Keluarga

Kasus Bayi Dalam Ransel Di Gorontalo, Bagaimana Hadapi Kehamilan Tak Diinginkan?

Kasus Bayi Dalam Ransel Di Gorontalo, Bagaimana Hadapi Kehamilan Tak Diinginkan?

Kehamilan merupakan salah satu momen yang paling dinantikan setiap pasangan yang telah menikah. Banyak sekali pasutri yang berusaha keras untuk mendapatkan momongan, karena ingin meneruskan garis keturunan mereka.

Tapi, banyak juga yang menginginkannya karena memang hal tersebut adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan pada setiap pernikahan. Namun rupanya kehamilan ini tak selamanya menjadi anugerah lho! Karena, ada kehamilan yang tidak diinginkan terutama bagi pasangan yang belum siap memiliki anak. 

Beberapa diantaranya adalah kehamilan yang terjadi pada usia sekolah atau karena hubungan gelap. Seperti kisah baru-baru ini yang menyebar di media sosial dan kanal berita nasional, tentang bayi dalam ransel yang ditemukan di belakang sekolah SMA 3 Gorontalo dalam keadaan masih hidup. Yuk, kita simak beberapa fakta bayi dalam ransel berikut ini, supaya kita semua bisa memetik pelajaran berharga.

Fakta bayi dalam ransel yang terjadi di Gorontalo

Photo source: Polresta Gorontalo Kota

Berita bayi dalam ransel yang saat ini tengah beredar, kabarnya akibat kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada wanita yang masih berstatus sebagai pelajar di sebuah sekolah di Gorontalo. Berikut ini beberapa fakta bayi dalam ransel yang cukup memprihatinkan, dikutip melalui laman Detik:

1. Bayi dalam ransel ditemukan oleh warga sekitar

Penemuan bayi dalam ransel ini terjadi di belakang SMAN 3 Gorontalo di Kelurahan Limba UII, Kecamatan Kota Selatan, Gorontalo pada hari Senin tanggal 4 September 2023 tepat pada pukul 10 malam. Saat itu, kabarnya seorang warga mendengar suara tangisan bayi, lalu kemudian ia menelusuri sumber suara yang kemudian berasal dari sebuah tas ransel berwarna hitam.

2. Bayi dalam ransel ditemukan masih terlilit ari-ari

Warga yang menemukan bayi dalam ransel warna hitam tersebut, mengatakan bahwa sang bayi masih terlilit ari-ari atau plasenta dan berjenis kelamin perempuan. Melansir dari laman Parents, plasenta merupakan bagian dari bayi selama berada di dalam kandungan.

Dibutuhkan waktu 5-30 menit agar plasenta tersebut keluar dari dalam rahim (kecuali Ibu melakukan operasi sesar). Bayi masih terlilit plasenta setelah lahir bukan merupakan tanda bahaya. Dalam budaya Indonesia, plasenta atau ari-ari ini kerap kali di kubur di pekarangan rumah.

3. Warga melaporkan penemuan tersebut pada pihak terkait


Dalam kasus bayi dalam ransel ini, warga yang pertama kali menemukannya langsung bertindak cepat, karena bayi diketahui masih bernyawa. Ia kemudian membawa bayi tak berdosa itu ke RS Otanaha Gorontalo, supaya mendapatkan perawatan yang tepat.

Setelah membawanya ke rumah sakit, warga diketahui melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Supaya segera bisa diselidiki, warga pun menduga bila penemuan bayi dalam ransel kemungkinan besar akibat kehamilan tidak diinginkan.

4. Bayi lahir prematur dan ibu bayi ditemukan

Pencarian Ibu bayi dalam ransel ini rupanya cukup cepat, kurang dari 24 jam polisi sudah mengamankan Ibu bayi tersebut, yang diketahui masih berstatus sebagai pelajar dengan inisial MW dan berusia 16 tahun. Pelaku mengatakan bahwa ,bayinya lahir prematur karena masih berusia 7 bulan.

Setelah di bawa ke rumah sakit, diketahui bayi dalam ransel tersebut memiliki berat 1800 gram dan panjang 43 cm. Bayi dalam ransel tersebut rupanya memang benar hasil dari kehamilan tidak diinginkan, karena keduanya masih berpacaran dan berstatus pelajar. 

5. Ibu bayi melahirkan seorang diri di dalam kamar kos


Ibu bayi menuturkan bahwa, ia melahirkan bayinya seorang diri saat berada di kamar kos tanpa ada bantuan dari pihak manapun. Kontraksi yang terjadi cukup berat, sehingga proses melahirkan terjadi sangat cepat.

Tak lama setelah melahirkan, teman Ibu dari bayi tersebut datang, seketika itu juga sang Ibu menyembunyikan bayinya di dalam lemari karena merasa sangat ketakutan. Teman pelaku kemudian melihat ada noda darah di dalam kamar kos, lalu ia mengatakan agar bayi tersebut di bawa saja ke rumah sakit.

6. Kabar warga menemukan bayi yang dibuang ternyata hanya rekayasa Ibu bayi dan temannya

Masih mengutip dari laman Detik, fakta mengejutkan pada kasus bayi dalam ransel yang kabarnya di buang di belakang sekolah terus berlanjut. Polisi mengungkap bahwa, sebenarnya bayi tidak dibuang, melainkan sengaja ditaruh di dalam ransel lalu kemudian Ibu pelaku dan temannya tersebut mengarang cerita telah menemukan bayi tersebut dan membawanya ke rumah sakit.

Kejanggalan semakin jelas terlihat ketika pihak rumah sakit menanyakan siapa Ibu bayi malang tersebut. Tak heran bila polisi dapat mengungkap kasus ini kurang dari 24 jam saja.

Bagaimana menghadapi kehamilan tidak diinginkan

Edukasi tentang seks seharusnya diberikan di setiap sekolah untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan, yang kerap terjadi pada pelajar di berbagai belahan Indonesia. Kasus hubungan seksual yang belum cukup umur, atau belum terikat hubungan pernikahan ini terjadi karena maraknya video porno yang beredar pesat di jagat maya.

Bila kejadian kehamilan tidak diinginkan ini sudah terjadi, seperti kasus bayi dalam ransel di atas, maka yang paling penting adalah tidak bertindak gegabah. Berikut ini ada beberapa cara menyikapi kehamilan tidak diinginkan:

  • Beri ruang untuk diri sendiri berpikir jernih

Bagi anak-anak usia sekolah atau remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan, tentunya akan merasa sangat sulit menghadapi situasi ini. Meskipun hal tersebut juga dikarenakan ulahnya sendiri.

Melansir dari laman Pregnancy Birth Baby, remaja yang mengalami hal tersebut harus punya ruang sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang akan ia lakukan pada kehamilannya. Di Indonesia sendiri, menggugurkan kandungan tidak diperkenankan kecuali ada indikasi medis tertentu dan dilakukan bersama tenaga medis terkait.

  • Mintalah bantuan atau dukungan orang terdekat

Kehamilan tidak diinginkan bagi remaja tentunya akan membawa berita besar bagi orang tua, atau kerabatnya karena hal ini masih sangat tabu di Indonesia. Namun sayangnya, hal ini tidak bisa terus-menerus ditutupi.

Anak remaja yang menjalani proses ini harus berani menghadapi kenyataan ,bahwa ia tetap harus memberitahu orang tua atau kerabat terdekatnya supaya sama-sama bisa menemukan jalan terbaik.

  • Orang tua pasti kecewa, namun pendampingan pada anak tetap diperlukan

Beberapa orang tua yang mengalami hal ini tentu saja akan merasa sangat terpukul, kaget, kecewa, hingga marah besar. Ayah atau Ibu sebaiknya validasi dulu perasaan yang sedang dialami, jika membutuhkan bantuan profesional, orang tua bisa berkunjung ke tenaga medis terkait.

  • Rencanakan dengan matang tindakan apa selanjutnya

Melansir dari laman National Center for Health Statistics (NCHS), meski dihadapkan pada situasi yang sulit, namun sebagai orang tua tetap harus mendampingi dan memberi dukungan penuh pada anak remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Upayakan untuk menanyakan pada anak siapa Ayah dari bayi tersebut, bagaimana ia akan melanjutkan sekolah, dan bagaimana pernikahan harus terjadi. Selain itu, tanyakan juga pada anak apakah ia membutuhkan pendampingan psikolog agar kesehatan mentalnya tetap terjaga dengan baik.

Kehamilan diusia remaja seringnya mengganggu kesehatan mental anak remaja


Masih melansir dari laman National Center for Health Statistics (NCHS), kehamilan tidak diinginkan pada usia remaja akan lebih banyak mengganggu kesehatan mentalnya, padahal selama kehamilan Ibunya harus punya mental yang sehat agar perkembangan janin juga optimal. Berikut fakta tentang kehamilan tidak diinginkan pada usia remaja:

  • Sekitar 50% anak remaja yang mengalami kehamilan di usia sekolah atau di luar pernikahan juga memiliki kesehatan mental yang tak baik
  • Wanita muda cenderung dua kali akan mengalami depresi, gangguan kecemasan, hingga Post-traumatic stress disorder (PTSD)
  • Tingkat depresi pada Ibu remaja mencapai 16-44%
  • Depresi paska persalinan dapat melumpuhkan wanita dalam segala aspek, terutama kehidupannya, apalagi bila depresi tersebut tidak terdeteksi. Maka tidak heran banyak yang melakukan tindakan impulsif seperti kasus bayi dalam ransel ini.

Wanita muda yang menjalani kehamilan tidak diinginkan tak hanya akan terserang kesehatan mentalnya, namun produktivitas juga menurun. Selain itu, stigma masyarakat akan terus melekat padanya.

Hindari melakukan hubungan seksual di luar pernikahan supaya kesehatan mental anak remaja tidak terganggu. Mulai dulu dari lingkungan orang tua dan keluarga yang selalu penuh cinta, mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya hingga mereka siap untuk menikah.

Editor: Aprilia