Keluarga

Bahaya! Jangan Sepelekan 5 Kesalahan Mendidik Anak Laki-Laki

Bahaya! Jangan Sepelekan 5 Kesalahan Mendidik Anak Laki-Laki

Sebagai orang tua, tanpa kita sadari ada kalanya melakukan kesalahan mendidik anak laki-laki. Tidak hanya Ibu, peran Ayah juga ikut ambil bagian dari pola asuh ini. 

Saat kesalahan mendidik anak laki-laki ini diterapkan, bukan hanya anak laki-laki yang rugi, tetapi bisa juga lingkungan dan teman perempuannya di masa kini dan masa depan. 

Apa saja kesalahan mendidik anak laki-laki?

Kesalahan Mendidik Anak Laki-Laki

Tahukah Ibu dan Ayah, bahwa kesalahan orang tua dalam mendidik anak akan mempengaruhi hidupnya kelak? 

Tak heran bila banyak perilaku anak yang kurang sesuai seringkali dikaitkan dengan pola asuh anak usia dini. 

Anak laki-laki menjadi egois, emosinya kurang terkontrol, jarang terlibat dalam pengasuhan anaknya kelak, atau kurang menghargai sesama adalah contoh hasil kesalahan cara didik anak. Hindari kesalahan mendidik anak laki-laki di bawah ini untuk menyelamatkan masa depannya.

1. Beranggapan Anak Laki-Laki Tidak Perlu Melakukan Pekerjaan Domestik


Sayangnya, anggapan bahwa anak laki-laki tidak boleh ikut campur urusan dapur adalah budaya yang melekat di masyarakat. 

Seperti dilansir dari laman Good Housekeeping, seorang sosiolog menyebutkan bahwa sikap dan karakter anak laki-laki lebih banyak dibentuk oleh budaya, bukan sifat biologis alami yang lahir bersamanya.

Pernah mendengar ungkapan,”Eh, ini anak laki-laki kok malah main masak-masakan, main boneka, ayo sudah jangan di dapur. Main di luar saja,”?

Ungkapan seperti ini adalah kesalahan mendidik anak laki-laki dan akan menyulitkan anak di masa depan. Bagaimana tidak? Memasak dan merawat anak adalah practical life skill yang harus dikuasai baik anak perempuan maupun laki-laki.

Practical life skill akan membantunya bertahan hidup dan keluar dari masa sulit. Bagaimana jika suatu saat nanti anak laki-laki tinggal sendiri di rantau lalu membutuhkan makan? Keadaan tidak selalu berpihak padanya setiap saat. 

Ketika dananya sedang sedikit, membeli makanan mungkin akan menenangkan perutnya satu kali. Tetapi membeli bahan makanan mentah dan mengolahnya bisa menghemat hingga 3 kali makan.

Belum lagi urusan domestik lain seperti mencuci pakaian atau melipat pakaian. Jika anak laki-laki tidak menguasai teknik ini, mereka akan kesulitan mencuci pakaiannya sendiri atau bahkan tidak bisa melipat bajunya sendiri. Tidak setiap tempat yang mereka kunjungi menyediakan jasa laundry bukan?

Bermain boneka bahkan bisa melatih anak laki-laki untuk lebih menyayangi individu yang lebih kecil. Suatu saat nanti ketika mereka memiliki anak, mereka juga akan terbiasa merawat anaknya dan hadir seutuhnya bagi jiwa anak-anaknya.

2. Menuntut Anak Laki-Laki Memendam Emosi


Kesalahan orang tua dalam mendidik anak laki-laki berikutnya adalah suka menuntut anak memendam emosinya. Ayah atau Ibu pasti familiar dengan ungkapan, “Anak laki-laki nggak boleh nangis. Kayak anak perempuan aja!”

Dilansir dari Bright Side, kesalahan mendidik anak laki-laki ini berbahaya untuk beberapa alasan, seperti:

Anak laki-laki merasa emosinya harus selalu ditahan dan mereka belajar bahwa perasaan yang alami ini harus disembunyikan;

Anak laki-laki bisa salah paham. Jika anak laki-laki tidak boleh menangis, sedangkan dirinya menangis, artinya ada yang salah dalam dirinya. Mereka jadi terbiasa menyalahkan diri sendiri dan tidak menyukai dirinya;

Ungkapan “kayak anak perempuan, saja” akan melahirkan konsepsi dalam dirinya bahwa menjadi perempuan lemah, memalukan dan tidak lebih unggul dari laki-laki. Akibatnya, sikapnya menjadi tidak baik kepada Ibu, nenek, saudara perempuan, teman perempuan, atau bahkan istrinya kelak.

3. Tidak Memberi Contoh yang Baik Dalam Memperlakukan Perempuan


Memberi gender stereotype pada anak dengan jenis kelamin berbeda merupakan kesalahan mendidik anak usia dini. 

Membeda-bedakan aktivitas anak perempuan dan laki-laki seperti, melarang anak perempuan main bola atau memaksa anak laki-laki untuk melakukan aktivitas olahraga lebih banyak akan mendidik anak laki-laki untuk menganggap remeh perempuan.

Pada akhirnya anak laki-laki akan menganggap perempuan hanyalah individu dengan perasaan lemah dan bisa lebih baik dikontrol oleh laki-laki. Cara Ayah bicara dan perlakuan Ayah pada Ibu juga mempengaruhi sikap anak laki-laki. 

Jika Ayah memberikan contoh cara bicara yang baik, selalu kompak dengan Ibu dalam pekerjaan di rumah, atau sesederhana mengucapkan terima kasih pada Ibu atas makanan dan minuman yang dibuat Ibu, maka anak laki-laki akan belajar menghargai perempuan. Jika sebaliknya, maka anak laki-laki hanya akan tumbuh menjadi sosok yang merendahkan perempuan.

4. Membiarkan Anak Laki-Laki Merugikan Orang Lain

Ungkapan boys will be boys hanya akan merugikan anak dan lingkungan sekitarnya. Perilaku anak laki-laki seperti mengganggu teman, merebut mainan milik orang lain, atau merusak barang seringkali dianggap wajar hanya karena anak laki-laki sudah sepatutnya nakal. 

Sayangnya ini kesalahan mendidik anak laki-laki yang cukup mempengaruhi. Ini hanya akan membuat anak laki-laki tumbuh menjadi individu egois yang tidak perduli meski ia merugikan orang lain.

5. Tidak Menghormati Keputusan Anak


Salah satu kesalahan mendidik anak laki-laki yang berkontribusi menghilangkan jati dirinya adalah tidak menghormati keputusan anak. Anak juga patut dihormati keputusannya, lho, sama saja dengan orang dewasa. 

Apalagi jika menyangkut hak akan tubuhnya. Anak perlu mengetahui tentang konsensual atau pemberian izin tentang segala sesuatu.

Masalahnya seringkali orang tua memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak disetujui anak, seperti, “Ayo cium Nenek dulu,” atau “omnya dipeluk, dong,”

Alasannya sebenarnya untuk menghormati yang lebih tua dan sesepuh dalam keluarga juga pasti merasa bahagia jika bisa mendekap anak kecil. Tapi ini hanya akan membuka jalan bagi pelecehan seksual yang mungkin terjadi baik dari lingkungan keluarga atau sekitarnya.

Tanyakan dulu apakah anak bersedia dipeluk, dicium atau disentuh oleh orang lain selain Ayah, Ibu atau dokter yang memeriksa. Bila anak tidak bersedia, tawarkan alternatif lain seperti  tos atau melambaikan tangan. 

Bila hal ini tidak diajarkan, anak tidak bisa belajar melindungi dirinya, kurang menghargai keputusan orang lain dan berisiko terkena pelecehan seksual.

Kesalahan mendidik anak laki-laki tidak hanya mempengaruhi hidupnya, tapi bisa juga mempengaruhi hidup orang lain. Pastikan mengajarkan hal yang benar agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Editor: Dwi Ratih