Kehamilan

Aman Nggak sih Melahirkan di Usia Kandungan 37 Minggu?

Aman Nggak sih Melahirkan di Usia Kandungan 37 Minggu?

Melahirkan di usia kandungan 37 minggu kerap menimbulkan banyak pertanyaan. Amankah melahirkan di usia kandungan 37 minggu? Bagaimanakah perkembangan janin di usia tersebut? Apakah janin sudah terbentuk sempurna? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena meski saat memasuki usia ini Ibu bisa melahirkan kapan saja, namun ada juga anggapan bahwa melahirkan di usia kandungan 37 minggu masih dianggap terlalu awal.

Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), dalam What to Expect, fase kehamilan sendiri terbagi menjadi beberapa kategori berbeda:

  • Pre-term: berlangsung saat kehamilan memasuki 20 minggu sampai 37 minggu.

  • Early term: berlangsung saat kehamilan memasuki 37 minggu 0 hari sampai 38 minggu 6 hari.

  • Full term: berlangsung antara 39 minggu 0 hari sampai 40 minggu 6 hari.

  • Late term: terjadi saat usia kandungan 41 minggu 0 hari sampai 41 minggu 6 hari.

  • Post-term: terjadi saat usia kandungan memasuki 42 minggu 0 hari sampai setelahnya.

Meski melahirkan di usia kandungan 37 minggu sudah bisa dikategorikan cukup bulan (karena secara perhitungan 37 minggu itu sama dengan 9 bulan 1 minggu), namun ada sebuah penelitian dari Columbia University Medical Center dan New York Presbyterian Hospital pada 2012 lalu yang menyajikan fakta cukup menarik soal melahirkan di usia kandungan 37 minggu.

Seperti dikutip dari ABC News, penelitian ini membandingkan anak-anak yang dulunya lahir di usia 37 minggu dengan anak-anak lain yang lahir lebih lama (di atas 37 minggu) dalam hal kemampuan akademik khususnya membaca dan matematika. Hasilnya, anak-anak yang lahir di usia 37 minggu dan 38 minggu memiliki kemampuan membaca dan menghitung lebih rendah dibanding anak-anak lain yang lahir di usia kandungan 39, 40, dan 41 minggu.

Organ-organ utama bayi yang lahir di usia 37 minggu memang sudah terbentuk sempurna. Namun ternyata, organ seperti paru-paru dan otak justru masih terus berkembang sampai usia kehamilan mencapai 40 minggu. Senyawa bernama surfaktan yang terdapat di paru-paru terus diproduksi dalam jumlah banyak di minggu-minggu terakhir kehamilan.

Senyawa inilah yang nantinya dapat mengurangi risiko gangguan pernapasan saat bayi pertama kali keluar dari rahim Ibunya. Selain itu koneksi otak dan saraf juga masih terus terbentuk untuk membantu bayi mengisap, menelan, bernapas, dan lain-lain.

Inilah mengapa melahirkan di usia kandungan 37 minggu masih tergolong early term atau jangka awal. Dulu memang kehamilan dianggap telah sempurna saat usianya berkisar antara 37 hingga 42 minggu. Namun, di tahun 2012, para ahli memperluas definisi tersebut dengan menyatakan melahirkan di usia kandungan 37 minggu masih dianggap cukup awal karena otak, paru-paru, dan hati si bayi masih terus berkembang selama waktu ini.

Kondisi Janin di Usia Kandungan 37 Minggu

Memangnya bagaimana sih kondisi dan perkembangan bayi di usia kehamilan 37 minggu (terlepas dari beberapa organ yang memang masih dianggap berkembang)?

  1. Berat dan panjang bayi

    Pada usia kehamilan 37 minggu, paru-paru bayi Ibu kemungkinan besar sudah matang, tetapi bukan berarti pertumbuhannya sudah selesai. Dilansir dari laman What to Expect, pada usia ini janin masih dianggap berada di “semester awal”. Hingga nanti waktu kelahiran tiba, ia masih terus akan tumbuh dan bertambah berat badannya sekitar setengah ons per hari atau 200-an gram per minggu. Di usia ini tinggi janin sudah mendekati 48 sentimeter dengan berat sekitar 2,9 kg. Bayi laki-laki bisa jadi lebih berat daripada berat bayi perempuan.

    Tapi angka-angka di atas hanyalah perkiraan saja ya, Bu. Beberapa bayi mungkin lahir dengan berat dan panjang di bawah atau di atas angka tersebut. Namun, seperti yang disebutkan di laman Very Well Family, panjang atau tinggi bayi baru lahir yang sehat dapat berkisar antara 45 hingga 55 sentimeter. Sementara itu, berat badan bayi yang sehat dapat berkisar antara 2,5 hingga 4,5 kilogram.

  2. Kondisi fisik bayi

    Melahirkan di usia kandungan 37 minggu sangat mungkin terjadi karena kondisi fisik bayi sudah cukup sempurna. Bayi akan mulai kehilangan sebagian besar lapisan bulu halus di tubuhnya. Vernix caseosa atau lapisan pada tubuh bayi yang melindungi kulitnya yang sedang berkembang di dalam rahim juga mulai menghilang, meski sebagian masih terlihat saat bayi sudah lahir. Bayi akan “menyimpan”nya di dalam ususnya beserta sekresi lainnya dan akan ia keluarkan saat sudah lahir sebagai buang air besar pertamanya, atau yang biasanya disebut mekonium, yaitu suatu campuran berwarna kehitaman. Selain itu, bayi juga akan menghasilan hormon kortison untuk membantu perkembangan organ pernafasannya.

  3. Aktivitas bayi di dalam rahim

    Berbeda halnya dengan bayi yang masih berusia 20-an minggu hingga 30-an minggu awal, bayi yang berumur 37 minggu sudah semakin besar sehingga membuatnya sedikit berdesakan di rahim Ibu. Jadi mungkin ia sudah tidak banyak menendang seperti sebelumnya, meski ia mungkin melakukan peregangan, bergulung sedikit, atau bergoyang yang mana masih bisa dirasakan sang Ibu.

    Selain melakukan gerakan-gerakan kecil, janin yang berada dalam kandungan usia 37 minggu juga sedang senang-senangnya belajar mengisap dan menelan! Koordinasi mengisap dan menelan ini memang berlangsung di usia kehamilan antara 36 sampai 38 minggu. Beberapa Ibu mungkin ada yang mengetahui gerakan ini melalui USG yang dijelaskan oleh dokter. Bahkan mungkin ada juga yang kebagian rezeki mendapatkan foto USG saat bayinya sedang mengisap jempolnya di dalam rahim. Keterampilan mengisap dan menelan yang sedang ia pelajari itu akan membantunya kelak ketika sudah lahir untuk mengisap puting Ibunya dan menelan ASI.

Kondisi Tubuh Ibu dan Keluhan yang Dirasakan di Usia Kandungan 37 Minggu

Di usia kehamilan 37 minggu, tubuh Ibu sudah semakin siap untuk melahirkan seorang bayi. Berikut ini kondisi tubuh Ibu beserta gejala yang mungkin Ibu rasakan.

  1. Ibu akan semakin sering merasakan Braxton Hicks

    Braxton hicks atau yang lebih akrab disebut kontraksi palsu akan semakin sering terjadi di trimester akhir kehamilan. Pada akhir kehamilan, kontraksi palsu mungkin lebih terlihat dan terjadi lebih sering akibat pengencangan otot-otot rahim yang kadang ringan tapi kadang juga kuat. Ibu bisa saja merasakannya setiap 10 hingga 20 menit sekali.

  2. Rahim akan semakin melebar dan menipis

    Semakin mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL), rahim Ibu akan semakin melebar. Bayi baru bisa keluar jika rahim sudah terbuka sebesar 10 sentimeter atau istilah awamnya adalah “bukaan 10”. Dokter juga mungkin akan memeriksa ketebalan rahim. Saat masih jauh dari waktu lahir, tekstur serviks masih keras seperti ujung hidung. Ketika hari kelahiran semakin dekat, teksturnya akan menjadi lebih lunak seperti bagian dalam pipi. Saat bayi terdorong keluar, penebalan yang terjadi pada rahim akan menghilang dengan sendirinya.

    Dokter atau bidan juga biasanya akan mengukur posisi bayi, apakah sudah turun ke panggul atau belum. Namun, di usia 37 minggu biasanya bayi sudah berada di panggul. Semakin rendah posisi bayi Anda, semakin dekat Anda dengan persalinan. Mendekati persalinan, terkadang perut Ibu akan terlihat semakin turun.

  3. Keluarnya lendir seperti keputihan dari vagina

    Saat baru terjadi kehamilan, lendir pada rahim akan berkumpul untuk menyumbat dan menutup serviks demi melindungi kehamilan. Ketika kelahiran sudah tinggal menghitung hari, perubahan pada rahim akan melonggarkan sumbat pelindung itu sehingga sebagian atau seluruh lendir bisa saja keluar. Bentuknya biasanya berupa cairan kental dengan garis-garis cokelat atau merah. Terkadang juga ada yang disertai darah.

    Meskipun munculnya lendir darah ini termasuk salah satu tanda tubuh sudah siap untuk melahirkan, namun ini tidak selalu menunjukkan bahwa momen yang dimaksud sudah dekat. Bisa saja masih berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu kemudian. Namun, jika Ibu takut terjadi sesuatu saat ada lendir yang keluar, tak perlu ragu untuk menemui dokter atau bidan ya! Yang jelas, kemungkinan lendir ini menyebabkan bayi terinfeksi sangatlah kecil.

  4. Kesulitan untuk tidur

    Saat kandungan Ibu mulai membesar, Ibu mungkin akan semakin sulit tidur. Selain karena sulit menemukan posisi yang nyaman, Ibu juga mungkin mengalami sesak karena asam lambung naik (GERD). Kondisi ini sebenarnya wajar karena posisi bayi yang mendorong ke atas, membuat asam lambung naik sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan sulit tidur pada Ibu hamil. Untuk mengatasi kesulitan tidur, Ibu bisa lebih banyak bergerak seperti olahraga ringan dan jalan santai. Tujuannya supaya tubuh lebih cepat lelah di malam hari dan mempercepat rasa kantuk.

Secara umum, sebenarnya melahirkan di usia kandungan 37 minggu itu masih relatif aman. Meski ada penelitian yang menyatakan bahwa bayi yang lahir di usia kandungan 37 hingga 38 minggu memiliki keterampilan membaca dan berhitung lebih rendah dibanding bayi yang lahir setelahnya, tapi penelitian tersebut tidak serta-merta dilakukan untuk membuat Ibu yang melahirkan di usia kandungan 37 minggu jadi panik dan overthinking. Jika memang kontraksi alami sudah terjadi atau memang ada indikasi medis yang mengharuskan bayi segera dilahirkan, melahirkan di usia kandungan 37 minggu tidak mengapa dilakukan. Fakta penelitian di atas mungkin perlu jadi pertimbangan untuk Ibu yang memilih untuk melahirkan di usia kandungan 37 minggu melalui operasi caesar atau induksi.

Hal yang Bisa Ibu Persiapkan Sebelum Melahirkan

Nah, ketimbang memikirkan proses kelahiran yang seringkali berujung bikin jantung berdebar, stres, dan kepikiran, ada baiknya Ibu fokus pada persiapan sebelum masa persalinan.

  1. Mempersiapkan tas darurat untuk dibawa ke rumah sakit

    Melahirkan di usia kandungan 37 minggu bisa terjadi kapan saja. Meski dokter atau tenaga medis sudah menentukan HPL, namun tidak jarang kelahiran justru terjadi sebelum atau setelahnya. Maka, jika kehamilan Ibu sudah memasuki 37 minggu, ada baiknya Ibu menyiapkan tas darurat yang berisi berbagai keperluan untuk dibawa ke rumah sakit. Beberapa perlengkapan penting yang harus ada di dalam tas darurat ini adalah:

    • Pakaian ganti yang nyaman untuk bayi dan Ibu;
    • Perlengkapan menyusui: bra menyusui, breast pad, alat pompa, dan bantal menyusui;
    • Alas kaki yang nyaman untuk Ibu;
    • Selimut, bedong, dan topi untuk bayi;
    • Popok kain atau popok sekali pakai;
    • Perlengkapan mandi dan skincare serta makeup Ibu; dan
    • Dokumen penting.
  2. Membersihkan kamar dan menyiapkan berbagai keperluan bayi dan Ibu

    Selain mempersiapkan tas darurat, penting juga untuk memastikan kamar yang akan ditempati bayi sudah dalam kondisi bersih. Sapu dan pel lantainya setiap hari untuk memastikan tidak ada debu yang menempel. Cuci sprei, gorden, dan alas tidur bayi supaya tidak ada kuman. Siapkan juga berbagai keperluan bayi dan Ibu agar mudah dijangkau saat membutuhkannya.

    Sekali lagi, melahirkan di usia kandungan 37 minggu bisa terjadi kapan saja. Alangkah lebih baik bila tips satu ini bisa dilakukan sesegera mungkin, atau paling tidak saat kandungan sudah memasuki usia 37 minggu. Tapi jangan memaksa tetap beres-beres jika Ibu sudah mulai lelah ya. Cukup sekuatnya saja!

  3. Siapkan pertanyaan untuk ditujukan kepada tenaga medis saat persalinan tiba

    Yang satu ini mungkin banyak dianggap tidak terlalu penting dilakukan, padahal banyak Ibu dan Ayah yang justru bingung mau bertanya apa saat sudah berada di rumah sakit. Sebagian bahkan mungkin mengaku tidak kepikiran bertanya apa-apa karena situasi sudah chaos. Tips ini penting dilakukan, apalagi oleh orangtua baru, karena biasanya mereka masih sangat clueless. Catat semua pertanyaan penting terutama yang menyangkut keselamatan Ibu dan bayi supaya saat sudah berada di rumah sakit, Ibu dan Ayah tidak blank. Hal ini juga bisa meminimalisir terjadinya miskomunikasi antara pasien dan provider rumah sakit.

Nah, bagaimana, Bu? Apakah semua pertanyaan terkait melahirkan di usia kandungan 37 minggu sudah terjawab?

Penulis: Darin Rania
 Editor: Dwi Ratih