Kelahiran

11 Mitos Paling Sering Menghantui Ibu Menyusui dan Faktanya!

11 Mitos Paling Sering Menghantui Ibu Menyusui dan Faktanya!

Menyusui merupakan salah satu upaya seorang ibu dalam memberikan yang terbaik demi sang buah hati, terutama menyangkut asupan nutrisi untuk tumbuh-kembangnya.

Dalam hal ini, pemerintah juga telah menetapkan melalui kebijakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, meliputi hak anak untuk mendapatkan ASI, dukungan kepada ibu menyusui, hingga penyediaan waktu dan fasilitas untuk kepentingan menyusui. Kebijakan ini diberlakukan mengingat pentingnya pemberian ASI untuk masa depan generasi yang lebih baik.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa zat antibodi yang terkandung dalam ASI dapat mengurangi risiko bayi terkena infeksi seperti infeksi telinga, pneumonia, infeksi usus, serta meningitis atau radang otak. Tidak hanya itu, seperti dilansir pada www.webmd.com, menyusui juga memberikan manfaat bagi ibu menyusui.

Dengan menyusui, menurunkan risiko terjangkit penyakit-penyakit yang menyerang daya tahan tubuh, juga obesitas, diabetes, osteoporosis, dan beberapa jenis kanker seperti kanker rahim dan kanker payudara dengan cara sistem pengelolaan hormone pada tubuh. Saat Ibu menyusui si kecil, tidak hanya gizinya saja yang terpenuhi, tapi juga ikatan emosional yang terjalin antara Ibu dan si kecil semakin kuat.

Namun dalam perjalanannya, ibu menyusui pasti berhadapan dengan berbagai tantangan yang menguras energi bahkan emosi. Salah satunya adalah mitos, buah pemikiran zaman dahulu (dengan keterbatasan ilmu maupun teknologi dalam menganalisis mendalam) yang dipercaya secara turun-temurun dan dianggap benar.

Berbagai mitos menyusui yang meresahkan ibu menyusui sering menjadi penyebab timbulnya komentar dan kritik tak mendasar yang membuat ibu menyusui kehilangan tekad dan kepercayaan diri. Pada akhirnya, stres yang diakibatkan oleh baying-bayang mitos-mitos menyusui ini dapat memicu baby blues dan proses pemberian ASI pun menjadi terhambat.

Padahal, ibu menyusui sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak demi kelancaran pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dan lanjutan hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan support system yang kuat dan edukasi menyusui untuk mendukung kelancaran ibu menyusui dalam menunaikan tugas mulianya.

Salah satu upaya yang bisa Ibu menyusui lakukan adalah mengetahui apa saja mitos-mitos yang meresahkan dan menghambat proses menyusui, kemudian menelusuri kebenarannya untuk mematahkan mitos yang selama ini menghalangi usaha Ibu memenuhi kebutuhan si kecil. Yuk, simak daftar mitos yang menjadi tantangan ibu menyusui beserta faktanya!


  1. Ibu Menyusui Tidak Boleh Makan Pedas

    Salah satu mitos yang paling sering menghantui ibu menyusui adalah larangan mengonsumsi makanan pedas. Alasannya, jika ibu menyusui makan makanan pedas, si kecil akan terkena diare dan rewel. Bagi ibu menyusui yang menyukai rasa pedas, sering kali mitos ini membuat nafsu makan Ibu menurun. Padahal ketika menyusui, Ibu memerlukan sumber energi lebih banyak supaya tubuh tetap bugar dan proses menyusui tetap lancar. Namun, apakah benar ibu menyusui tidak boleh makan pedas?

    Fakta: Belum ada bukti ilmiah tentang pengaruh makanan pedas yang dikonsumsi ibu menyusui yang menyebabkan bayi mengalami diare dan rewel. Ada dugaan bahwa kandungan capsain dalam cabai (jika ibu menyukai sambal sebagai pelengkap makan) bisa memicu alergi pada bayi yang sensitif dan bisa menyebabkan diare.

    Pendapat ini pun belum terbukti kebenarannya. Namun tidak ada salahnya jika ibu menyusui tetap berhati-hati dalam mengonsumsi makanan pedas dengan cara selalu memperhatikan reaksi bayi. Ingat untuk tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan pedas supaya ibu menyusui tidak mengalami masalah pencernaan dan mengganggu aktivitas menyusui.


  2. Bayi Rewel Pertanda ASI Ibu Sedikit

    Apakah Ibu sering mendengar mitos ini? Atau bahkan pernah mengalami diserang mitos tersebut? Pernyataan tersebut biasanya dilontarkan kepada ibu menyusui saat bayi sedang rewel, terutama pada newborn. Meskipun ibu menyusui sepanjang hari pun, ternyata si kecil masih saja rewel. Saat itulah keluarga atau masyarakat yang masih percaya mitos akan berpikir bahwa si kecil masih lapar dan ASI Ibu tidak mencukupi kebutuhannya.

    Pada kasus tertentu, karena keterbatasan akses pengetahuan tentang menyusui, banyak orangtua maupun keluarga bayi yang memberikan MPASI dini tanpa indikasi medis dengan asumsi bayi tersebut akan kenyang dan tidak rewel lagi. Tentu kondisi ini sangat berbahaya bagi kesehatan si kecil.

    Fakta: Banyak faktor yang menjadi penyebab bayi menjadi rewel. Selain haus dan lapar, bayi juga sering merasa kepanasan atau kedinginan. Tidak jarang tangisannya menandakan bahwa dia sedang tidak nyaman dengan posisi tidurnya atau karena popok yang perlu diganti. Dan pada fase growth spurt, bayi memang butuh sering menyusu seolah-olah kegiatan ini berlangsung sepanjang hari hingga membuat ibu menyusui harus bergadang di malam hari.

    Namun bukan berarti karena ASI Ibu sedikit ya! Ibu bisa cek tanda-tanda cukup ASI pada bayi supaya mitos tersebut tidak membuat Ibu jadi pesimis. Jadi, yakinlah bahwa ASI Ibu selalu cukup ya!


  3. Payudara Kecil Diartikan Volume ASI Juga Sedikit

    Banyak yang bilang bahwa ukuran payudara ibu menyusui menentukan seberapa banyak ASI yang diproduksi. Mitos tersebut seolah menyiratkan bahwa payudara yang besar dapat menampung lebih banyak volume ASI. Saat hamil, sebagian ibu perubahan pada ukuran payudara yang cukup signifikan. Namun tidak semua ibu hamil mengalaminya. 

    Fakta: Sistem kerja payudara dalam memproduksi ASI tidak sama seperti air yang mengalir dari kran dan ditampung di bak mandi. ASI yang telah diproduksi disalurkan melalui pembuluh-pembuluh kecil (kelenjar ASI) menuju puting. Bentuk payudara yang berbeda tidak berpengaruh pada volume ASI yang dihasilkan.

    Biasanya, produksi ASI yang banyak akan menghuni saluran-saluran tadi, hingga terkadang menyebabkan payudara bengkak jika terlalu lama tidak dihisap oleh bayi. Justru payudara yang jarang bengkak menandakan bahwa sistem supply and demand telah bekerja dengan lebih teratur. 


  4. Hasil Pumping Sedikit Berarti Produksi ASI Sedikit

    Memompa atau memerah ASI adalah salah satu cara alternatif ketika ibu tidak dapat menyusui langsung karena sebab tertentu. Pada awalnya ibu menyusui sering kali mengalami kendala saat belajar memerah ASI.

    Ketika hasil pumping tersebut hanya terlihat membasahi dasar botol, komentar negatif bahwa hasil tersebut menunjukkan bahwa produksi ASI ibu menyusui juga sedikit. Sedih banget, kan?

    Fakta: Hasil pumping bukanlah indikator yang menandakan banyak atau tidaknya produksi ASI. Banyak faktor yang bisa memengaruhi hasil memerah ASI, seperti cara memerah yang tidak tepat, alat pompa yang kurang optimal, hingga stres yang disebabkan oleh kekhawatiran ibu menyusui tidak bisa mencukupi kebutuhan si kecil. Nah, ibu menyusui perlu dukungan positif agar tercipta kepercayaan diri dan optimis bahwa ASI ibu cukup untuk memenuhi asupan sang buah hati.


  5. ASI yang Encer Tidak Bekualitas

    Tidak hanya soal ukuran payudara ibu menyusui saja yang menjadi sasaran mitos, tetapi juga tingkat kekentalan ASI pun sering memicu perdebatan antara ibu menyusui dengan keluarga maupun masyarakat. Mitos tersebut meyakini bahwa ASI yang tampak encer berarti tidak berkualitas. Rasanya lebih sakit daripada putus cinta saat mendengar kalimat itu sampai di telinga.

    Fakta: Ibu menyusui harus tahu bahwa kekentalan ASI bisa berubah dan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Saat bayi menyusu, air liur yang menempel  pada areola dan puting Ibu memberikan sinyal pada tubuh Ibu untuk menghasilkan kandungan ASI sesuai dengan kondisi si kecil.

    Selain itu, mengutip dari laman Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) www.aimi-asi.org, kandungan ASI memang terdiri atas dua jenis yaitu foremilk (encer) dan hindmilk (kental). Kedua jenis ASI tersebut sama-sama penting dan selalu ada pada kandungan ASI ibu menyusui. Jadi, tak perlu cemas jika ASI Ibu terlihat encer ya! 


  6. Ibu Menyusui Dikatakan Sempurna Jika Mengalami Puting Lecet/Luka

    Salah satu tantangan ibu menyusui adalah ketika puting mengalami lecet. Mulai dari rasa perih yang masih bisa ditoleransi, hingga luka berdarah yang membuat aktivitas menyusui menjadi tak nyaman, bahkan terganggu.

    Hal ini biasanya dikaitkan dengan mitos yang mengatakan bahwa ibu menyusui dikatakan tidak sempurna apabila belum mengalami puting lecet hingga luka menganga atau berdarah.

    Fakta: Dalam perjalanan menyusui, terutama pada fase awal kehidupan si kecil, puting lecet ataupun terluka adalah hal yang wajar. Namun bukan berarti ini adalah kondisi normal yang bisa diabaikan begitu saja. Sama sekali tidak ada korelasi antara kesempurnaan sebagai ibu menyusui dengan puting ibu yang terluka.

    Puting yang lecet menandakan ada yang salah dengan cara ibu menyusui. Penyebabnya harus segera ditelusuri dan diatasi supaya aktivitas menyusui kembali lancar dan nyaman.

    Misal, puting lecet bisa diakibatkan oleh pelekatan yang belum tepat. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena akan berdampak pada kemampuan mengisap bayi maupun kenyamanan ibu menyusui.


  7. Kejadian Mistis Menyebabkan Bayi Tak Mau Menyusu

    Di beberapa tempat dengan adat dan kepercayaan masyarakat setempat yang masih kuat, hal-hal mistis juga menjadi mitos yang menimpa ibu menyusui. Misalnya, ibu menyusui tidak boleh keluar malam karena aura negatif memburu ibu hamil dan ibu menyusui di malam hari. Atau, payudara dan puting harus dibersihkan dengan air kembang tujuh rupa karena dianggap ada yang mengganggu sehingga bayi rewel dan menolak menyusu.

    Fakta: Mitos-mitos mistis seputar ibu menyusui yang berkembang di masyarakat terkadang menyeramkan dan membuat ibu menyusui terpaksa menuruti kehendak mereka. Padahal banyak faktor yang bisa membuat bayi enggan menyusu, seperti gejala bingung putting dan perlekatan yang tidak tepat.

    Namun, jika Ibu merasa sangat tidak nyaman dengan mitos-mitos tersebut, tentu Ibu bisa menepisnya dengan membeberkan fakta-fakta dari sumber informasi terpercaya. Bila perlu, Ibu bisa melakukan konsultasi dengan konselor laktasi seraya mengajak kerabat atau keluarga supaya mendapatkan edukasi menyusui dengan tepat dan mendukung pilihan Ibu untuk memberikan ASI sebagai asupan terbaik untuk sang buah hati.


  8. Kandungan ASI pada Payudara Kanan dan Kiri Berbeda

    Mitos tentang perbedaan kandungan ASI di payudara kanan dan kiri ini juga tak kalah menarik. Meskipun terbilang unik, namun ibu menyusui juga bisa merasa tidak nyaman jika terus-menerus diburu dengan anjuran untuk sering-sering menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian dalam satu sesi menyusui.

    Masyarakat yang masih percaya pada mitos ini menganggap bahwa kandungan payudara kiri sebagai penghilang rasa haus, sementara ASI di payudara kanan bermanfaat membuat bayi kenyang.

    Fakta: Kandungan ASI di payudara kanan dan kiri sama-sama terdiri atas foremilk dan hindmilk. Ibu menyusui disarankan untuk menyusui si kecil dengan satu payudara hingga terasa kosong. Foremilk yang diisap pada 15 menit pertama ketika bayi menyusu sangat penting untuk perkembangan otaknya.

    Sementara hindmilk yang keluar setelahnya banyak mengandung lemak yang berguna untuk mengoptimalkan berat badan bayi. Dengan demikian, sebaiknya Ibu tetap konsisten menyusui dengan satu payudara hingga terasa kosong sebelum mengganti dengan payudara yang lain ya, Bu!


  9. Ibu Menyusui yang Sedang Sakit Tidak Boleh Menyusui

    Jamak terjadi ketika ibu menyusui sedang sakit dan mengonsumsi obat, keluarga maupun masyarakat yang masih percaya mitos melarang ibu untuk menyusui bayinya. Kalimat “Nanti anaknya ketularan sakit” atau “ASI-nya akan ikut berubah seperti rasa obat” biasanya paling sering dilontarkan.

    Fakta: Ibu menyusui, sama halnya dengan ibu hamil, sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter saat ingin mengonsumsi obat. Biasanya, dokter akan memberikan obat dengan dosis tertentu dan waktu minum khusus yang telah disesuaikan dengan kondisi sebagai ibu menyusui. Bukan berarti ibu tidak boleh menyusui. Hal ini juga berlaku ketika ibu menyusui sedang sakit.

    Umumnya, ibu masih bisa menyusui si kecil jika sakit yang diderita tergolong ringan dan tidak ada anjuran untuk menghentikan aktivitas menyusui si kecil. Beda halnya jika ibu menyusui menderita penyakit berat seperti HIV dan kanker. Namun jika khawatir bayi akan tertular saat ibu menyusui sedang flu atau batuk, Ibu bisa menggunakan masker untuk mengurangi risiko virus menular.


  10. Jika Bayi Sakit, Ibu Menyusui Harus Minum Obat untuk Bayinya

    Mitos ini sering dijumpai di tengah masyarakat yang masih percaya bahwa apa yang dikonsumsi ibu menyusui memiliki pengaruh sangat signifikan pada bayinya. Bila si kecil sedang demam, orang-orang akan menyarankan supaya ibunya saja yang minum obat penurun panas.

    Tidak sedikit juga yang percaya kalau bayi akan lebih cepat sembuh apabila mendapatkan double medication. Yang artinya, ibu menyusui juga ikut minum obat demi bayinya.

    Fakta: Jika bayi sedang sakit dan perlu mengonsumsi obat, maka cukup si kecil yang minum obat. Anggapan bahwa double medication akan mempercepat kesembuhan bayi tidak terbukti kebenarannya. Keefektifan obat yang dikonsumsi ibu menyusui tidak berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya bayi sembuh.


  11. Bayi Full ASI Akan Sulit Disapih

    Setelah berhasil melewati fase ASI eksklusif dalam menyusui si kecil, banyak tantangan baru yang masih harus dihadapi oleh ibu menyusui. Salah satunya adalah mitos tentang bayi yang sulit disapih karena tidak diajari menyusu dengan media lain, terutama dot.

    Beraneka ragam cerita tentang sulitnya menyapih anak full ASI terdengar menegangkan, seperti mengolesi puting dengan sesuatu yang pahit atau berbau tak sedap supaya lebih mudah disapih. Tak jarang membuat pendirian Ibu goyah. Alih-alih mengajari cara menyapih tanpa drama, biasanya mitos yang satu ini akan menggiring para ibu menyusui menjadi parno saat hendak menyapih.

    Fakta: Membiasakan bayi menyusu lewat media lain, terutama dot, justru bisa memicu bingung puting yang berakhir dengan bayi enggan menyusu langsung. Selain itu, banyak efek negatif penggunaan dot, termasuk kesulitan-kesulitan saat menyapih anak dari dot.

    Jika berencana menyapih si kecil, sebaiknya ibu menyusui memilih cara yang tidak membuat si kecil maupun Ibu sendiri tersiksa seperti metode weaning with love. Sehingga perjalanan menyusui selama dua tahun bisa ditutup dengan tenang tanpa meninggalkan trauma pada anak maupun Ibu.


Jadi, sebagai ibu menyusui, sudah berapa mitos yang berhasil ditepis?

(Dwi Ratih)