Keluarga

10 Tanda Orang Tua Narsis dan Cara Menghindarinya

10 Tanda Orang Tua Narsis dan Cara Menghindarinya

Istilah “orang tua narsis” mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar di berbagai media. Orang tua narsis bukan berarti orang tua yang suka eksis, tapi lebih dari itu, kondisi ini merupakan gejala psikologis yang bisa memengaruhi tumbuh-kembang anak. 

Umumnya, orang tua tipe ini memiliki pola yang serupa. Mereka cenderung kompetitif dengan anaknya sendiri, terlalu banyak menuntut, dan minim empati. Orang tua narsis pun punya kecenderungan self-centered, sehingga apa pun yang dilakukan oleh anak harus menuruti standar dan keinginannya, tanpa benar-benar memahami apa yang anak butuhkan. 

Dilansir dari Psychology Today, orang tua narsis memiliki sifat posesif dan terlibat persaingan tidak sehat dengan anak. Selain itu, mereka juga menjadikan anak sebagai objek untuk memuaskan egonya.

10 Tanda Orang Tua Narsis

Tidak sulit mendeteksi ciri-ciri orang tua narsis. Biasanya, ada hal yang tampak dominan dalam gayanya mendidik anak. Kenali tanda-tanda orang tua narsis berikut ini:

  1. Melampiaskan ambisi melalui anak

    Siapa sih orang tua yang tidak ingin anaknya sukses? Orang tua narsis pun menginginkan anaknya sukses dan punya masa depan gemilang. Bedanya, mereka berharap anaknya sukses sesuai dengan ekspektasi tinggi untuk mengikuti ego orang tua. Orang tua narsis melampiaskan cita-cita terpendam yang tidak kesampaian dan berharap sang anak bisa mencapainya untuk mereka serta menambah kepercayaan diri orang tua. Contohnya, ketika orang tua memaksakan anaknya untuk menjadi dokter, pengacara atau profesi tertentu.

  2. Menjatuhkan anak

    Salah satu tanda orang tua narsis adalah gemar menjatuhkan anak. Hal ini dilakukan supaya orang tua tetap merasa diri mereka superior di hadapan anak. Menjatuhkan anak ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya kritik yang terlalu tajam dan tidak masuk akal sehingga membuat anak gampang terpuruk, membandingkan anak dengan orang lain, pilih kasih antar saudara, serta meremehkan apa yang si kecil lakukan. Secara verbal, biasanya terucap seperti “Kamu tidak akan pernah bisa sepintar si X” atau “Kamu kok salah terus sih?".

  3. Merasa superior

    Orang tua narsis biasanya selalu merasa superior dan membentuk citra diri yang berlebihan. Umumnya mereka merasa nilai-nilai dirinya benar sehingga terlalu mengontrol anak agar sesuai standarnya. Padahal, apa yang kita yakini benar belum tentu benar sepenuhnya. Biarkan si kecil tumbuh besar dengan rasa percaya diri dan bebas dari tekanan berlebihan.

  4. Pencitraan untuk mencari pujian semata

    Banyak orang tua narsis yang ingin menunjukkan kepada orang lain betapa “istimewanya” mereka. Mereka cenderung menggunakan harta benda, status sosial, penampilan fisik, dan aspek lainnya untuk mencari perhatian dan pujian. Dengan memperoleh pujian, orang tua narsis mendapat pengakuan terhadap ego mereka. Hal ini bisa berimbas pada anak, misalnya mengeksploitasi keseharian atau kegiatan si kecil untuk konten media sosial tanpa memperhatikan keinginan anak.

  5. Manipulasi

    Beberapa contoh manipulasi yang kerap dilakukan oleh orang tua narsis, antara lain:

    • Guilt trip: “Ayah sudah melakukan semuanya untukmu, tapi kamu tidak tahu berterima kasih,”

    • Gemar Menyalahkan: “Gara-gara kamu, Ibu jadi sedih,”

    • Mempermalukan: “Payah sekali nilaimu kali ini, benar-benar bikin malu keluarga,”

    • Sering Membandingkan: “Kenapa kamu tidak bisa sepintar kakakmu?”

    • Terlalu Menekan: “Kamu harus berusaha lebih keras untuk membuat kami bangga!”

    • Hadiah atau Hukuman : “Kalau kamu tidak mau masuk di jurusan kuliah yang Ayah tetapkan, Ayah tidak akan memberimu uang bulanan,”

    • Emotional coercion: “Kamu bukan anak yang baik sampai kamu berhasil memenuhi ekspektasi Ayah dan Ibu,”

    Hal yang perlu diperhatikan dalam gaya manipulasi di atas yaitu kasih sayang bersyarat; anak harus menuruti segala tuntutan orang tua untuk bisa memperoleh haknya. Terkadang, orang tua memberikan hukuman dengan mengancam dan mengabaikan kebutuhan anak.

  6. Terlalu sensitif dan tidak fleksibel

    Beberapa orang tua narsis memiliki sifat terlalu sensitif dan tidak fleksibel. Mereka cenderung mengatur perilaku anaknya hingga ke detail terkecil dan bisa sangat marah jika anak tidak berhasil menurutinya. Mereka juga cenderung mudah tersinggung dan emosinya gampang terpicu tanpa alasan yang jelas. Misalnya, jika anak tidak dianggap mendengarkan, orang tua narsis bisa menghukum anak dengan berat, padahal bisa saja ada kesalahpahaman. 

  7. Minim empati

    Orang tua narsis biasanya kurang memiliki kecerdasan emosional sehingga gagal memahami anaknya sendiri. Mereka susah untuk berempati dengan apa yang dialami anak. Keterampilan untuk menempatkan diri di posisi orang lain atau kemampuan berempati itu amat penting lho, Bu. Hal ini bisa dimiliki dengan melatih kepekaan dalam keseharian. Membantu tanpa diminta atau mendengarkan sebelum berbicara. Anak juga memiliki emosi yang susah ia utarakan, jangan sampai ia merasa diabaikan dan menjadi pribadi yang tertutup dan menekan perasaannya.

  8. Ketergantungan berlebih

    Tanda lain yang dimiliki oleh orang tua narsis adalah ketergantungan berlebih kepada anaknya sendiri. Mereka akan menuntut anak untuk banyak berkorban dan selalu memprioritaskan orang tua di atas segalanya. Umumnya, ketergantungan orang tua narsis dengan anak bisa bersifat ketergantungan emosional, fisik, atau finansial. Mereka juga biasanya menuntut anak untuk melakukan pengorbanan atau menghambat anak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Secara verbal, biasanya tercermin dalam kalimat, “Ibu tidak bisa hidup tanpamu, Nak,”. Anak bisa jadi candu bagi orang tua narsis. Meski terlihat seperti rasa sayang yang membuncah, namun dampaknya bisa membuat anak merasa terkungkung dan susah mengutarakan keinginannya.

  9. Posesif dan Mudah Cemburu

    Orang tua narsis ingin menguasai anaknya secara menyeluruh, sehingga cenderung merasa cemburu atau iri dengan hal-hal yang merenggut anak dari sisinya. Contohnya, ketika anak memilih kelas/les/mata pelajaran yang berbeda dari yang diharapkan orang tua atau lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan temannya, maka orang tua narsis akan mengartikan ini sebagai ancaman. Ketika anak menunjukkan kemandirian maka akan diterima sebagai penolakan dan kritik. 

  10. Mengabaikan

    Dalam beberapa situasi, orang tua narsis lebih memilih untuk fokus pada minat dan pencapaian dirinya sendiri dibandingkan membesarkan anak. Aktivitas seperti hobi yang bisa memberikan nilai tambah untuk validasi dan harga diri pun mengakibatkan mereka mengabaikan anak. Misalnya orang tua yang sibuk mengincar posisi penting di kantor atau mengejar obsesinya sehingga kurang memberikan waktu bersama si kecil. Bukan berarti menjadi workaholic itu buruk ya, Bu. Bekerja memang penting, tapi pastikan anak juga mendapatkan porsi perhatian yang besar di hidup Ayah dan Ibu.

Setelah membaca 10 tanda orang tua narsis di atas, bagaimana pendapat Ibu? Apakah ada salah satu atau beberapa tanda yang diam-diam Ibu miliki? Jangan khawatir, berikut ada cara agar kita tidak menjadi orang tua narsis. 

4 Cara Supaya Kita Terhindar Jadi Orang Tua Narsis

Ada 4 tips yang bisa dilakukan supaya kita tidak menjadi orang tua narsis. Dikutip dari Narcwise, perhatikan 4 hal ini jika Ibu dan Ayah tidak ingin terperangkap dalam siklus orang tua narsis tanpa disadari. 

  • Pahami karakter anak

    Anak adalah individu yang mandiri dan berdiri sendiri. Ia memiliki kelebihan dan kekurangan serta pemikiran yang unik dan bisa saja berbeda dari orang tuanya. Tugas kita sebagai orang tua adalah mencoba mengerti kepribadian anak seutuhnya dan mendukungnya untuk menjadi dirinya sendiri. Support anak untuk mengejar cita-citanya, mengikuti minat dan hobinya, serta memberikan dorongan positif untuk bisa mengenali dirinya  tanpa harus didikte oleh orang tua.

  • Beri kebebasan

    Ibu, yuk mulai beri kepercayaan dan kebebasan pada anak untuk bisa mengikuti alur hidupnya sendiri. Jangan larang mereka untuk melakukan hal yang disukai, selagi itu hal yang positif dan membangun. Bebaskan Ia untuk menjadi apa saja, mempelajari banyak hal, serta mencoba sesuatu yang baru. 

  • Maklumi kekurangan

    Anak pasti memiliki berbagai kekurangan di antara kelebihannya. Bersikap lembutlah kepada anak, pahami apa kekurangannya dan bantulah si kecil untuk bisa memperbaiki dirinya serta meningkatkan kemampuannya. Jangan hukum anak karena hal yang tidak bisa dilakukan, fokuslah pada usahanya. 

  • Jadilah contoh yang baik

    Orang tua yang baik akan memberikan contoh yang baik pada anak. Tidak suka anak berkata kasar? Jangan berkata kasar di depan anak. Bersikaplah sebagaimana Ibu ingin ditiru oleh anak. 

Semoga dengan memperhatikan tanda-tanda orang tua narsis di atas, kita bisa lebih baik lagi sebagai orang tua ya, Ibu. Pahami kebutuhan anak dan singkirkan ego, maka gejala orang tua narsis pun akan jauh dari kita.

Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Ratih