Kesehatan

Body Image Positif Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Body Image Positif Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Saat anak mulai beranjak remaja, terkadang ada saja masalah yang mungkin muncul dalam dirinya. Salah satunya adalah soal menyikapi body image positif demi kesehatan mental anak.

Misalnya saja, anak tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya, jenis rambutnya, warna kulitnya atau bahkan jerawat yang mulai tumbuh di wajahnya. Terkadang hal-hal seperti ini memang membuat mereka menjadi minder dan malu untuk bersosialisasi dengan teman lainnya.

Apalagi di jaman yang serba moderen dan berteknologi canggih, dampak media sosial ternyata cukup besar dalam mengiringi perkembangan psikologis manusia. Terutama, cara pandang anak dan remaja terhadap citra dirinya.

Banyak pengguna media sosial di usia anak dan remaja merasa tidak puas dengan wajah dan tubuhnya setelah melihat foto idolanya di media sosial. Sayangnya, body image negatif inilah yang seringkali membawa dampak psikologis di kalangan remaja, sehingga tak jarang membuat mereka merasa stres dan tertekan. 

Lalu bagaimana cara menanamkan body image positif demi menciptakan kesehatan mental anak? Yuk, simak ulasannya berikut ini.

Apa yang dimaksud dengan body image 

Menurut National Eating Disorders body image atau citra tubuh adalah bagaimana seseorang melihat diri sendiri ketika ia berkaca atau ketika ia membayangkan dirinya dalam pikiran. Biasanya body image mengikuti apa yang dipercaya tentang penampilannya (termasuk asumsi dan pandangan secara umum), bagaimana perasaannya mengenai tubuh sendiri.

Body image atau citra tubuh biasanya bisa terbentuk secara positif ataupun negatif. Body image yang negatif akan sangat memengaruhi kesehatan mental anak, akibat adanya berbagai macam gangguan dan penyakit seperti gangguan dismorfik tubuh atau gangguan mental yang terpaku pada kecacatan fisik yang sebenarnya tidak ada, gangguan kejujuran identitas tubuh serta gangguan makan.

Untuk mengurangi dampak citra tubuh yang negatif, maka hal ini perlu dikelola dengan baik melalui berbagai dukungan. Misalnya saja dukungan orang tua, kakak, adik, teman dekat dan orang terdekat lainnya.

Membangun body image positif pada anak


Citra tubuh mengacu pada bagaimana seorang individu melihat tubuh mereka sendiri dan seberapa mereka merasa diri mereka cukup menarik. Bisa menarik dari pendapat sendiri maupun orang lain.

Banyak orang memiliki kekhawatiran tentang citra tubuh mereka. Kekhawatiran ini sering berfokus pada berat badan, kulit, rambut, atau bentuk atau ukuran bagian tubuh tertentu.

Nah, ternyata hal ini juga dialami oleh anak-anak yang sedang beranjak remaja lho Bu. Melansir Medical News Today sejatinya citra tubuh tidak hanya berasal dari apa yang kita lihat di cermin.

Sebab, National Eating Disorder Association (NEDA) menyatakan body image  positif terlahir dari berbagai keyakinan, pengalaman, dan generalisasi juga berkontribusi dari orang terdekat termasuk orang tua. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting untuk memelihara kesehatan mental anak.

Ketika anak memiliki body image negatif


Citra tubuh sangatlah kompleks, bagi sebagian orang tidak mudah untuk sekadar menerima dan mencintai tubuh sendiri walau memiliki kekurangan. Melansir Healthline body image negatif pada seseorang akan terus-menerus terbayang-bayang dan membuat mereka selalu merasa ada yang kurang dengan penampilannya.

Jelas jika hal ini terjadi pada anak-anak akan sangat berbahaya bagi kesehatan mental anak. Untuk itu berikut ini adalah beberapa ciri kemungkinan adanya pengaruh body image negatif terhadap kesehatan mental anak:

  • Tidak percaya diri, sering mengeluhkan bentuk tubuh atau wajahnya. Melansir Mom Junction pada kondisi ini anak selalu merasa bahwa ada yang kurang pada tubuh dan wajahnya.
  • Beranggapan bahwa semakin kurus, maka semakin sempurna lah penampilannya.
  • Selalu membandingkan diri dengan seseorang memiliki tubuh sempurna yang dilihatnya di media sosial. Berujung merasa minder dan tidak percaya pada diri sendiri.
  • Mudah sekali tersinggung akan komentar orang lain. Jika ada yang berkomentar maka ia akam memikirkan komentar orang lain hingga tak bisa tidur.
  • Rela melakukan diet ketat yang berdampak pada gangguan pola makan, seperti anoreksia dan bulimia, demi mendapatkan tubuh yang sempurna. Kalau sudah seperti ini maka penting untuk mengajak anak berkonsultasi dengan psikolog.

Faktor pemicu body image negatif


  • Anak memiliki tubuh yang berbeda dengan teman seusianya dan dianggap bentuk tubuhnya kurang ideal.
  • Sering digoda orang lain tentang bentuk tubuh dan karakter fisiknya. Bahkan yang menggoda bisa jadi orang terdekatnya seperti kakak, adik, saudara bahkan tanpa sadar dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
  • Anak memiliki perasaan yang sensitif. Terlebih jika ia mudah tersinggung dan memiliki sifat perfeksionis.

Cara menanamkan body image positif pada anak


Agar kesehatan mental anak tetap terjaga dengan baik, maka penting sekali untuk menanamkan body image positif sejak dini. Hal ini berguna untuk mengalihkan pandangan negatif anak tentang tubuhnya.

Sebab ini bukanlah hal remeh yang bisa dijadikan bahan becanda, bahkan oleh keluarga inti. Jika lalai dan tidak ditanam dengan baik, anak bisa depresi bahkan benci terhadap tubuhnya.

Untuk itu, melansir Kids Health beberapa cara berikut bisa ditanamkan sejak dini agar tercipta kesehatan mental anak yang positif hingga mereka dewasa nanti:

  • Bagi orang tua, jangan ragu untuk memberikan pujian pada anak ketika mengenakan baju, sepatu atau skin care yang membuat mereka terlihat lebih tampan atau cantik.
  • Ubah mindset pada anak bahwa cantik atau tampan itu relatif, tapi sehat jauh lebih penting.
  • Jangan ragu memberikan masukan pakaian apa yang cocok bagi anak. Tanamkan sejak dini bahwa mencintai diri sendiri adalah hal yang sangat penting dilakukan.
  • Ajak anak berpikir positif melihat diri secara utuh, bukan hanya soal penampilan luar.
  • Ajari anak untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan.
  • Pastikan anak selalu aktif setiap hari, makan makanan bergizi dan selalu tidur cukup.
  • Jangan ragu untuk mengatakan bahwa Ibu dan Ayah bangga memiliki anak seperti mereka.

Editor: Dwi Ratih