Kehamilan

Plasenta Akreta: Komplikasi Kehamilan Karena Operasi Caesar

Plasenta Akreta: Komplikasi Kehamilan Karena Operasi Caesar

Plasenta akreta adalah komplikasi kehamilan yang bisa mengancam nyawa dan kian meningkat jumlahnya. Peningkatan ini terutama karena operasi caesar semakin sering menjadi pilihan untuk melahirkan. Tapi bila didiagnosa tepat waktu, kondisi ini tidak menghalangi Anda untuk bisa melahirkan bayi yang sehat.

Apa yang dimaksud plasenta akreta?

Bunda, plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim. Biasanya beberapa menit setelah bayi lahir, plasenta terlepas dari dinding rahim dan ikut keluar. Tapi ketika terjadi plasenta akreta, plasenta tetap menempel pada dinding rahim dan ini dapat menyebabkan pendarahan berat. Bila dokter mencurigai Anda mengalami plasenta akreta, Anda harus menjalani operasi caesar dini diikuti dengan pengangkatan rahim (hysterectomy).

Plasenta akreta semakin umum terjadi karena tingkat operasi caesar meningkat. Kondisi yang mirip plasenta akreta tapi kurang umum terjadi antara lain plasenta inkreta, dimana plasenta menempel pada otot rahim, dan plasenta perkreta, dimana plasenta tumbuh pada dinding rahim dan kadang dekat dengan organ.

Tanda dan gejala plasenta akreta

Plasenta akreta biasanya tidak menunjukkan gejala. Anda bahkan tidak tahu mengalaminya hingga melahirkan. Pada kasus lain, dokter melihat tandanya melalui USG. Pendarahan vagina selama trimester ketiga bisa jadi tanda peringatan untuk masalah ini.

Segera hubungi dokter bila terjadi pendarahan vagina selama trimester ketiga. USG atau MRI bisa dilakukan untuk melihat bagaimana plasenta tertanam di dinding rahim. Tes ini tidak terasa sakit dan aman untuk Anda dan janin. Darah Anda juga bisa dites untuk mengetahui adanya peningkatan alpha-fetoprotein, protein yang diproduksi bayi dan jumlahnya cenderung meningkat bila terjadi plasenta akreta.

Penanganan plasenta akreta

Dokter akan menjadwalkan operasi caesar, diikuti dengan pengangkatan rahim beserta plasenta yang masih menempel. Ini untuk mencegah pendarahan yang sangat berbahaya. Pada kasus yang jarang terjadi, teknik tertentu digunakan untuk mengontrol pendarahan dan rahim tidak perlu diangkat. Bila Anda masih ingin punya anak lagi, bicara pada dokter tentang pilihan ini.

Plasenta akreta bisa menyebabkan persalinan prematur. Persalinan prematur dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius atau bahkan fatal bagi seorang bayi, terutama jika bayi lahir terlalu dini. Pada umumnya, semakin matang bayi, semakin baik kesempatannya untuk sehat.

Beberapa bayi yang lahir prematur mungkin menderita masalah pernapasan. Lahir prematur juga membuat bayi berada dalam risiko lebih besar mengalami pendarahan otak. Sistem saraf, saluran pencernaan dan organ-organ lainnya dapat terkena pula. Bayi lahir prematur juga lebih rentan terhadap infeksi atau penyakit kuning (jaundice) dan kemungkinan pula mengalami kesulitan makan serta kesukaran mempertahankan suhu tubuh.

Ketika ibu mengalami plasenta akreta, operasi caesar dilakukan pada usia kehamilan sekitar 34 minggu untuk menghindari kelahiran darurat. Anda harus melahirkan di rumah sakit yang memiliki fasilitas ICU dan siap menangani pendarahan berat. Bila rahim diangkat, berarti Anda tidak bisa hamil lagi.

Penyebab kemungkinan mengalami plasenta akreta semakin tinggi

Kadang dokter tidak menyadari kalau Anda mengalami plasenta akreta sampai Anda melahirkan dan mengeluarkan plasenta. Akreta menyebabkan plasenta tidak terlepas dari dinding rahim dan Anda mengalami pendarahan berat. Di situasi ini Anda akan membutuhkan banyak transfusi darah dan hysterectomy untuk mengontrol pendarahan.

Kondisi berikut bisa meningkatkan risiko plasenta akreta:

  • Operasi caesar atau pembedahan rahim sebelumnya. Risiko plasenta akreta meningkat pada tiap pembedahan rahim, termasuk pembedahan untuk mengangkat miom. Ini menjadi salah satu alasan tidak dianjurkan menjalani sesar tanpa alasan medis.

  • Seberapa sering Anda melahirkan. Risiko plasenta akreta meningkat tiap kali Anda melahirkan.

  • Lokasi plasenta menempel. Risiko semakin tinggi bila plasenta sebagian atau seluruhnya menutup serviks atau menempel di bagian bawah rahim.

  • Usia. Plasenta akreta lebih umum terjadi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.

  • Kondisi rahim lainnya. Risiko plasenta akreta meningkat bila Anda mengalami miom atau luka pada jaringan rahim. Miom adalah pertumbuhan otot halus di dinding rahim. Uterin fibroid, nama lain miom,  bisa tumbuh di dinding rahim dan mendorong ke kandung kemih, usus, atau perut. Miom juga bisa tumbuh dalam dinding rahim, atau pada saluran sempit yang mengarah ke rongga rahim.

  • Merokok. Merokok meningkatkan risiko masalah plasenta.

Komplikasi yang mungkin terjadi jika mengalami plasenta akreta

Plasenta akreta bisa menyebabkan komplikasi serius, termasuk:

  • Pendarahan vagina berat. Plasenta akreta memiliki risiko pendarahan vagina berat setelah melahirkan. Pendarahan bisa menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa karena darah tidak membeku secara normal, seperti gagal ginjal dan gagal paru-paru.

  • Kelahiran prematur. Plasenta akreta dapat menyebabkan persalinan dini. Bila plasenta akreta menyebabkan pendarahan selama kehamilan, Anda harus melahirkan lebih dini.

Tes dan diagnosa untuk mendeteksi plasenta akreta

Bila Anda memiliki faktor risiko plasenta akreta selama hamil, misalnya plasenta sebagian atau seluruhnya menutup serviks atau sebelumnya Anda pernah menjalani pembedahan rahim, dokter akan dengan seksama memeriksa implantasi plasenta bayi.

Beberapa teknik untuk membantu mendiagnosa plasenta akreta bisa berupa:

  • Tes melalui USG atau magnetic resonance imaging (MRI). Dokter bisa mengevaluasi bagaimana plasenta tertanam di dinding rahim.

  • Tes darah. Dokter bisa mengambil sampel darah Anda untuk mengetahui adanya peningkatan jumlah alpha-fetoprotein, protein yang diproduksi oleh bayi dan bisa dideteksi pada darah ibu. Peningkatan protein ini terkait dengan plasenta akreta.

Penanganan dan pengobatan plasenta akreta

Bila dokter mencurigai terjadinya plasenta akreta, ia akan merencanakan melahirkan bayi Anda dengan aman. Pada kasus plasenta akreta ekstensif, dibutuhkan operasi caesar yang diikuti dengan pengangkatan rahim. Prosedur ini, yang juga disebut cesarean hysterectomy, membantu mencegah kehilangan darah yang berpotensi mengancam nyawa yang bisa terjadi bila sebagian atau seluruh plasenta tetap menempel setelah kelahiran.

Cesarean hysterectomy harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas ICU dan bisa menangani pendarahan berat. Tim dokter mencakup dokter kandungan, dokter bedah, serta dokter anak untuk menangani bayi. Dokter bisa merekomendasikan jadwal sesar dan hysterectomy pada kehamilan minggu 34 untuk mencegah kelahiran darurat.

Selama operasi caesar, dokter akan membantu melahirkan bayi melalui goresan di perut dan goresan kedua pada rahim. Setelah bayi lahir, dokter akan mengangkat rahim Anda dengan plasenta yang masih menempel, untuk mencegah pendarahan berat. Setelah prosedur hysterectomy, Anda tidak lagi bisa hamil. Bicarakan pilihan lain dengan dokter bila Anda berencana hamil lagi.

Kadang rahim dan plasenta dibiarkan tetap menempel, dan plasenta hilang seiring waktu. Tapi cara ini bisa menimbulkan komplikasi serius, termasuk:

  • Infeksi

  • Pendarahan vagina berat

  • Pembekuan darah yang menghambat satu atau beberapa arteri pada paru-paru

  • Kebutuhan hysterectomy di kemudian hari.

Ada penelitian yang menyebutkan wanita yang bisa menghindari hysterectomy setelah mengalami plasenta akreta berisiko mengalami komplikasi kehamilan di kehamilan selanjutnya, termasuk keguguran, kelahiran prematur, dan plasenta akreta berulang.

Bila dokter mencurigai Bunda mengalami plasenta akreta, Anda tentu cemas kondisi ini akan mempengaruhi kelahiran, si bayi, dan kemampuan Anda untuk hamil kembali. Untuk meredakan kecemasan Anda:

  • Banyak cari tahu tentang plasenta akreta. Kumpulkan informasi untuk meringankan kekhawatiran Anda. Konsultasikan pada dokter dan bicara pada wanita lain yang pernah mengalami plasenta akreta.

  • Bersiap untuk operasi caesar. Bila Anda kecewa tidak bisa melahirkan normal, ingatkan diri kalau kesehatan Anda dan bayi jauh lebih penting dibanding metode melahirkan.

  • Bersiap untuk hysterectomy. Setelah hysterectomy, Anda tidak lagi mengalami menstruasi atau bisa hamil. Ini bisa menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam. Tanyakan dokter apa yang akan terjadi selama proses pemulihan.

  • Rawat diri Anda. Sediakan waktu untuk melakukan aktivitas yang menenangkan dan membantu Anda rileks, seperti membaca atau mendengarkan musik. Teknik relaksasi termasuk meditasi dan bernafas dalam bisa membantu meredakan stres.

Pendarahan dan transfusi darah karena plasenta akreta

Dokter yang sebelumnya menyadari kondisi ini akan bersiap untuk kemungkinan pendarahan berat dan kebutuhan transfusi. Penelitian menunjukkan sebanyak 90 persen wanita yang mengalami plasenta akreta akan membutuhkan transfusi darah.

Ketika calon ibu mengalami komplikasi, ia harus melahirkan melalui operasi caesar, dibantu oleh tim medis untuk mengatasi kondisi darurat yang mungkin terjadi. Sering kali ibu harus diangkat rahimnya segera setelah operasi caesar dilakukan.

Efek pada bayi dan ibu

Tiap ibu tentu berharap menjalani kehamilan yang sehat. Tapi kadang sebagian ibu harus menjalani hal yang tidak diinginkan.

Salah satu potensi komplikasi pada kehamilan adalah meningkatnya kasus plasenta akreta. Data menunjukkan kondisi berbahaya ini terus meningkat, karenanya calon ibu perlu mewaspadainya.

Hal pertama di pikiran Anda mungkin adalah risiko pada bayi yang akan dilahirkan sebelum tanggal perkiraan melahirkan. Ini jadi tindakan paling aman, baik untuk ibu maupun bayi. Bayi yang lahir prematur bisa berada di kondisi baik, tanpa cacat lahir serius, atau masalah kesehatan lainnya karena dukungan teknologi yang kini tersedia, serta perawatan bayi prematur di NICU.

Calon ibu dengan akreta juga membutuhkan penangan medis, kemungkinan ibu perlu berminggu-minggu menjalani bedrest, dan merasa khawatir kondisi bayinya, belum lagi kehilangan rahim karena prosedur hysterectomy.

PTSD (posttraumatic stress disorder/gangguan stres pasca trauma)

Sedihnya, banyak ibu mengalami kekacauan emosi setelah melewati kelahiran ini. Ibu mengalami ketakutan kematian karena pendarahan, serta bayangan kekhawatiran tidak bisa kembali bertemu pasangan serta bayi setelah menjalani pembedahan.

Muncul efek jangka panjang akibat akreta. Gangguan stres pasca trauma terjadi pada wanita yang mengalami kelahiran traumatik. Ini pada gilirannya memicu masalah lain seperti produksi ASI berkurang, kurang tidur, dan sebagainya.

Memperoleh dukungan setelah melewati pengalaman traumatik jadi hal yang sangat diperlukan. Pada kasus ini, menerima dukungan dari orang yang pernah menjalani kehamilan seperti ini bisa memberi Anda semangat untuk melewatinya.

Mitos dan fakta seputar plasenta akreta

Banyak orang menerima informasi simpang-siur tentang kondisi dan konsekuensi dari plasenta akreta. Berikut ini beberapa pemahaman keliru tentang wanita yang terdiagnosa plasenta akreta. Meski plasenta akreta bisa menyebabkan komplikasi selama kelahiran, dokter bisa mengatasi kondisi ini.

  1. Wanita dengan plasenta akreta akan mengalami pendarahan selama proses kelahiran

    Wanita dengan plasenta akreta memang berisiko tinggi mengalami pendarahan, karenanya dibutuhkan penanganan oleh ahli. Tapi plasenta akreta bisa terjadi dalam kondisi bervariasi dan tidak tiap wanita akan mengalami pendarahan. Kemungkinan pendarahan bergantung pada kondisi plasenta pada tiap individu. Selama kehamilan, pendarahan lebih terkait dengan placenta previa (plasenta yang menutupi serviks) dibanding plasenta akreta. Plasenta akreta yang berkembang tanpa previa kemungkinan risiko pendarahannya berkurang.

    Risiko pendarahan juga bisa berhubungan dengan bagaimana penanganan plasenta saat melahirkan. Ketika melahirkan melalui rahim dengan akreta, perawatan khusus diberikan pada area goresan. Banyak wanita dengan akreta menerima goresan dari atas ke bawah untuk melahirkan tanpa mengganggu akreta. Bila posisi akreta rendah pada rahim, irisan di atas area ini dianggap aman. Apapun risiko pendarahannya, dokter kandungan yang berpengalaman harus memahami kebutuhan dan risiko Anda ketika menangani kelahiran bayi.

  2. Wanita yang terdiagnosa plasenta akreta harus menjalani hysterectomy

    Hysterectomy menjadi penanganan yang sangat efektif untuk mengurangi pendarahan, tapi tidak selalu dibutuhkan. Umumnya, akreta besar paling aman ditangani dengan hysterectomy. Tapi akreta kecil kadang bisa diatasi tanpa hysterectomy. Pada kasus lain, pasien dan dokter sepakat membiarkan sebagian atau semua akreta di dalam rahim, daripada mengangkatnya. Keputusan ini cukup sulit dan membutuhkan pembahasan dengan dokter yang berpengalaman.

  3. Wanita dengan plasenta akreta bisa hamil hingga bayinya cukup umur untuk dilahirkan

    Kebanyakan wanita dengan plasenta akreta perlu melahirkan berminggu-minggu sebelum tanggal perkiraan melahirkan meski ketika tidak terjadi pendarahan. Ini sering kali jadi pilihan terbaik agar semua risiko bisa diatasi dengan aman. Bila wanita mengalami pendarahan berat, kelahiran lebih awal jadi hal yang sangat penting.

    Kelahiran dengan plasenta akreta membutuhkan pembedahan yang sangat kompleks, biasanya ditangani oleh tim dokter bedah, jadi yang paling baik melahirkan bayi ketika kondisi ibu maupun bayi masih aman. Biasanya kelahiran terjadi pada usia kehamilan 34 minggu (6 minggu sebelum tanggal perkiraan melahirkan) dan tidak lebih dari 36 sampai 37 minggu.

  4. Plasenta akreta bisa dideteksi sebelum melahirkan

    USG atau MRI biasanya bisa mendeteksi plasenta akreta, tapi tidak selalu. Misalnya, USG atau MRI bisa mendeteksi aliran darah yang tidak normal. Ini bisa menjadi indikasi terjadinya akreta. Tapi rahim yang hamil selalu memiliki aliran darah berlebih. Ini membuat penafsiran USG dan MRI menjadi sulit. Menjalani pemeriksaan oleh dokter yang sudah berpengalaman dalam mengidentifikasi plasenta akreta menjadi hal yang penting, meski bisa terjadi ketidakpastian. 

    Wanita dengan risiko tinggi plasenta akreta perlu melahirkan dibantu oleh tim dokter yang berpengalaman yang siap mengatasi akreta dan kemungkinan pendarahan, meski bila akreta tidak terdeteksi saat USG atau MRI.

  5. Kelahiran normal tidak memungkinkan bila terjadi plasenta akreta

    Banyak, meski tidak selalu, wanita dengan plasenta akreta juga mengalami plasenta previa atau pernah menjalani operasi caesar sebelumnya, atau keduanya. Plasenta previa selalu membutuhkan operasi caesar karena plasenta menutupi serviks. Begitu juga, biasanya paling aman bagi wanita dengan plasenta akreta yang pernah menjalani operasi caesar untuk melahirkan bayi melalui operasi caesar kembali. Ini terutama bila plasenta menempel pada luka dari sesar sebelumnya. Persalinan dengan plasenta pada luka sesar lebih tinggi risiko sobek dan pendarahan berat. Bila Anda tidak mengalami plasenta previa, Anda bisa melahirkan secara normal. Tapi kelahiran ini bisa rumit dan berisiko tinggi pendarahan. Penting untuk berbicara pada dokter yang berpengalaman sebelum memutuskan untuk melahirkan normal atau melalui operasi caesar.

(Ismawati)