Kesehatan

Flu Biasa Mengancam Nyawa, Kenali Gejala Leptospirosis

Flu Biasa Mengancam Nyawa, Kenali Gejala Leptospirosis

Beberapa waktu lalu, kita sempat dihebohkan dengan kasus merebaknya penderita leptospirosis yang muncul di Jawa Timur. Bahkan, hingga awal Maret kemarin, dilaporkan ada 9 orang yang meninggal akibat penyakit ini.

Dikutip dari Detik Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa, penyakit leptospirosis bisa ditemukan kapan saja. Tapi biasanya, kemungkinan penyakit ini muncul di musim penghujan seperti sekarang, yang cuacanya lebih lembap.

Karenanya, penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, agar tidak tertular penyakit ini. Nah, nggak kalah penting lagi, kita juga wajib memperhatikan gejala leptospirosis yang muncul.

Apalagi gejala leptospirosis ini awalnya mirip seperti flu biasa. Namun, lama kelamaan bisa muncul gejala leptospirosis yang lebih parah, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Untuk itu, ada baiknya kenali bahaya leptospirosis lebih jauh yuk. Supaya kita bisa sama-sama mencegah penyakit tersebut, agar tak lagi ada korban yang berjatuhan.

Apakah itu leptospirosis?


Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), leptospirosis adalah penyakit yang berasal dari bakteri leptospira yang bisa menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, gejala leptospirosis sendiri biasanya seringkali disalahartikan mirip seperti penyakit flu biasa.

Bahkan, beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Meski begitu, sebenarnya secara keseluruhan penyakit leptospirosis ini tergolong cukup langka.

Namun, mengingat ada orang yang juga tidak mengalami gejala sama sekali, maka pengobatan penyakit ini juga sering terlambat dilakukan. Akibatnya, penyakit leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.

Leptospirosis, apa penyebabnya?


Kita tahu bahwa penyakit leptospirosis ini disebabkan oleh bakteri leptospira. Nah, bakteri ini sendiri hidup selama bertahun-tahun pada ginjal hewan dan berujung menginfeksi hewan tersebut.

Bakteri ini nantinya bisa dikeluarkan oleh hewan yang terinfeksi tersebut melalui urine atau darah. Kemudian, bakteri tersebut bisa menular ke manusia melalui luka di kulit yang terbuka, atau luka di area kering.

Bahkan, mengutip dari WebMD bakteri ini juga bisa masuk melalui hidung, mulut, atau alat kelamin manusia sekalipun. Kebanyakan, penyakit ini juga jarang ditularkan dari manusia ke manusia lain, meski begitu, para ahli mengatakan penyakit ini mungkin juga bisa ditularkan melalui hubungan seks atau menyusui.

Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi. Sementara itu, beberapa kelompok orang yang berisiko mengalami gejala leptospirosis kebanyakan kerap menghabiskan banyak waktu di sekitar binatang atau di luar ruangan, seperti:

  • Petani
  • Dokter hewan
  • Pekerja bawah tanah (bekerja di selokan atau tambang)
  • Pekerja rumah potong hewan
  • Tentara militer
  • Tinggal di daerah rawan banjir
  • Orang yang sedang berenang, atau berkemah di dekat danau dan sungai di wilayah endemik leptospirosis.

Leptospirosis juga lebih sering ditemukan di daerah beriklim hangat dan lembap. Jadi, nggak heran kalau penyakit ini di temukan saat musim penghujan seperti sekarang.

Gejala leptospirosis konon mirip flu biasa


Banyak orang mengira bahwa, gejala leptospirosis sama dengan penyakit flu biasa. Salah satunya adalah demam tinggi dan muncul bintik merah, mirip demam berdarah.

Nyatanya, jika dikutip dari website Kementerian Kesehatan RI gejalanya nggak hanya satu atau dua, melainkan sangat bervariasi. Meski mungkin gejalanya mirip flu dan demam berdarah, sayangnya gejala leptospirosis ini seringkali diabaikan.

Nah, gejala leptopsirosis yang wajib kita perhatikan diantaranya adalah:

  • Demam tinggi, terkadang bikin menggigil
  • Ada keluhan sakit kepala
  • Diare
  • Masalah pencernaan lain; mual, sakit perut, muntah hingga tidak nafsu makan
  • Mata merah
  • Muncul bintik-bintik merah di kulit, namun tidak hilang saat ditekan
  • Mengalami nyeri otot, terutama di bagian punggung bawah dan betis.

Gejala laptospirosis di atas memang kelihatan ringan ya, Bu. Nggak heran, kalau hal ini seringkali sering diabaikan.

Tapi, pada kasus yang lebih gawat, gejala leptospirosis akan menimbulkan gejala lain dari penyakit serius seperti:

  • Kesulitan buang air kecil
  • Kulit menjadi kuning
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Muncul pembengkakkan di area tangan dan kaki
  • Sakit kepala, leher kaku
  • Batuk berdarah
  • Mimisan
  • Jantung berdebar
  • Keringat dingin.

Dua fase gejala leptospirosis dari ringan-berat


Sebenarnya, penyebaran dari gejala leptospirosis nggak sesederhana yang dibayangkan. Penyebarannya cenderung cukup cepat dan masif.

Para ahli dari Cleveland Clinic mengungkapkan, ada dua fase penyebaran dari gejala leptospirosis yang muncul, diantaranya adalah:

1. Fase pertama (leptospiremik atau akut)

Selama fase ini, pasien mungkin akan tiba-tiba mengalami gejala seperti flu. Ini biasanya dimulai dalam dua, hingga 14 hari setelah infeksi terjadi.

Flu biasanya berlangsung antara 3 hingga 10 hari. Pada fase ini, bakteri sedang berada di aliran darah dan siap untuk berpindah ke organ lain.

Pentingnya pemeriksaan dini, dapat membantu mencegah keparahan penyakit. Pada fase ini, pasien bisanya akan diminta untuk melakukan tes darah, agar dokter bisa melihat tanda-tanda infeksi yang muncul dan bisa segera diobati.

2. Fase kedua (kekebalan)

Pada fase kekebalan, bakteri leptospira yang terlanjur berpindah dari darah ke organ tubuh, mungkin akan terkonsentrasi di ginjal. Hal ini akan menimbulkan gejala dengan level yang lebih tinggi, seperti kesulitan buang air kecil.

Untuk memastikan adanya bakteri leptospira di dalam ginjal, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes urin. Fase ini juga bisa berkembang menjadi penyakit Weil, yang bisa menyebabkan pendarahan internal, kerusakan ginjal dan menguningnya kulit dan mata (jaundice).

Gejala leptospirosis tersebut, apakah bisa sembuh?


Pada derajat yang lebih ringan, gejala leptospirosis awal mungkin juga bisa sembuh. Bahkan, biasanya juga tidak memerlukan perawatan khusus.

Karena, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam 7 hari. Pada gejala leptospirosis yang lebih berat, pengobatan yang dilakukan akan berguna untuk membantu meredakan gejala, juga mencegah komplikasi yang lebih parah.

Pengobatannya biasanya pun harus dilakukan di rumah sakit. Supaya dokter dapat memberikan obat antibiotik melalui cairan infus, guna mencegah infeksi menyebar lebih dalam.

Ibu juga bisa mencegah penularan leptospirosis dengan cara berikut:

  • Gunakan sarung tangan dan sepatu boots saat hendak membersihkan sisa banjir di rumah atau selokan
  • Rajin mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun, terutama setelah membersihkan rumah dan kontak langsung dengan kotoran hewan
  • Rajin membersihkan lingkungan sekitar rumah, agar bersih dari sampah yang menumpuk dan menjadi sarang hewan pengerat seperti tikus
  • Rajin membersihkan gudang atau area sekitar rumah dengan menggunakan disinfektan
  • Menghindari air yang dicurigai sudah terkontaminasi bakteri leptospira
  • Menegakkan perilaku hidup bersih dan sehat dan rajin mencuci tangan dengan sabun.