasia tingkat berat.

Pembedahan ini tidak sepenuhnya bisa mengatasi nafas bayi berbunyi tapi bisa membantu mengurangi keparahan gejala-gejala yang muncul, mengurangi apnea, menurunkan kebutuhan oksigen tambahan, memudahkan aktivitas menelan, dan membantu penambahan berat badan anak.

Setelah pembedahan selesai biasanya anak akan menginap selama 48 jam.  Waktu menginap bisa lebih panjang bila terjadi komplikasi. Pada beberapa kasus, pembedahan tidak berhasil mengatasi masalah yang diakibatkan oleh laringomalasia seperti kondisi nafas bayi berbunyi dan beberapa gejala lainnya. Dalam kondisi ini, ada beberapa pilihan penanganan.  


  1. CPap untuk laringomalasia

    Continuous Positive Airway Pressure (CPap) biasanya direkomendasikan untuk mengatasi sleep apnea yang menyebabkan nafas bayi berbunyi. Metode ini berhasil pada beberapa anak yakni dengan membuat bukaan jalan udara melalui teknik meniupkan udara.

    Untuk tindakan ini, anak harus mengenakan masker dan terbiasa dengan mesin CPap. Jika anak tidak terbiasa mengenakan masker CPap, maka penanganannya menjadi sulit. Selain itu, CPap atau mesin BiPap tidak selalu berhasil mengatasi apnea yang disebabkan oleh obstruksi jalan udara atas yang bersifat fisik. Jadi tidak selalu berhasil mengatasi nafas bayi yang berbunyi.

    Perlu diketahui pula, bahwa anak dengan penyakit refluks asam lambung parah bisa mengalami efek samping akibat penggunaan mesin Cpap. Sebab mesin ini bisa meniupkan refluks ke saluran hidung dan paru-paru. Sebaliknya, terkadang CPap bisa mencegah refluks asam lambung, dengan mengangkat efek hisapan dari laringomalasia.

    Khususnya untuk anak yang menjalani prosesdur supraglottoplasty dan tidak berhasil serta terus mengalami sleep apnea, maka penggunaan CPap bisa dipertimbangkan.


  2. Fundoplication dan revision supraglottoplasty

    Beberapa anak dengan GERD parah dan laringomalasia bisa tidak terbantu dengan supraglottoplasty karena refluks asam lambung yang tidak tekontrol. Pada kasus ini, refluks harus dikontrol terlebih dahulu sebelum supraglottoplasty dilakukan.

    Dokter biasanya menganjurkan Nissen fundoplication yakni prosedur untuk mengencangkan katup atas perut. Tingkat kesukesan Nissen fundoplication pada penderita GERD lebih dari 90 persen. Tapi sayangnya, tingkat keberhasilan fundoplication untuk silent reflux lebih rendah yakni hanya sekitar 70-80 persen.

    Sementara itu pada kasus yang sangat jarang terjadi, anak dengan masalah medis rumit dan laringomalasia parah yang membuat nafas bayi sangat berbunyi bisa menempuh prosedur tracheostomy. Sekali lagi, kondisi ini sangat jarang terjadi karena supraglottoplasty biasanya sudah berhasil mengatasi masalah yang disebabkan laringomalasia seperti nafas bayi berbunyi dan gejala-gejala lainnya.

 

Nah, Bu...sekarang Ibu tentu sudah semakin paham mengenai laringomalasia yang menjadi penyebab nafas bayi berbunyi. Dengan wawasan ini, Ibu bisa lebih waspada dan tidak panik ketika nafas bayi berbunyi. Segera lakukan pemeriksaan medis untuk memastikan penyebab nafas bayi berbunyi dan mendapatkan penanganan yang tepat agar nafas bayi normal lagi.

(Isma/Puji/Dok:Freepik)