Balita

6 Alasan Kenapa Anak Bukan Investasi Orang Tua

6 Alasan Kenapa Anak Bukan Investasi Orang Tua

Berharap anak akan menyayangi kita di masa depan memang tidak salah, tapi perlu ditekankan bahwa anak bukan investasi orang tua.

Sayangnya, mengingat sulitnya mendidik anak tak jarang membuat orang tua berpikir bahwa kelak jika si kecil sudah dewasa harus membalas budi orang tuanya.

Padahal, memaksa anak untuk membalas budi orang tua bukanlah hal yang baik ya Bu. Itu sama saja orang tua menganggap bahwa anak adalah investasi atas semua perjuangan yang sudah orang tua lakukan untuk mereka.

Ibu, sebaiknya hati-hati ya dalam berekspektasi sebab apa yang kita harapkan belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Apalagi anak tidak pernah minta dilahirkan untuk jadi sosok yang selalu dikontrol oleh orang tua. Yuk, simak 6 alasan kenapa anak bukan investasi orang tua berikut ini.

6 alasan anak bukan investasi orang tua


Direncanakan memiliki anak atau tidak, terkadang ada saja orang tua yang masih memberlakukan pemikiran generasi sandwich yang salah yakni menganggap anak adalah investasi orang tua. Mengapa demikian? Biasanya faktor ekonomi dan sulitnya mengatur emosi anak menjadi salah satu alasan mengapa orang tua berpikir demikian.

Padahal melansir Motherly kasih sayang dan didikan orang tua yang tepat dapat membuat anak tumbuh menjadi sosok yang lebih bahagia tanpa tekanan emosi dan masalah kesehatan pada saat dewasa nantinya. Berikut adalah 6 alasan anak bukanlah investasi masa tua:

1. Anak bukan investasi orang tua


“Kakak, kalau sudah besar semoga jadi orang sukses dan jangan lupa kasih Ibu uang belanja setiap bulan ya!” apakah Ibu pernah mendengar orang tua mengatakan hal ini pada anaknya? Ingat ya Bu, kalimat ini sejatinya hanyalah sebuah keinginan orang tua yang tanpa sadar melekat dan ‘dipaksakan’ pada anak.

Orang tua kita zaman dahulu mungkin masih ada yang berpikiran seperti ini dan tanpa sadar juga kita terapkan pada anak dan ketika dikerucutkan terkesan bahwa anak merupakan investasi bagi orang tuanya. Jelas hal ini nggak baik diterapkan pada anak ya Bu.

Sebab, ketika orang tua punya mindset demikian maka hanya dapat membuat anak merasa tertekan. Ia merasa punya beban yang cukup berat untuk dipikul, padahal beban tersebut bukanlah cita-cita dan keinginan sang anak yang sebenarnya.

Hal ini terkesan bahwa orang tua tidak ikhlas dan tulus dalam mengurus anak hingga dewasa. Sehingga orang tua menuntut anak untuk bisa membalas budi dan mengikuti semua mau keinginan orang tua.

2. Anak bukan jaminan masa tua


Menjadikan anak sebagai investasi masa tua biasanya dilakukan oleh orang tua yang memiliki kondisi ekonomi cukup sulit. Di satu sisi mereka iba terhadap anak tapi di sisi lain, mereka juga ingin menikmati uang dari jerih payah anak setelah berjuang membiayai hidupnya dengan susah payah.

Tapi sekali lg, pemikiran semacam ini hanya dapat membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak benar-benar tulus membiayai hidupnya hingga dewasa. Padahal, jika orang tua bisa mendidik anak dengan baik tanpa menuntut ini dan itu, keinginan untuk balas budi saat ia dewasa kelak secara otomatis bisa tumbuh sendiri.

Apalagi menurut penelitian tahun 2013 dari University of California Los Angeles menyimpulkan bahwa cinta dan kasih sayang yang tulus dan tanpa syarat dari orang tua dapat membuat anak-anak lebih bahagia secara emosional. 

Pola pikir mereka akan berubah menjadi lebih positif akibat kasih sayang yang tulus dari orang tua tanpa mengharapkan sesuatu dari anak ketika mereka dewasa. Jadi, stop memaksa dan menuntut anak untuk mau menanggung masa tua kita ya Bu!

3. Anak bukan investasi akhirat


Dalam agama Islam diriwayatkan oleh Hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal; sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim).

Pada hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa anak soleh dan soleha memang merupakan investasi akhirat bagi orang tuanya jika sudah meninggal nantinya. Tapi kembali lagi, hal ini tergantung dari didikan orang tuanya apakah sudah sesuai dengan syariat agama dengan tulus ikhlas atau masih berharap suatu saat anak bisa membalas budi orang tua.

Namun yang jelas, menguatkan akidah agama anak agar ia dapat meniti di jalan yang lurus dengan selamat sejak dini adalah kewajiban yang harus dilakukan orang tua ketika memiliki anak. Orang tua harus menjadi contoh yang baik terlebih dahulu sebelum berharap anak bisa menjadi investasi di akhirat.

4. Anak bukan pemuas keinginan atau impian orang tua


“Kalau sudah besar pokoknya harus jadi dokter ya, Kak!” pernahkah Ibu mendengar kalimat tersebut terlontar dari orang tua kita saat kita kecil dahulu? Kalimat ini punya kesan bahwa kita dituntut harus mewujudkan mimpi orang tua ketika sudah besar nanti.

Padahal, anak juga punya keinginan dan mimpi sendiri yang mungkin juga berlawanan dengan mimpi orang tua ya Bu. Kita nggak boleh egois dan memaksa anak untuk jadi apa yang kita inginkan.

Jangan menuntut anak untuk bisa menjadi yang kita inginkan dengan dalih “ah, ini kan juga demi kebaikan kamu, Nak!”. Yuk, lebih open minded lagi, karena anak bukan investasi orang tua meski kita sudah membesarkannya dengan susah payah ya Bu.

5. Anak tidak pernah minta dilahirkan


Direncanakan atau tidak, kehadiran anak dalam hidup kita merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Anak nggak pernah memilih dan minta dilahirkan sesuai dengan keinginan mereka, begitupun sebaliknya ketika kita menjadi orang tua.

Menuntut dan menganggap anak adalah investasi orang tua bukanlah hal yang pantas dilakukan oleh kita. Apalagi kalau sampai menyesali kehadiran anak dan membuat mereka merasa tak berharga, hanya akan membuat hati anak menjadi hancur dan kehilangan kepercayaan diri. 

Kalau sudah seperti itu, maka bisa jadi kamu termasuk orang tua yang toxic dan perlu introspeksi diri.

6. Jangan berekspektasi berlebihan


Anak ibarat tanaman yang kita tanam dan rawat dengan sepenuh hati. Kalau kamu ingin tanamanmu tumbuh subur dan ‘panen’ banyak buah, maka kamu perlu rutin menyiram dan memberi pupuk yang berkualitas.

Sama halnya dengan anak, semakin kamu sering menanamkan kebaikan dan tanggung jawab pada anak maka ia pun akan tumbuh menjadi sosok dengan akhlak yang baik. Tanpa harus diminta untuk membalas budi pada orang tuanya.

Tapi, mungkin saja suatu saat tanaman yang kita tanam tidak subur dan berbuah banyak dan tak sesuai dengan harapan kita. Nggak apa-apa ya Bu, tanam saja, tanam terus. Siapa tahu, tanaman berikutnya bisa membuahkan hasil yang tidak sia-sia, begitupun dengan mendidik si kecil.

Agar tak lagi berharap bahwa anak bukan investasi orang tua

Mindset mengenai anak adalah investasi orang tua mungkin saja sudah tertanam pada diri kita atas didikan orang tua kita terdahulu. Kalau hal ini sudah ter-mindset dalam diri kamu dan hendak mau ubah sejatinya tetap bisa kok Bu. Yuk lakukan cara berikut:

  • Yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan melihat bagaimana perjuangan kita dalam bebesarkan si kecil;
  • Anak yang dibesarkan dengan baik Insya Allah akan mengerti perjuangan orang tua dan senantiasa selalu mendoakannya;
  • Sebaliknya jika anak dibesarkan dengan penuh penderitaan maka orang tua harus siap dengan segala macam risikonya;
  • Tugas kita adalah mencintai mereka tanpa pamrih dan mengasihi sebanyak-banyaknya;
  • Mengajarkan kemandirian dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya; dan
  • Membekali mereka dengan ilmu dunia akhirat untuk masa depannya.

Jadi pada intinya anak bukan investasi orang tua layaknya investasi uang dan asuransi ya Bu. Stop berpikir demikian dan segera ubah mindset tersebut, percayalah bahwa anak adalah amanah tugas kita hanya perlu mendidik dengan sebaik-baiknya tanpa adanya paksaan.

Otomatis kebaikan tersebut akan kembali pada kita kok. Semoga Ibu tetap semangat dan dalam mendidik si kecil dan senantiasa selalu diberikan kesabaran ya, semangat Bu!

Editor: Dwi Ratih