Ibupedia

11 Perilaku Anak yang Terlihat Aneh, Tapi Sebenarnya Normal

11 Perilaku Anak yang Terlihat Aneh, Tapi Sebenarnya Normal
11 Perilaku Anak yang Terlihat Aneh, Tapi Sebenarnya Normal

Ibu mungkin sering dibuat gemas dengan perilaku anak yang ia lakukan sehari-hari. Seperti misalnya menirukan gaya bicara orang dewasa, memanggil kucing yang lewat, atau kegirangan saat bermain air di bak mandi. Tak jarang juga ia menunjukkan kemampuan baru yang sukses membuat Ibu kaget sekaligus bangga, wah, ternyata secepat itu ya dia belajar! Ya, begitulah anak-anak, yang entah bagaimana selalu berhasil membuat orang dewasa di sekelilingnya terhibur.

Tapi di balik semua tingkahnya yang lucu itu, anak juga seringkali menunjukkan kebiasaan yang mungkin terlihat aneh, unik, atau dianggap tak wajar. Perilaku anak ini tak jarang membuat Ibu, Ayah, atau anggota keluarga yang lain menjadi khawatir. Tentu hal ini sangat wajar, karena orangtua pasti selalu ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun ternyata, tidak semua perilaku anak yang bagi kita aneh itu selalu buruk lho, Bu. Beberapa justru menjadi bagian dari indikasi penting untuk perkembangan mereka. Apa saja ya perilaku-perilaku itu?

  1. Membenturkan kepala ke benda keras

    Anak Ibu mungkin adalah satu dari sekian banyak anak yang suka membenturkan kepala ke benda keras, seperti tembok, pintu, atau ranjang kayu. Perilaku anak yang satu ini mungkin terlihat aneh berbahaya bagi orang dewasa. Namun, seorang psikolog Heather Wittenberg menyebutnya sebagai tindakan normal. Membenturkan kepala ke benda keras secara berulang dapat membantu anak merasa rileks. Jika anak Ibu sering melakukannya sebelum tidur, bisa jadi hal tersebut termasuk “ritual”nya agar lebih mudah tertidur pulas.

    Selain itu, gerakan berirama dan berulang seperti membenturkan kepala kemungkinan merupakan mekanisme tubuh anak saat ia merasa nyeri karena sedang tumbuh gigi. Bisa juga sebagai upayanya menyampaikan sesuatu kepada orang dewasa, mengingat kosakatanya masih terbatas, yang mungkin mengindikasikan ia sedang stres atau kelelahan. Ada juga yang sengaja melakukannya untuk menarik perhatian orangtua atau orang dewasa di sekitarnya.

    Selama perilaku anak di atas tidak dilakukan sepanjang hari sampai membuatnya menolak makan, bersosialisasi, atau bermain, Ibu atau Ayah mungkin perlu membiarkannya. Namun jika sudah mengganggu fungsi sosialnya, ada baiknya Ibu menghubungi dokter atau psikolog.

  2. Menyakiti diri sendiri

    Perilaku anak yang satu ini sebenarnya sedikit mirip dengan kebiasaannya membenturkan kepala ke tembok, karena secara umum ini termasuk juga dalam perilaku menyakiti diri sendiri. Selain membenturkan kepala ke benda keras, ada juga anak yang suka tiba-tiba menggigit tangannya sendiri atau mencubit badannya saat anak sedang marah. Hal ini wajar karena anak masih kesulitan menyampaikan sesuatu lewat kata-kata, sehingga ia menggunakan cara ini untuk melampiaskan emosinya.

    Tak jarang juga anak menyakiti diri sendiri saat mencoba menarik perhatian orangtuanya. Yang perlu Ibu lakukan adalah menerapkan pola pengasuhan yang lebih komunikatif. Bantu anak mengutarakan emosinya dan meluapkan perasaannya melalui kata-kata. Jangan pernah memarahi anak saat ia mencoba menyakiti diri sendiri ya, Bu.

  3. Memungut sesuatu di lantai dan memakannya

    Sebagian besar anak suka sekali memungut sesuatu dari lantai, sofa, atau karpet, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Meski kelihatannya menjijikkan, tapi sebenarnya perilaku anak yang satu ini termasuk normal lho, Bu. Anak-anak yang notabene berada dalam fase eksplorasi, menggunakan berbagai cara untuk bisa memahami sesuatu dari lingkungan di sekitarnya, salah satunya dengan memungut makanan atau sesuatu dari lantai lalu memakannya.

    Meski terbilang normal, namun Ibu perlu ekstra waspada dan betul-betul memperhatikan benda apa yang dipungut dan dimakan oleh anak ya. Pastikan benda tersebut bukan benda berbahaya seperti jarum, koin, atau kancing baju. Benda-benda itu selain bisa menyakiti anak juga sangat rawan tertelan. Selain itu, Ibu juga mungkin perlu menemui dokter jika anak menunjukkan obsesi memakan kotoran atau makanan hewan peliharaan.

  4. Menyentuh kelamin

    Kebiasaan menyentuh kelamin memang bisa menunjukkan adanya penyakit mental jika dilakukan oleh orang dewasa. Namun berbeda jika yang melakukan adalah anak-anak. Perilaku anak ini ternyata merupakan bagian dari pengalamannya bereksplorasi lho, Bu. Anak berusaha menjelajah untuk lebih mengenal bagian tubuhnya sendiri. Ia hanya ingin memuaskan rasa ingin tahu, tidak lebih.

    Namun, Ibu tetap harus memberi pengertian bahwa kebiasaan memegang kelamin itu tidak baik terutama jika dilakukan di depan orang lain. Apalagi kalau kebiasaan itu sampai membuatnya mogok makan atau bermain, sebaiknya sih segera dibawa ke dokter ya, Bu.

  5. Mengupil

    Perilaku anak yang terlihat aneh lainnya adalah mengupil. Walau tampak tidak sopan, perilaku ini tergolong normal karena menjadi ajang eksplorasi bagi anak. Anak yang sehat adalah anak yang punya rasa ingin tahu tinggi, dan kebiasaan ini termasuk salah satu tanda bahwa anak punya keingintahuan yang besar. Selain itu, mengupil ternyata juga bisa membantu anak lebih tenang lho.

  6. Memainkan fesesnya

    Beberapa anak juga ada yang suka memainkan fesesnya. Ia kerap membuka popoknya sendiri dan menganggap fesesnya adalah benda yang menarik untuk dimainkan. Sebenarnya hal ini juga termasuk normal, karena anak umumnya memang punya rasa ingin tahu yang tinggi. Ia penasaran dengan sesuatu di balik popoknya itu.

    Jika perilaku anak ini sudah tampak mengganggu dan sudah berubah jadi kebiasaan, Ibu bisa mengalihkan rasa ingin tahunya dengan menyediakan tanah liat yang aman untuk dimainkan anak.

  7. Berbicara sendiri

    Mayoritas anak suka berbicara sendiri, entah dengan boneka dan mainannya, atau dengan teman khayalannya. Hal ini wajar dilakukan, karena menurut ahli, perilaku anak ini merupakan cara mereka untuk menciptakan dunianya sendiri. Bagi anak, dunia ini cukup membingungkan dan sulit dipahami. Sehingga ia membuat dunia versinya sendiri yang jauh lebih nyaman. Sebagai orangtua, Ibu tidak perlu merasa cemas, justru orangtua harus mengapresiasi kreativitas mereka.

  8. Berpura-pura menjadi binatang

    Beberapa orangtua kerap keheranan melihat perilaku anak yang suka berpura-pura menjadi binatang seperti pretend play. Saat sedang santai, mendadak anak berubah jadi singa yang mengaum-ngaum dan berusaha menyerang Ibu. Sesungguhnya fase ini merupakan fase normal yang dialami anak kecil yang masih berusaha memahami dunia. Selama tidak membahayakan orang lain, Ibu tidak usah khawatir ya!

  9. Menonton film atau membaca buku yang sama berulang kali

    Anak Ibu mungkin sedang senang-senangnya menonton film atau membaca buku yang sama berulang kali. Walau bagi kita tampak membosankan, ternyata menurut Mary Borowska, psikoterapis anak di New York, lewat kegiatan repetitif itu anak akan memahami bahwa dunia memiliki keteraturan dan mereka memiliki kendali atasnya. Pengulangan juga memungkinkan anak untuk mempersempit ruang fokusnya dalam melakukan sesuatu.

  10. Berlari telanjang

    Perilaku anak yang juga sering Ibu geleng-geleng kepala adalah berlarian tanpa mengenakan busana. Anak suka sekali jalan-jalan telanjang. Hal ini bukan karena anak Ibu porno ya. Ini karena anak masih belum paham mengenai konsep kesopanan. Ia pun masih belajar membedakan ruang privat dan ruang publik.

    Melepas baju di depan orang lain juga mungkin jadi cara anak menunjukkan kemampuannya mengambil kendali. Anak sangat bangga jika ia bisa melakukan sesuatu atas kuasanya sendiri. Alih-alih memarahi, Ibu bisa pelan-pelan memberi pengertian pada anak bahwa ia hanya boleh melepas baju di rumah dan di depan orangtuanya. Ibu juga dapat memberinya pilihan baju apa yang ingin ia pakai hari itu.

  11. Terus melompat dan bergerak tiada henti

    Ibu mungkin termasuk satu dari sekian banyak orangtua yang merasa anaknya hiperaktif. Sebenarnya tidak semua anak yang tidak bisa diam itu hiperaktif ya, Bu. Pasalnya, perilaku ini sebetulnya sangat normal dialami anak yang usianya sekitar 2-3 tahun. Penyebabnya karena rentang perhatian atau fokus mereka masih pendek. Jadi, wajar sekali kalau mereka tidak betah jika disuruh duduk atau diam terlalu lama. Ibu dapat membantu si kecil menyalurkan energinya dengan mengajaknya bermain di luar.

Itulah berbagai perilaku anak yang mungkin terlihat aneh bagi kita, namun sebenarnya sangat normal dilakukan. Manakah kebiasaan yang paling sering dilakukan anak Ibu?

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih