Kelahiran

Perkembangan Bayi 1 Bulan dan Stimulasi yang Sesuai

Perkembangan Bayi 1 Bulan dan Stimulasi yang Sesuai

Rasanya seperti baru kemarin ibu melahirkan, tahu-tahu kini bayi ibu sudah berulang bulan alias berusia satu bulan. Selain perubahan fisik, ada cukup banyak perubahan yang dialami oleh bayi 1 bulan ini dibanding hari-hari pertamanya lahir ke dunia.

Bagi ibu, mengurus bayi 1 bulan mungkin sudah dianggap sebagai rutinitas karena ibu sudah mulai terbiasa bangun malam untuk menyusui, mengganti popok, maupun menggendong bayi. Memang, pada dasarnya kegiatan bayi satu bulan tidak jauh-jauh dari menyusu setiap beberapa jam, tidur pulas meski masih dalam durasi yang sebentar-sebentar, ganti popok, maupun digendong dan dipeluk dengan penuh cinta.

Meskipun demikian, ibu tampaknya masih belum bisa menyambi pekerjaan mengurus bayi 1 bulan dengan pekerjaan domestik lainnya karena bayi 1 bulan masih memerlukan perhatian penuh dari ibu. Jadi, jangan segan meminta bantuan orang lain untuk mengurus rumah, membeli makan di warung makan atau delivery dari restoran, bahkan 'menitipkan' baju ke laundry terdekat.

Berikan juga pengertian kepada suami bahwa waktu ibu masih tersita banyak untuk mengurus bayi satu bulan. Belum lagi, ibu juga butuh saat-saat pribadi alias me time untuk menjaga pikiran tetap sehat, air susu ibu (ASI) tetap lancar, dan ibu jauh dari baby blues.

Seiring dengan bertambahnya usia, bayi 1 bulan juga mencapai milestone pertamanya. Banyak hal yang berubah, baik dari segi fisik maupun perilakunya. Meski demikian, milestone ini tidak berlaku untuk bayi 1 bulan yang lahir prematur karena bayi prematur biasanya dihitung berdasarkan due date yang seharusnya.

Pada umumnya, bayi 1 bulan akan bisa melakukan hal-hal berikut:

  • Mengangkat leher sedikit saat ditengkurapkan alias tummy time

  • Sudah bisa memaku perhatian ke arah wajah

  • Mengangkat telapak tangan

  • Hisapan menyusu sudah sangat mantap.

Selain itu, beberapa bayi 1 bulan juga sudah bisa merespon terhadap suara-suara keras. Sedangkan dalam kasus-kasus yang langka, ada pula bayi 1 bulan yang sudah bisa membalas senyum ibu maupun mengangkat kepalanya 45 derajat saat tummy time.


Perkembangan Fisik Bayi 1 Bulan

Secara keseluruhan, bentuk fisik bayi 1 bulan tidak jauh berbeda dengan bayi baru lahir. Ubun-ubun di kepalanya masih lunak, lehernya pun belum kokoh sehingga masih harus disanggah setiap kali digendong atau disusui.


  1. Berat badan

    Satu hal yang akan ibu rasakan ialah berat badan bayi 1 bulan yang naik drastis dibanding berat badan lahirnya. Biasanya, bayi akan mengalami kenaikan mulai dari 800 gram di bulan pertama kelahirannya karena sedang berada dalam masa growth spurt yang ditandai dengan seringnya bayi menangis karena lapar dan meminta menyusu.

    Kenaikan bobot bayi ini juga terlihat karena bayi sempat mengalami penurunan berat badan hingga maksimal 10% dari berat badan lahirnya dalam satu minggu pertama kehidupannya. Bayi biasanya baru kembali ke berat badan lahir saat usianya mencapai 2 minggu kemudian seperti meroket di dua minggu berikutnya.

    Jika bayi 1 bulan tidak mengalami kenaikan berat badan atau tidak mencapai kenaikan BB minimal 800 gram, ada baiknya ibu berkonsultasi ke dokter. Hal ini bisa menjadi pertanda adanya pelekatan menyusu yang tidak pas, misalnya karena tongue tieatau masalah kesehatan lainnya.


  2. Badan gemetar

    Hal lain yang mungkin menjadi kecemasan ibu adalah kebiasaan bayi meregangkan badan sampai terlihat seperti gemetar. Tidak perlu khawatir karena ini adalah reaksi yang wajar mengingat lebih dari 9 bulan lamanya mereka membungkuk di rahim ibu sehingga ingin sedikit melakukan peregangan.


  3. Bentuk kepala

    Kepala 'peyang' alias tidak rata merupakan kondisi yang dialami hampir semua bayi 1 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi karena bayi 1 bulan memiliki preferensi tidur di sisi tertentu ditambah faktor bahwa tulang di sekujur tubuh bayi, termasuk tengkorak, belum sepenuhnya matang sehingga masih bisa berubah bentuk.

    Meskipun demikian, ibu tidak perlu khawatir karena kepala peyang tidak memengaruhi perkembangan otak di dalam kepala anak. Bayi juga tidak akan merasa sakit karena kepala peyang ini, lagipula bentuk kepala bayi ini akan berangsur normal seiring dengan kematangan tulang tengkoraknya.


Perkembangan Indera Bayi 1 Bulan

Bayi lahir dengan kondisi nyaris buta-tuli. Mereka hanya bisa melihat objek dari jarak sangat dekat, itupun dengan kondisi yang hitam-putih. Bayi baru lahir juga cenderung kurang baik pendengarannya meski tidak terdapat kelainan bawaan lahir. Namun, kondisi itu berubah ketika bayi mencapai usia 1 bulan.


  1. Penglihatan

    Penglihatannya masih tidak jelas, tetapi bayi 1 bulan sudah bisa melihat wajah ibu ketika menyusuinya. Jarak pandang bayi 1 bulan sudah mencapai kurang lebih 30 cm.

    Ibu mungkin menyadari bahwa bola mata bayi kadang tidak simetris alias juling. Kondisi ini normal karena kemampuan melihat bayi 1 bulan memang belum sepenuhnya sempurna. Ibu baru harus memeriksakan mata anak ke dokter jika pada usia 4 bulan bola mata anak masih juga tidak simetris karena bayi mungkin benar-benar mengalami strabismus alias mata juling.


  2. Pendengaran

    Indera pendengaran bayi 1 bulan pun masih belum sepenuhnya sempurna, namun ia sudah bisa mendengar suara ibu atau ayah yang biasa mengajaknya berkomunikasi sejak masih berada dalam kandungan. Bayi 1 bulan juga sudah bisa mendengar suara-suara dengan nada tinggi. Pastikan ibu berkonsultasi dengan dokter jika menemukan bayi 1 bulan yang tidak merespon segala bentuk suara, sekalipun pernah melakukan tes pendengaran ketika masih newborn.


  3. Perasa

    Bayi 1 bulan belum terlalu bisa membedakan makanan pahit atau asam, tapi mereka suka sekali dengan rasa manis. Itulah sebabnya bayi gemar menyusu kepada ibu atau mengonsumsi susu formula.


  4. Penciuman

    Bau bayi sering dikatakan sebagai bau paling enak di dunia. Tetapi tahukah ibu, bau apa yang paling disukai oleh bayi? Jawabannya adalah: bau ibu!

    Bayi 1 bulan yang belum memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang baik sangat mengandalkan indera penciuman untuk menempel pada ibu. Jadi jangan heran jika bau ibu berubah, misalnya saat baru pulang dari pasar, bayi bisa saja menolak untuk menyusu.


  5. Peraba

    Indera ini yang paling berkembang pada bayi 1 bulan. Ibu dan ayah bisa mulai menyodorkan jari di antara genggaman tangan bayi, maka bayi biasanya merespon dengan menggenggam jari ibu/ayah. Atau, ibu bisa membuat telapak tangannya menyentuh wajah ibu ketika tengah menyusui untuk memperkuat bonding.


Perkembangan Motorik Bayi 1 Bulan

Seperti halnya panca indera, sel-sel motorik bayi 1 bulan belum sepenuhnya matang, namun mereka sudah bisa melakukan beberapa hal di usia ini.

Sejak terlahir ke dunia, bayi memiliki refleks menghisap, terutama payudara ibu, dan refleks ini akan semakin kuat pada usia 1 bulan. Bayi juga sudah bisa menggenggam jari ibu ketika disodorkan ke jari-jarinya yang mungil.

Bayi juga terlihat suka 'kaget' dengan tiba-tiba meregangkan tangan dan kaki ke udara, yang dinamakan juga Refleks Moro.

Terakhir, bayi 1 bulan juga sudah memiliki refleks untuk berjalan. Jadi jika ibu meletakkan kaki bayi di permukaan datar dengan seolah-olah menyuruhnya berdiri, maka bayi akan refleks mengayunkan kakinya untuk berjalan. Tetapi, hal ini jangan sering dilakukan karena tulang bayi 1 memang belum matang sempurna.


Kebiasaan Bayi 1 Bulan

  1. Tidur

    Bayi 1 bulan, sama halnya dengan newborn, membutuhkan banyak jam tidur, bahkan sampai 17 jam sehari. Hanya saja, bayi 1 bulan masih memiliki kebiasaan tidur dalam durasi yang pendek-pendek dan masih harus terbangun dua atau tiga jam sekali untuk menyusu.

    Pastikan bayi tidur dalam kondisi lingkungan yang aman untuk meminimalisir terjadinya sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Posisikan bayi dalam keadaan terlentang menghadap ke atas ketika tidur. Hindarkan pemakaian bantal, guling, selimut, boneka, mainan, bahkan pagar tempat tempat tidur yang bisa membahayakannya.

    Satu tips untuk ibu, yakni tidurlah ketika bayi tengah tertidur, sekalipun hanya dalam durasi yang tidak lama. Hal ini demi menjaga kesehatan fisik dan mental ibu juga kok.


  2. Menyusu

    Bayi yang hanya mengonsumsi ASI biasanya memiliki kebiasaan menyusu dengan jeda yang singkat, yakni satu hingga dua jam sekali. Hal ini dikarenakan zat-zat yang terkandung di dalam ASI mudah diserap oleh tubuh sehingga bayi cepat buang air besar kemudian merasa lapar kembali.

    Sementara bayi yang mengonsumsi susu formula (atau AS plus sufor) biasanya merasa kenyang lebih lama sehingga bisa disusui dua atau tiga jam sekali.

    Pertanyaannya kemudian, berapa ml susu yang harus diberikan agar bayi 1 bulan merasa kenyang?

    Jika ibu full memberi ASI untuk bayi melalui payudara, memang sulit untuk menakar volume minum anak. Tetapi, indikator bayi yang puas menyusu ialah ia bisa tertidur pulas setelah menyusu dan buang air kecilnya minimal 6 kali sehari. Sedangkan untuk ibu yang menyusui dengan dibantu susu formula, bayi bisa diberikan 80-150 ml dalam sekali menyusu.


  3. Popok kotor

    Warna feses bayi yang hitam dan lengket alias mekonium kini sudah tidak ada lagi. Kini, ibu seharusnya akan melihat warna feses bayi 1 bulan yang sehat berwarna kuning pucat hingga kecokelatan. Tekstur feses juga seperti pasta atau berbiji.

    Di minggu keempat kelahirannya, bayi mungkin masih akan banyak buang air besar hingga 5 kali dalam sehari. Namun ketika usianya sudah menginjak 6 minggu, bayi mungkin akan buang air besar dalam 2 atau 3 hari sekali dan ini adalah gejala yang normal untuk bayi ASI eksklusif. Sedangkan untuk bayi yang juga mengonsumsi susu formula harus tetap buang air besar sehari sekali.


Stimulasi untuk Bayi 1 Bulan

Stimulasi bayi 1 bulan tak ubahnya dengan mengajak mereka bermain. Pada usia ini, bayi masih belajar mengenal orang tuanya terlebih dahulu sehingga perbanyak menyentuh bayi maupun berkomunikasi dengannya sekalipun si bayi belum bisa merespon dengan kata-kata apapun.

Berikut stimulasi yang bisa dilakukan terhadap bayi 1 bulan:

  • Memberi kontak skin to skin lewat menyusui, menggendong, maupun melakukan pemijatan bayi yang sederhana. Dengan demikian, bayi 1 bulan akan merasa disayangi oleh orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya

  • Membuat kaki bayi melakukan gerakan naik sepeda. Ini dilakukan untuk mempersiapkan bayi merangkak maupun berjalan

  • Mulailah berkomunikasi lewat kontak mata maupun ekspresi ibu ketika bercerita kepada bayi sekalipun bayi tidak mengerti bahasa yang ibu gunakan. Hal ini akan meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa di kemudian hari

  • Pilihlah mainan yang berbunyi kemerincing atau bewarna-warni untuk menstimulasi pendengaran anak, gerakkan mainan itu di depan matanya untuk menstimulasi indera penglihatan

Meskipun demikian, ibu tidak boleh lupa bahwa semua anak memiliki milestone-nya sendiri-sendiri.


Imunisasi untuk Bayi 1 Bulan

Ketika bayi sudah berumur 1 bulan, orang tua harus menjadwalkan imunisasinya. Berdasarkan rekomendasi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yang diamini juga oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi 1 bulan seharusnya mendapat imunisasi dasar BCG dan Polio nol (bila belum mendapatkannya setelah lahir).

Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guérin) adalah vaksin berisi kuman Mycobacterium bovis dilemahkan. Vaksin ini memiliki efek perlindungan terhadap tuberkulosis (TB) berat dan radang otak akibat TB, tapi vaksin ini tidak sepenuhnya efektif mencegah infeksi TB primer atau reaktivasi infeksi TB yang laten. Vaksin ini juga hanya diberikan kepada anak yang tinggal di daerah endemik TB, Indonesia salah satunya.

Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tempat penyuntikan vaksin BCG adalah di daerah lengan atas (deltoid) sebelah kanan. Nah, yang khas dari imunisasi BCG ini ialah munculnya bisul bernanah di tempat penyuntikan vaksin BCG yang memang merupakan reaksi dari vaksin BCG. Reaksi ini dikarenakan vaksin BCG mengandung bakteri hidup sehingga penyuntikannya akan menyerupai infeksi alamiah, yakni tubuh melakukan respons imun dan terbentuk bisul.

Awalnya bekas suntikan akan mengalami kemerahan yang diikuti bisul berisi nanah yang kemudian akan mengering dan menimbulkan jaringan parut. Jika anak belum pernah terpapar oleh kuman TB, maka reaksi bisul BCG terjadi dalam kurun waktu 2 sampai 12 minggu (paling sering antara 4 sampai 6 minggu).

Jika bisul muncul kurang dari 1 minggu, kemungkinan besar bayi atau anak tersebut telah terpapar kuman TB sebelumnya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan. Reaksi ini disebut reaksi cepat BCG (accelerated BCGreaction). Secara alamiah, bisul akan menyembuh dan meninggalkan bekas berupa jaringan parut yang datar berdiameter 2 hingga 6 mm. Jaringan parut tersebut biasanya terbentuk dalam waktu 3 bulan.

Meskipun demikian, ibu tidak perlu panik jika bekas daerah suntikan BCG tidak menimbulkan bekas bisul bernanah. Ini bukan berarti imunisasi tidak berhasil, bukan juga karena vaksin merupakan vaksin palsu, melainkan karena reaksi vaksin terhadap tubuh anak memang berbeda-beda. Ibu tidak perlu mengulang imunisas BCG ini.

Bisul akibat imunisasi BCG memang terlihat menyakitkan, tapi tidak perlu ada tindakan khusus terhadap bisul ini, termasuk mengoleskan obat bisul, apalagi antibiotik. Bayi perlu dibawa ke dokter jika terjadi bengkak yang hebat, demam tinggi, nanah yang banyak atau yang disebabkan oleh penyuntikan yang tidak steril (bukan akibat reaksi normal dari BCG). Komplikasi dari bisul yang mungkin terjadi adalah infeksi sekunder bakterial jika dilakukan penanganan yang tidak tepat, misalnya ditaburi atau dioles bahan-bahan yang tidak steril.

Selain imunisasi BCG, bayi 1 bulan juga perlu mendapatkan imunisasi Polio nol. Pemberian vaksin Polio 0 ini biasanya diberikan sebelum bayi ibu pulang dari klinik atau rumah sakit alias beberapa hari setelah kelahirannya. Namun bila belum, bayi bisa mendapatkan vaksin Polio 0 simultan dengan imunisasi BCG di usia bayi mencapai 1 bulan.

Setelah menerima Polio tetes, ibu biasanya diminta untuk melakukan penjedaan jika bayi ingin menyusu. Hal ini semata dilakukan untuk mencegah bayi muntah. Jika muntah dalam kurun 10 menit setelah pemberian vaksin Polio, maka imunisasi harus diulang saat itu juga. Jika kembali muntah, maka bayi akan coba diimunisasi lagi keesokan harinya.

Ketika bayi sudah berusia di atas 1 bulan, ibu mungkin akan mendapat pilihan bagi bayi untuk mendapat vaksin Polio suntik yang biasanya berada satu dosis dengan vaksin DPT. IDAI pun merekomendasikan bayi mendapat minimal satu kali vaksin Polio suntik, biasanya pada imunisasi Polio ketiga bayi.

Vaksin polio yang diteteskan dimulut adalah virus polio vaksin yang masih hidup, tetapi dilemahkan. Vaksin ini masih bisa berkembang biak di usus dan dapat merangsang usus dan darah untuk membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap virus polio liar. Artinya, bila ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi atau anak tersebut, maka virus polio liar akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan tersebut yang dibentuk di usus dan di dalam darah sehingga tidak dapat berkembang biak, tidak membahayakan bayi atau anak tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.

Sementara itu, vaksin polio suntik berisi virus polio mati yang disuntikan di otot lengan atau paha, sehingga tidak dapat berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan di usus, namun dapat menimbulkan kekebalan di dalam darah. Oleh karena itu, bila ada virus polio liar yang masuk ke dalam usus bayi atau anak, virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya, tapi ia tidak sakit karena ada kekebalan di dalam darahnya. Hanya saja, virus polio masih bisa menyebar ke lingkungan lewat feses bayi atau anak tersebut.

(Asni / Dok. Freepik)