Keluarga

8 Peran Ayah Ini Justru Bikin Anak Menjauh

8 Peran Ayah Ini Justru Bikin Anak Menjauh

Dalam mendidik anak, peran ayah memegang posisi penting yang tidak kalah krusial dari ibu. Peran ayah tidak hanya sebagai pencari nafkah atau provider, tetapi juga sosok yang dapat membentuk karakter anak

Ayah dapat mengajarkan banyak hal, seperti bagaimana cara menendang bola, bagaimana mengalahkan rasa takut saat pertama mengayuh sepeda, atau bagaimana melihat dunia dengan cara yang berbeda. Anak akan mendapatkan bentuk kasih sayang berbeda yang kelak diperlukan dalam proses pendewasaan diri.

Pentingnya Peran Ayah bagi Tumbuh Kembang Anak

Dikutip dari Being The Parent, ada beberapa peran ayah yang menunjang tumbuh-kembang anak, di antaranya:

  • Peran Ayah dalam Memberikan Rasa Nyaman

    Di fase bayi baru lahir, ayah berperan memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak melalui sentuhan kasih sayang. Stimulasi fisik ini berguna untuk perkembangan otak anak sejak dini. Di fase balita, peran ayah mencakup menjadi penjaga dan teman bermain saat anak bereksplorasi. Tahapan ini penting untuk mengajari anak problem solving skills. Di fase usia sekolah, ayah juga bisa menjadi pelindung sekaligus motivator yang mendorong anak menjadi mandiri dan percaya diri

  • Peran Ayah sebagai Teladan

    Ayah menjadi faktor penentu perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak. Bisa dibilang, ayah memiliki multi peran dalam keluarga. Selain sebagai teman bermain anak, ayah juga berperan sebagai pelatih atau guru bagi anak, sebagai protektor, teman, dan juga role model. Biasanya, anak memiliki kecenderungan untuk meniru ayahnya karena perannya sebagai teladan. Itulah mengapa sangat penting bagi para suami untuk terus belajar. Apalagi bagi yang baru pertama kali menjadi ayah, standar kepekaan dan empati harus semakin meningkat. Perlahan, belajar lah berkorban dan memprioritaskan orang lain. Selain itu, memiliki manajemen emosi yang baik dan tidak gampang meledak-ledak juga amat penting. Dengan begitu, peran ayah akan terlihat dan menarik hati anak.

  • Peran Ayah sebagai Pembentuk Karakter

    Peran ayah tergolong fundamental, tidak hanya seputar finansial keluarga, tetapi juga berperan sangat penting untuk membentuk mental dan karakter anak. Anak cenderung akan mengikuti perilaku ayahnya. Jika ayah di rumah selalu hormat pada ibu dan saudara perempuan, maka anak laki-laki pun akan mencontohnya. Ayah juga berperan mengajarkan banyak aspek kehidupan yang tidak bisa diajarkan oleh ibu. 

8 Tipe Ayah Yang Bisa Merusak Mental Anak

Nah Ibu, sudah tahu kan betapa pentingnya peran ayah dalam keluarga? Peran ayah sesungguhnya melengkapi peran ibu setiap saat. Tanpa ayah, anak tidak akan memiliki role model yang seimbang dalam kehidupannya. 
Namun, perlu diperhatikan juga beberapa tipe ayah yang harus dihindari. Dilansir dari All Pro Dad, ada 8 tipe ayah yang bisa merusak mental anak, antara lain:

  1. Ayah yang absen

    Ayah yang tidak pernah hadir dalam kehidupan anak, baik secara fisik, emosional maupun spiritual adalah sebuah pertanda buruk. Itu artinya ada peran ayah yang tidak bisa dipenuhi. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga tanpa ayah akan merasa tidak utuh dan cenderung ingin mengisi kekosongan akan sosok seorang ayah yang tidak pernah ia rasakan. 

  2. Ayah yang kasar

    Peran ayah yang bersikap kasar atau abusive kepada anaknya jelas tidak dapat dibenarkan. Perilaku kasar seorang ayah dapat menyebabkan anak trauma dan menimbulkan penyakit mental lainnya yang dapat merusak masa depan anak. Jika ayah adalah seorang pecandu atau orang yang suka memukul atau memaki serta berpotensi menimbulkan kekerasan pada anak dan keluarga, sebaiknya segera hubungi pihak berwenang dan minta bantuan. 

  3. Ayah yang terlalu penuntut

    Salah satu peran ayah adalah memotivasi dan mendorong anaknya untuk berprestasi, meraih cita-cita serta tidak bermalas-malasan. Tetapi, kalau ayah sudah mulai terlalu banyak menuntut ini-itu terhadap anaknya, maka sikap ini perlu diwaspadai. Jangan sampai anak tertekan karena memiliki ayah yang selalu mendikte setiap langkahnya dan tidak bisa mentoleransi kegagalan. 

  4. Ayah yang memposisikan diri sebagai teman anak

    Meskipun ayah bisa berperan sebagai teman bermain bagi anak-anaknya, jangan sampai ayah mengabaikan peran utamanya sebagai orang tua yang memiliki wibawa. Terlalu banyak bermain dengan anak dan membangun imajinasinya sendiri bisa membuat ayah lengah dari peran pentingnya dalam keluarga. Menjadi teman yang baik memang salah satu peran ayah, tapi bukan berarti boleh bermain games terus menerus kan? Memposisikan peran ayah sebagai sosok berwibawa dan bertanggung jawab amat penting agar anak tetap memiliki rasa segan dan hormat.

  5. Ayah yang tidak memprioritaskan anak

    Ayah yang kebingungan dan mudah terdistraksi bisa menyebabkan anak merasa inferior. Anak akan bertanya-tanya, apa yang menyita perhatian ayahnya? Kenapa ayah tidak bisa mencurahkan perhatian kepada anak sepenuhnya? Hindari sikap seperti ini, selalu utamakan anak dan tempatkan diri dalam posisi sebagai orang tua yang siap mencurahkan kasih sayang kepada anak. Peran ayah adalah menjadi pendengar serta pemberi nasihat ketika si kecil merasa bingung mengambill langkah.Nah, jika sang ayah juga kerap terlihat bingung, entah karena pekerjaan di kantor atau masalah personal lainnya, maka anak akan merasa terabaikan.

  6. Ayah yang menerapkan standar ganda

    Ayah yang bertindak dengan standar ganda termasuk sosok yang kurang memiliki kredibilitas. Ia cenderung menerapkan standar ganda dalam keluarga. Contoh, ayah melarang anaknya berisik di dalam rumah, sementara ia sendiri melakukannya. Perilaku tidak adil seperti ini bisa menyebabkan anak tumbuh menjadi seseorang yang egois dan minim empati. Peran ayah adalah memberikan nasihat sekaligus melakukan sesuai perkataannya. Standar ganda hanya akan membuat si kecil merasa dibohongi.

  7. Ayah dengan "Toxic Masculinity"

    Peran ayah adalah mengajarkan anak untuk menjadi manusia yang baik. Kerap kali sosok ayah terlalu mengagung-agungkan sisi maskulinitasnya dan memaksakan nilai-nilai tersebut ke anak laki-lakinya dan justru terjebak pada stereotip gender. Contohnya, tipe ayah yang melarang anaknya untuk menangis. Padahal, menangis adalah bentuk emosi fundamental manusia yang harus bisa diekspresikan. Ayah dengan toxic masculinity juga cenderung misoginis, misalnya mengajarkan anak laki-lakinya untuk tidak pernah kalah dari perempuan dan tidak memilih perempuan sebagai ketua atau sosok dominan di pergaulannya. 

  8. Ayah yang pasif

    Serupa dengan tipe ayah pertama yaitu ayah yang absen, tipikal ayah pasif ini biasanya menghindari konflik sehingga cenderung menghindari komunikasi dengan anak. Ayah yang pasif juga menolak untuk mendisiplinkan anaknya. Anak yang dibesarkan oleh pasifnya peran ayah cenderung tumbuh menjadi anak yang selalu melawan, tidak memiliki kemampuan menyelesaikan konflik dan kelak akan sama-sama menjadi orang tua pasif.

Ada banyak peran ayah yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Dalam sebuah keluarga yang harmonis, ayah berperan melengkapi serta menyeimbangkan peran ibu. Tanpa ayah, anak tidak akan memperoleh kasih sayang serta pendidikan yang lengkap sebagai bekal hidupnya di masa depan. 

Dengan mengetahui 8 tipe ayah yang bisa merusak mental anak di atas, semoga kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi serta menghindari sikap-sikap yang tidak bijaksana dalam menjalankan peran ayah dalam keluarga.

Penulis: Yusrina
 Editor: Dwi Ratih