Keluarga

Ciri-ciri Orang Tua Pilih Kasih dan Dampaknya Terhadap Anak!

Ciri-ciri Orang Tua Pilih Kasih dan Dampaknya Terhadap Anak!

Orang tua pilih kasih seringkali jadi problematika yang “menghantui” anak. Kalau dipikir-pikir, sepertinya memang tidak pernah ada orang di dunia ini yang mau dinomorduakan atau diperlakukan tidak adil, ya, Bu. Apalagi oleh orang tua mereka sendiri. Menjadi anak yang dinomorduakan dan selalu dibanding-bandingkan dengan saudaranya bisa memicu perasaan negatif yang akan berdampak pada masa depannya.

Ironisnya, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka kerap memperlakukan anak-anak mereka secara tidak adil. Biasanya ini didasari pada perasaan lebih condong kepada salah satu anak (menjadikannya anak favorit), entah karena ia lebih pintar, lebih sopan, lebih terbuka, atau faktor yang lainnya. Yang jelas, sifat orang tua pilih kasih, disadari atau tidak, bisa berdampak buruk pada anak, bahkan bisa menjadi penyebab pecahnya hubungan antar saudara kandung.

Sebenarnya, menurut Michele Levin, seorang terapis keluarga sekaligus pemilik Blueprint Mental Health, Amerika Serikat, seperti dilansir dari situs Healthline, sangat normal jika ada orang tua yang merasa lebih nyaman atau lebih nyambung berinteraksi dengan salah satu anak dibanding dengan yang lainnya. Ini karena setiap anak memiliki preferensi, minat, kebutuhan, atau sifat yang berbeda-beda. Nah, sebagai manusia, sangat wajar jika kita merasa lebih nyaman berinteraksi dengan orang yang memiliki minat, hobi, atau sifat yang mirip dengan kita. 

Begitu pula hubungan orang tua dan anak. Ibu mungkin terlihat lebih dekat dengan anak perempuan karena secara biologis mereka memang sama, dan mungkin preferensinya juga tidak jauh berbeda. Tapi bisa juga Ibu lebih dekat dengan anak laki-lakinya hanya karena si anak tersebut lebih terbuka dibanding saudara perempuannya, sehingga ia lebih sering berbagi cerita dengan sang Ibu. Hal yang sama juga bisa berlaku pada Ayah, misalnya Ayah lebih dekat dengan anak laki-laki dibanding anak perempuannya, atau malah sebaliknya. Semua tergantung faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas.

Namun, ada juga cerita di mana orang tua sudah merasa bersikap adil, tapi si anak masih saja merasa orang tuanya pilih kasih. Hal ini bisa terjadi, misalnya ketika ada salah satu anak yang memang butuh perhatian lebih dari orang tua, seperti saat baru lahir, ketika sedang sakit, atau sedang menjalani pengobatan tertentu. Kondisi ini sangat mungkin membuat anak kandung lain yang tidak mendapatkan waktu dan energi yang sama dari orang tuanya, menganggap orang tua pilih kasih.

Ciri-ciri Orang Tua Pilih Kasih

Untuk dapat menyadari apakah yang selama ini kita lakukan termasuk pilih kasih atau tidak, penting bagi kita memahami ciri-ciri orang tua pilih kasih. Apa saja sih perlakuan kepada anak yang bisa dikategorikan pilih kasih?

1. Lebih sering mengobrol atau berbicara dengan salah satu anak saja


Memiliki teman yang minat dan kepribadiannya mirip dengan kita memang menyenangkan, sebab kita bisa ngobrol banyak dan merasa lebih nyambung dengannya. Begitupun dengan anak. Punya anak yang sifat, hobi, atau preferensi yang sama dengan kita mungkin mengasyikkan. Namun, hati-hati karena ini bisa mendorong kita jadi lebih sering berinteraksi dengan anak tersebut dibanding anak yang lain. Ini merupakan salah satu ciri orang tua pilih kasih. Mungkin kita melakukannya tanpa sadar, tapi bukan berarti anak lain yang tidak memiliki minat yang sama dengan kita tidak bisa merasa diabaikan.

2. Sering membicarakan tentang anak kesayangannya


Kesukaan kita terhadap salah satu anak juga bisa secara tidak sadar diungkapkan dengan seringnya membicarakan anak tersebut di depan orang lain. Apalagi jika anak tersebut mungkin secara akademik lebih berprestasi, hampir pasti orang tua akan lebih bersemangat menceritakan prestasi anaknya tersebut dibanding anak lain yang mungkin minatnya masih belum atau kurang terlihat. Hal ini juga bisa jadi tanda orang tua pilih kasih, lo, Bu.

3. Cara mendisiplinkan anak kesayangan berbeda dengan anak yang lain


Orang tua pilih kasih juga bisa dibuktikan dengan penerapan cara pendisiplinan yang berbeda antara satu anak dengan anak lain. Misalnya, ketika anak A tidak mengerjakan tugas, Ibu memotong uang sakunya. Tapi berbeda dengan anak B, yang jika ia tidak mengerjakan tugas ia hanya disuruh mengepel lantai tanpa dipotong uang sakunya. Meski sama-sama mendapatkan hukuman, namun hukuman yang berbeda ini bisa memicu perasaan cemburu pada anak B.

4. Intonasi atau nada berbicara kepada anak kesayangan terdengar lebih lembut

Ciri lain orang tua pilih kasih adalah membedakan nada bicara antara anak yang satu dengan yang lain. Misalnya, berkata dengan lembut saat berbicara dengan anak A, namun seketika berubah jadi datar ketika berbicara dengan anak B atau C. Mungkin ada juga orang tua yang tampak lebih menggebu-gebu saat menceritakan anak A kepada tetangga, teman, atau guru, dibanding ketika menceritakan anak lain. Walau dalam hati kita merasa sama-sama sayang kepada semua anak kita, namun “detail-detail” kecil seperti perbedaan intonasi bicara ini bisa diterima dengan berbeda oleh anak.

5. Terlihat lebih nyaman dan rileks saat berinteraksi dengan salah satu anak


Berada di lingkungan yang satu frekuensi memang biasanya akan membuat kita lebih nyaman dan rileks. Begitu juga saat berbicara dengan anak yang satu minat dengan kita, mungkin kita akan terlihat lebih nyaman dan leluasa berinteraksi. Namun, hati-hati jika ini terjadi pada keluarga kita, bisa jadi ada anak lain yang merasa Ayah atau Ibu tidak all-out saat berkomunikasi dengan dia dibanding dengan saudara kandungnya yang lain.

Penyebab Orang Tua Pilih Kasih

1. Orang tua merasa lebih cocok pada salah satu anak saja

Meski dilahirkan dari rahim yang sama, setiap anak tentu memiliki fisik, sifat, kepribadian, dan minat yang berbeda-beda. Inilah yang bisa secara sadar atau tidak, membuat orang tua memberi perlakuan yang berbeda-beda pada anak-anaknya. Ya, memang, kebanyakan orang tua pasti mencintai dan merawat semua anaknya, satu diberi makan ayam, yang lain juga pasti diberi makan ayam. Namun, biasanya perlakuan memfavoritkan anak ini muncul secara tidak sadar. Mungkin karena salah satu anak lebih mudah bergaul, yang lain mungkin lebih mudah marah, dan lain sebagainya. Semakin berbeda kepribadian anak-anaknya, maka semakin berbeda pula perlakuan orang tua kepada mereka.

2. Perbedaan usia anak

Selain sifat dan kepribadian, orang tua pilih kasih juga bisa disebabkan oleh usia anak. Orang tua memang umumnya berinteraksi dan mendisiplinkan anak berdasarkan umurnya. Perbedaan ini semakin kentara jika gap umur anak lumayan jauh. Anak yang lebih besar mungkin akan lebih sering ditindak tegas dibanding anak lain yang lebih kecil, sehingga apa yang dilihat anak sulung adalah orang tua mereka lebih sayang atau lebih sering memanjakan anak bungsunya. 

3. Ada salah satu anak yang butuh perawatan lebih dari orang tua

Kondisi ini biasanya yang paling sulit dihindari. Jika ada salah satu anak sedang sakit atau sedang butuh perawatan ekstra, misalnya ketika baru lahir, sudah pasti orang tua akan lebih banyak menghabiskan energi dan waktunya untuk anak tersebut. Meski sebagai orang tua kita merasa hal ini wajar, namun bisa jadi kondisi ini disikapi secara berbeda oleh anak yang merasa tidak mendapatkan “energi” yang sama dari orang tuanya.

Bila ini terjadi, bicarakan dengan pasangan dan anak yang merasa diabaikan itu. Bagi tugas dengan pasangan, misalnya jika Ibu harus mengurus newborn, minta pasangan untuk menghabiskan waktu dengan anak yang lebih besar.

4. Orang tua mengalami tekanan atau masalah hidup

Jika di tengah keluarga sedang ada konflik atau orang tua mengalami tekanan finansial, kesehatan mental, hingga masalah dengan pasangan, kemungkinan orang tua pilih kasih akan semakin besar. Orang tua mungkin akan lebih condong kepada anak yang dinilai dapat meringankan beban keluarganya, sedangkan anak lain yang dianggap menambah masalah menjadi lebih sering diabaikan.

Dampak Buruk Orang Tua Pilih Kasih

Dampak buruk pilih kasih pada anak tidak hanya bisa dirasakan dalam waktu singkat saja, tapi juga bisa berdampak jangka panjang, bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental anak yang merasa diabaikan. Selain berdampak pada anak yang dinomorduakan, orang tua pilih kasih juga bisa memberi efek buruk pada anak yang difavoritkan, lo! Hah, memang bisa?

1. Memicu stres dan menurunkan harga diri

Orang tua pilih kasih dapat membuat anak yang merasa diabaikan jadi stres. Padahal, seorang anak sangat butuh cinta, kasih sayang, dan dukungan yang adil dari orang tua. Nah, ketika ia tidak mendapatkan hal tersebut, tumbuh kembangnya jadi terganggu, termasuk juga perkembangan mentalnya.

Mallory Williams, seorang konselor dan terapis keluarga di AS, seperti dikutip dari laman Baton Rouge Parents, menyebut adanya efek jangka panjang yang serius pada anak yang mendapat perlakuan tidak adil, seperti depresi, kecemasan, reaksi tidak stabil, bahkan traumatis dalam hubungan pribadi. Ia juga jadi tidak percaya diri karena harga dirinya menurun, sehingga saat dewasa bisa berdampak pada lingkungan kerjanya.

2. Perkembangan emosionalnya terganggu

Perkembangan emosi manusia akan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Bedanya, kemampuan mengontrol emosi pada anak-anak yang masih berusia dini belum terbentuk secara maksimal, tidak seperti kebanyakan orang dewasa. Nah, orang tua pilih kasih ternyata dapat memengaruhi perkembangan emosi anak, lo. Ia akan selalu ingat setiap perlakuan tidak adil yang diterima dari orang tuanya sendiri, bahkan saat ia sudah dewasa. Hal ini bisa berdampak pada perilaku, sikap, dan kebiasaan yang dilakukannya saat berhubungan dengan orang lain. Seperti, anak jadi lebih sering menunjukkan perilaku agresif di sekolah, melukai temannya, menyendiri dan menolak berinteraksi dengan guru, dan lainnya.

3. Mengganggu hubungan dan kerukunan antar saudara

Seperti yang sudah disinggung di atas, orang tua pilih kasih tidak hanya akan membawa efek buruk pada anak yang dinomorduakan, tetapi juga akan membawa dampak negatif pada anak favorit karena hubungannya dengan saudara kandung sendiri jadi terganggu. Anak yang lebih sering diabaikan akan merasa cemburu dan benci kepada saudaranya sendiri. Ia juga akan lebih berpotensi menjadi kompetitif, hingga bisa memicu perasaan ingin melukai saudaranya hanya agar ia terlihat “menang”.

4. Membuat anak favorit tumbuh menjadi anak manja

Anak yang difavoritkan biasanya akan tumbuh menjadi anak yang manja. Ini karena ia sudah terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan dan juga terbiasa “menang”. Jika hal ini terus terjadi, si kecil akan menunjukkan perilaku keras kepala, banyak menuntut, dan emosi negatif. Kondisi ini jelas akan berdampak buruk pada hubungannya dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

Tips Agar Tidak Jadi Orang Tua Pilih Kasih

1. Introspeksi diri apakah selama ini sudah menjadi orang tua yang adil

Kebanyakan sikap pilih kasih itu dilakukan secara tidak sadar oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Mungkin kita sudah merasa bersikap adil, tapi bisa jadi ada salah satu anak yang merasa perlakuan orang tuanya tidak fair. Nah, penting bagi kita selaku orang tua untuk terus introspeksi diri. Bila perlu ajak semua anak mengobrol santai dan beri kesempatan mereka untuk meluapkan keluh kesahnya. Siapa tahu dengan cara ini, anak mau jujur terhadap apa yang mereka rasakan selama ini.

2. Menjadi pendengar yang baik bagi setiap anak

Tips lain untuk menghindari orang tua pilih kasih adalah dengan menjadi pendengar yang baik bagi setiap anak tanpa terkecuali. Walaupun anak tersebut memiliki sifat yang lebih sulit diatur atau memiliki minat dan preferensi yang mungkin agak unik atau tidak biasa, tetaplah jadi pendengar nomor satu bagi anak. Tunjukkan sikap hangat dan tidak kaku agar anak juga leluasa bercerita atau berpendapat. Hargai setiap apa yang keluar dari mulut mereka dan hindari memberi penghakiman pada salah satu anak.

3. Memberikan penjelasan jika memang orang tua harus lebih perhatian pada salah satu anak

Sikap pilih kasih tak jarang menjadi sikap yang justru harus dilakukan orang tua karena adanya kondisi tertentu. Seperti ketika baru melahirkan anak lagi, atau ketika salah satu anak ada yang sakit dan butuh perawatan di rumah. Jika kondisinya begini, Ibu atau Ayah mungkin akan mencurahkan perhatian yang lebih besar kepada anak tersebut. Namun “pilih kasih” dalam kondisi ini tetap tidak boleh dilakukan dengan cara mengabaikan anak yang lain. Ibu dan Ayah bisa saling bergantian menjaga anak, yang penting tidak anak yang merasa diabaikan.

4. Meluangkan waktu untuk membersamai setiap anak secara bergantian

Tips lain untuk menghindari orang tua pilih kasih adalah dengan meluangkan waktu beberapa menit sehari untuk fokus pada satu anak saja. Dibutuhkan kerjasama antara Ibu dan Ayah untuk bisa melakukan hal ini. Misalnya hari Kamis jam sekian sampai jam sekian adalah waktunya Ibu menemani anak sulung bermain, sedangkan Ayah bisa mengurus anak yang lain, dan seterusnya, tinggal disesuaikan dengan jadwal kamu dan pasangan.

5. Tidak membanding-bandingkan anak

Tidak ada anak yang suka dibanding-bandingkan dengan anak lain, apalagi dengan saudara kandungnya. Kebiasaan membanding-bandingkan akan menumbuhkan perasaan cemburu dan menimbulkan kompetisi tidak sehat antar saudara. Alih-alih membanding-bandingkan, fokuslah pada kelebihan setiap anak. Gali bakat mereka masing-masing dan fokus mendukungnya.

Ingatlah bahwa setiap anak itu unik. Meski mungkin salah satu anak terlihat lebih diam, bukan berarti ia tidak memiliki kelebihan. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua memfasilitasi minat dan bakatnya, serta memberikan kasih sayang tulus secara adil pada setiap anak.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih