Balita

Serba-Serbi Skrining Autisme Anak, Parents Wajib Tahu!

Serba-Serbi Skrining Autisme Anak, Parents Wajib Tahu!

Apakah Ibu berencana mengajak si kecil untuk melakukan skrining autisme dalam waktu dekat? Secara sederhana, skrining autis adalah serangkaian tes yang dilakukan oleh dokter spesialis anak atau psikolog anak bersertifikat.

Tujuannya, untuk mengetahui ada atau tidaknya keterlambatan perkembangan pada anak. Perlu diketahui, American Academy of Pediatrics, merekomendasikan skrining autisme dilakukan pada anak-anak berusia 18 bulan dan 24 bulan. 

Hal ini bertujuan, agar apabila ditemukan adanya keterlambatan perkembangan pada anak. Maka terapi yang diberikan bisa berjalan lebih optimal. 

Dengan begitu, anak-anak bisa mencapai potensi penuh yang dimiliki. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang autisme, dan serba-serbi skrining autisme yang penting untuk diketahui oleh setiap orang tua. Yuk, kita simak baik-baik!

Autisme bukan sebuah penyakit

Autisme atau yang juga disebut dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA), adalah kondisi gangguan pada perkembangan saraf. Akibatnya, perkembangan bahasa serta kemampuan seorang anak untuk berperilaku atau berinteraksi menjadi terganggu. 

Autisme bukan disebabkan oleh virus, tetapi faktor genetik dan lingkungan. Jadi, autisme bukanlah sebuah penyakit, ya!

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tanda-tanda autisme umumnya terlihat ketika anak tidak mengoceh, tidak menoleh saat dipanggil namanya, tidak mampu menunjuk benda yang diinginkan, serta tidak berekspresi dengan wajar pada usia 6 sampai 12 bulan. Selain itu, gejala autisme juga bisa saja dikenali ketika anak belum bisa mengucapkan kata yang memiliki makna di usia 16 bulan.

Pentingnya skrining autisme pada anak

Skrining autisme adalah, upaya yang bisa dilakukan orang tua untuk bisa sedini mungkin mendeteksi adanya kemungkinan keterlambatan perkembangan pada anak. Lebih dari itu, riset yang dilakukan Autism Research Institute, juga mengungkapkan bahwa anak-anak yang didiagnosis dengan GSA sangat dini cenderung jauh lebih baik daripada mereka yang didiagnosis setelah tumbuh besar.

Pasalnya, plastisitas otak dan fleksibilitas perilaku yang lebih besar pada anak-anak berusia kurang dari 2,5 tahun, memungkinkan mereka memperoleh manfaat lebih banyak. Terutama dari intervensi GSA, dalam sebuah komunitas dengan layanan yang heterogen. 

Hal ini memotivasi prioritas lebih lanjut, dari skrining autisme dini seperti yang direkomendasikan oleh pedoman American Academy of Pediatrics.

Prosedur skrining autisme

Mendiagnosis GSA, bisa menjadi sulit karena tidak ada tes medis, seperti tes darah, untuk mendiagnosis gangguan tersebut. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), skrining autisme dilakukan dengan cara memantau perkembangan dan perilaku seorang anak.

Pemantauan perkembangan, adalah proses yang aktif dan berkelanjutan untuk melihat bagaimana anak tumbuh. Dokter atau psikolog anak bersama orang tua, harus mengamati apakah anak tersebut memenuhi tonggak perkembangan atau ketrampilan yang dicapai sesuai usianya. 

Termasuk cara anak bermain, belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak. Hal ini harus benar-benar diperhatikan ya, Bu!

Macam-macam tes yang diberikan saat skrining autisme

Saat mengikuti skrining autisme, biasanya ada beberapa atau serangkaian tes yang diberikan oleh dokter. Ini dilakukan untuk menegakkan diagnosa autisme pada seorang anak. 

Pasalnya, masalah perkembangan bisa saja terjadi pada anak yang tidak mengalami autisme. Jadi, Ibu perlu memastikan ada atau tidaknya autisme pada anak melalui skrining tersebut.

Macam-macam tes yang diberikan saat skrining autisme antara lain:

1. Penilaian fisik

Skrining autisme dilakukan melalui beberapa jenis tes, termasuk diantaranya adalah melalui penilaian fisik. Biasanya dokter akan mengukur berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala

Langkah ini dilakukan demi memastikan si kecil tumbuh normal sesuai tahapan usianya. Di samping itu, penilaian fisik juga penting dalam menentukan diagnosis, karena bisa jadi keterlambatan perkembangan si kecil berkaitan dengan masalah pertumbuhan fisik si kecil bukan autisme.

2. Penilaian perilaku

Skrining autisme adalah metode yang dilakukan dengan menilai beberapa aspek tumbuh kembang si kecil, yang juga mencakup penilaian perilakunya. Tes ini biasanya memanfaatkan kuisioner sebagai medianya. 

Ada beberapa pertanyaan, yang perlu dijawab oleh orang tua untuk menentukan jenis keterlambatan perkembangan yang dialami si kecil. Jawaban-jawaban tersebut, kemudian dipakai dokter sebagai panduan untuk memberikan penilaian atas perilaku si kecil yang mungkin berkaitan dengan gejala utama autisme.

3. Tes DNA

Seperti yang sudah dijelaskan di awal tulisan ini, bahwa autisme bisa disebabkan oleh faktor genetik. Untuk itu, tes DNA melalui analisis kromosom biasanya akan dilakukan dokter ketika si kecil memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, serta kurangnya keterampilan dasar yang dibutuhkan sehari-hari.

Nah, jadi apakah Ibu sudah siap mengajak si kecil lakukan skrining autisme? Jangan sampai melakukan self-diagnose atau mendiagnosis sendiri tentang kondisi keterlambatan perkembangan si kecil ya, Bu.

Karena untuk mendiagnosa adanya gejala autisme pada anak, memang perlu melakukan rangkaian tes yang cukup panjang. Sehingga, jika Ibu dan Ayah bukanlah ahli dalam hal tersebut, sebaiknya hindari untuk melakukan diagnosa sendiri. Semoga informasi tadi bermanfaat, ya!

Editor: Aprilia