Kesehatan

Cara Aman Buang Sampah Infeksius Pasien Covid-19 Saat Isoman

Cara Aman Buang Sampah Infeksius Pasien Covid-19 Saat Isoman

Saat ini pasien covid-19 yang tidak bergejala atau bergejala ringan lebih dianjurkan untuk melakukan isolasi di rumah agar rumah sakit rujukan covid bisa fokus menangani pasien yang bergejala berat saja. Pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) dan mereka yang gejalanya ringan tidak membutuhkan alat medis khusus sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit. Cukup isolasi di rumah, kos, atau hotel yang menerima tamu isoman. 

Sebaliknya, pasien dengan gejala berat, umumnya membutuhkan alat bantu napas atau ventilator dan harus dipantau 24 jam oleh tenaga medis, sehingga mereka perlu dirawat di rumah sakit.

Banyak hal yang harus diperhatikan saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Selain harus tidur cukup, makan teratur, minum obat dan vitamin, serta rutin mengecek saturasi, hal yang tidak kalah penting lainnya adalah membuang sampah infeksius sesuai pedoman lembaga terkait. Yang terakhir ini ternyata belum terlalu banyak jadi perhatian. 

Dilansir dari laman Waste for Change, ada peningkatan jumlah sampah infeksius semenjak virus corona masuk ke Indonesia, mayoritas adalah sampah masker bekas. Sayangnya, 81 persen sampah masyarakat Indonesia masih tercampur. Inilah yang dapat meningkatkan risiko penyebaran virus corona dan membuat pandemi lebih sulit diakhiri.

Masalah Baru Sampah Rumah Tangga

Tak bisa dimungkiri ya, Bu, kalau pandemi covid-19 ini telah berdampak ke seluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali pada sampah rumah tangga, hal dasar yang mungkin jarang kita pikirkan kaitannya dengan pandemi. Ya, wabah yang menyerang seluruh dunia ini juga telah menimbulkan masalah baru pada pengelolaan sampah rumah tangga. Timbunan sampah infeksius yang dihasilkan selama pandemi ini menambah kategori sampah rumah tangga yang penanganannya tidak bisa dilakukan sembarangan. Masker sekali pakai, tisu, sampah cairan disinfektan atau hand sanitizer, semuanya termasuk limbah medis berbahaya yang bisa jadi carrier virus dan mencemari lingkungan.

Prosedur penanganan sampah yang tidak ideal di tingkat rumah tangga menempatkan para petugas kebersihan, tukang sampah, dan pemulung sebagai kelompok yang paling rentan terinfeksi, apalagi jika saat menangani sampah mereka tidak menggunakan alat pelindung diri yang layak. Ini karena virus corona memiliki kemampuan bertahan di berbagai permukaan material selama beberapa waktu sebelum akhirnya mati. Karena itulah, sampah infeksius pasien covid-19 harus dikelola dengan cara yang tepat agar tidak berpotensi menulari orang lain.

Benda-Benda yang Termasuk Sampah Infeksius Pasien Covid-19 

Dikutip dari buku saku pengelolaan limbah infeksius pasien covid-19 oleh Kementerian Kesehatan, yang dimaksud sampah infeksius adalah sampah yang berkaitan dengan pasien penyakit menular yang memerlukan isolasi, termasuk pasien covid-19. Limbah infeksius ini bila tidak dikelola dengan tepat dapat menjadi sumber penyebaran penyakit bagi masyarakat sekitar. Sebenarnya, benda apa saja ya yang tergolong sampah infeksius pasien covid-19 dan harus dibuang dengan benar?

1. Masker

Masker sekali pakai perlu dikelola dengan baik agar tidak berpotensi menularkan virus ke orang lain. Jangan lupa untuk memutus tali masker atau menggunting bagian tengahnya sebelum dibuang supaya tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, ya.

2. Tisu basah dan kering

Tisu basah atau kering jadi salah satu benda esensial yang dibutuhkan pasien covid-19 yang sedang isoman. Biasanya tisu digunakan untuk mengelap tangan atau mulut sesudah makan. Atau untuk membersihkan makanan atau minuman yang tumpah. Tisu bekas juga perlu dibuang dengan benar di tempat sampah khusus pasien covid-19.

3. Kapas

Selain tisu, kapas juga jadi benda yang sering dipakai pasien covid-19 saat isolasi mandiri. Biasanya kapas digunakan untuk membersihkan wajah dan leher, atau untuk merawat luka. Kapas juga perlu dibuang dengan benar, apalagi jika terkena cairan tubuh pasien, termasuk darah.

4. Pembalut

Pasien covid-19 wanita yang haid juga menggunakan pembalut. Karena fungsinya menampung darah haid pasien, maka pembalut juga perlu dibuang di tempat sampah khusus, terpisah dari sampah rumah tangga lain.

5. Popok

Sebagian pasien covid-19 membutuhkan popok untuk menampung urin dan tinja. Tidak hanya pasien yang masih bayi, beberapa pasien dewasa juga butuh popok jika tidak memungkinkan turun ke kamar mandi untuk buang air. Pastikan popok bekas ini dimasukkan kantong kecil baru dibuang ke tempat sampah khusus.

6. Sisa makanan

Makanan sisa yang sudah tidak dihabiskan juga perlu dibuang dengan benar. Hal ini karena makanan tersebut sudah terkontaminasi air liur dari pasien covid-19, sehingga penanganannya pun tidak bisa sembarangan.

7. Bungkus makanan


Saat membeli makanan dari luar, bungkus dari makanan itu juga harus dibuang dengan benar di tempat sampah khusus. Ini termasuk kertas coklat, styrofoam, dan plastik pembungkusnya. Sebaiknya kantong kreseknya tidak dipakai lagi, ya.

8. Alat makan sekali pakai

Alat makan sekali pakai biasanya terbuat dari plastik atau kertas. Setelah menggunakannya, segera buang dan pisahkan dengan sampah rumah tangga biasa. Ini termasuk sedotan juga, ya, Bu.

9. Benda lain yang terkontaminasi cairan tubuh pasien

Benda-benda selain yang disebutkan di atas dan perlu dibuang, jika sekiranya sudah terkena cairan tubuh pasien, seperti urin, tinja, darah, air liur, ingus, atau yang lainnya, buang di tempat sampah khusus pasien covid-19 juga, ya.

Kenapa Sampah Infeksius Pasien Covid-19 Harus Dipisahkan?

Sampah infeksius pasien covid-19, baik yang dirawat di rumah sakit maupun yang isolasi mandiri, harus dipisahkan dengan sampah lainnya (non-infeksius). Bila pasien covid-19 yang menjalani isolasi mandiri masih tinggal satu atap dengan orang lain yang bukan pasien (namun beda ruangan), maka sampah infeksius harus dipisah dengan sampah rumah tangga biasa. Hal ini karena di tempat pembuangan akhir, sampah infeksius akan dikelola seperti halnya sampah-sampah yang tergolong B3 atau limbah beracun. Pengelolaannya berbeda dengan sampah rumah tangga biasa, yang tentunya akan mengikuti standar atau ketentuan yang berlaku untuk limbah beracun.

Tak hanya dibedakan tempat sampahnya saja, lo, Bu. Sampah infeksius pasien covid-19 dan sampah rumah tangga biasa harus dibungkus terpisah sebelum dibuang ke tempat sampah utama yang biasanya terletak di depan rumah. Khusus sampah infeksius sebaiknya diberi tanda di bagian luar yang menunjukkan kantongnya berisi limbah berbahaya. Memisahkan kantong sampah infeksius pasien covid-19 dengan sampah biasa akan mengurangi kemungkinan penularan virus kepada pihak-pihak yang menanganinya. Selain itu, menandai limbah infeksius akan membantu petugas kebersihan mengenalinya sehingga sampah tersebut bisa diperlakukan secara khusus demi mengurangi risiko penularan.

Panduan Membuang Sampah Infeksius Pasien Covid-19

Sebenarnya, ada beberapa rekomendasi mengenai tata cara menangani sampah infeksius pasien covid-19. Meski begitu, semuanya aman dilakukan. Kali ini, ada panduan membuang sampah infeksius rumah tangga pasien covid-19 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk UNICEF.

  1. Siapkan tempat sampah tertutup khusus untuk limbah infeksius. Lalu beri plastik di dalamnya, tandai juga plastik tersebut, misalnya dengan tulisan “SAMPAH INFEKSIUS” atau menggunakan kantong plastik warna kuning.
  2. Letakkan tempat sampah tersebut di depan kamar atau di sudut ruangan pasien covid-19 yang sedang isolasi mandiri. Jangan ditaruh dekat tempat tidur, ya.
  3. Pisahkan limbah infeksius tersebut dengan sampah rumah tangga lainnya.
  4. Maksimal dua hari sekali, atau saat tempat sampah infeksius terisi tiga perempatnya, segera ikat rapat dan buang ke luar.
  5. Jika kantong plastik terlalu tipis, gunakan rangkap dua untuk meminimalisir kebocoran di permukaannya.
  6. Saat akan menyentuh kantong sampah infeksius, gunakan masker dan sarung tangan.
  7. Semprot cairan disinfektan sebelum dibuang ke luar atau diserahkan ke petugas kebersihan khusus
  8. Segera cuci tangan menggunakan sabun selama minimal 20 detik setelah menyentuh plastik sampah infeksius.
  9. Semprot tempat sampah khusus infeksius dengan cairan disinfektan sebelum diisi dengan kantong plastik yang baru.

Penanganan Limbah Infeksius Rumah Tangga Berdasarkan Jenisnya

Selain tata cara menangani sampah infeksius secara umum, seperti yang sudah dijelaskan di atas, Kemenkes juga membagi lagi penanganan limbah infeksius rumah tangga berdasarkan jenisnya. Pasien covid-19 yang sedang isoman sebaiknya menerapkan panduan ini, ya!

1. Sampah infeksius berupa kain kasa, tisu, kapas

  • Langsung masukkan ke dalam tempat sampah khusus limbah infeksius yang telah diberi kantong di dalamnya

2. Sampah infeksius berupa APD, sarung tangan, masker

  • Untuk Alat Pelindung Diri (APD), sarung tangan, dan masker, perlu dibalik dulu sebelum dibuang;
  • Lalu setelah itu dirusak dengan cara digunting agar tidak disalahgunakan. Kemudian lipat;
  • Lakukan disinfeksi dengan cara merendamnya atau menyemprotnya dengan cairan disinfektan atau air sabun; dan
  • Masukkan ke dalam kantong sampah tertutup, khusus limbah infeksius.

3. Sampah infeksius berupa pembalut dan popok

  • Buang tinja pada popok sekali pakai di jamban yang terhubung dengan tangki septik;
  • Bungkus popok dan pembalut sekali pakai yang sudah dibersihkan itu dengan kertas bekas atau koran bekas; dan
  • Masukkan ke dalam kantong sampah tertutup, khusus limbah infeksius.

4. Sampah infeksius berupa sisa bahan makanan, sisa makanan, dan kemasan atau pembungkus makanan

  • Masukkan sisa bahan makanan, sisa makanan, dan kemasan makanan ke dalam salah satu bekas kardus atau plastik yang ada; dan
  • Lalu masukkan ke dalam kantong sampah tertutup, khusus limbah infeksius.

Tata Cara Pengelolaan Masker Bekas Pakai

Kemenkes melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), juga mengeluarkan pedoman khusus untuk mengelola masker bekas pakai. Panduan ini tidak hanya bisa diterapkan oleh pasien covid-19 saja, tapi juga masyarakat umum yang sehat, mengingat saat ini masker merupakan kebutuhan bagi semua orang. Selain meminimalisir penularan, membuang masker dengan benar juga bisa mengurangi risiko masker digunakan atau dijual kembali oleh pihak tidak bertanggung jawab. Gimana sih cara mengelola limbah masker bekas?

  1. Kumpulkan semua masker bekas pakai dalam satu wadah plastik yang aman
  2. Jika sudah terkumpul, ubah dulu bentuk masker agar tidak didaur ulang atau dijual kembali di pasaran, dengan cara memutus talinya dan menggunting bagian tengahnya
  3. Lakukan disinfeksi dengan cara merendam masker yang telah digunakan pada larutan disinfektan, klorin, atau pemutih
  4. Setelah itu, buang masker ke tempat sampah khusus infeksius pasien covid-19 atau tempat sampah domestik jika pengguna masker bukan pasien covid-19
  5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik setelah membuang masker bekas. Atau gunakan hand sanitizer bila tidak ada akses mencuci tangan.

Pertarungan melawan pandemi ini bisa diibaratkan seperti bermain sepak bola. Selain membutuhkan striker atau garda terdepan di lapangan, dalam hal ini adalah petugas medis, kita juga membutuhkan keeper atau garda belakang supaya meminimalisir risiko kebobolan, dalam hal ini para petugas kebersihan dan pemulung. Baik garda depan maupun garda belakang perlu dilindungi secara maksimal supaya persebaran virus corona dapat ditekan. Salah satu caranya dengan mengelola sampah infeksius agar garda belakang ini tidak terinfeksi atau menjadi vektor penyebar virus.

Bisa dibilang, wabah virus corona ini merupakan waktu yang tepat untuk Indonesia memperbaiki sistem pengelolaan sampah dari hulu sampai hilir. Jika aturannya sudah ada, berarti tinggal bagaimana membuat masyarakat mau dan mampu menerapkannya. Kita sebagai orang tua, tentu ingin melindungi anak-anak dan keluarga, ya, Bu. Salah satu caranya dengan mengelola sampah domestik dengan bijak, termasuk sampah infeksius yang penempatannya harus dipisah dengan sampah rumah tangga biasa. Jika memungkinkan, terapkan juga pengomposan sederhana di rumah demi mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam menampung sampah rumah tangga yang jumlahnya semakin hari semakin meningkat.

Penulis: Darin Rania Balqis
Editor: Dwi Ratih