Keluarga

Dampak Membentak Anak Yang Sering Tak Disadari Orang Tua

Dampak Membentak Anak Yang Sering Tak Disadari Orang Tua

Saat anak sering tantrum baik di rumah maupun di tempat umum, terkadang memang membuat orang tua menjadi emosi. Tanpa sadar mungkin Ibu akan membentak anak.

Ketika sadar telah membentak anak, membuat kita menjadi menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Yup, tiap anak memang terlahir istimewa dengan keunikan dan sifat masing-masing yang berbeda.

Namun, membesarkan dan mendidik anak memang tak semudah yang diucapkan. Apalagi ketika mulai sering tantrum dan meluapkan emosi di tempat umum yang sulit dikendalikan.

Jika hal ini terjadi, sebaiknya urungkan niat untuk membentak anak ya Bu. Meskipun membentak anak adalah salah satu cara dalam mendidik, namun ternyata dampak membentak anak dapat memengaruhi perkembangan otaknya lho! Nggak ingin hal ini terjadi pada anak kita, yuk simak bahaya sering membentak anak lainnya yang bisa dijadikan pertimbangan orang tua agar tidak melakukan hal ini kembali.

Bahaya sering membentak anak


Kalau Ibu atau Ayah masih sering membentak anak, sebaiknya mulailah untuk mengubah kebiasaan tersebut ya! Sebab, menurut penelitian dari National Institutes of Health membentak anak dapat membuat mereka tumbuh menjadi sosok yang lebih agresif, secara fisik dan verbal. Berteriak atau membentak anak adalah bentuk meluapkan emosi orang tua yang tidak boleh dilakukan.

Hal ini bisa membuat anak menjadi takut dan trauma serta timbul rasa tidak aman walau dengan orang tua sendiri. Bahkan dengan orang tua berbicara kasar pada anak dan sering membentak anak dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan perkembangan otak mereka.

Nggak mau nurut perintah orang tua kalau belum dibentak? Wah, jangan salah ya Bu sebab melansir WebMD saat kita meninggikan suara dengan membentak maka bisa membuat sistem limbik pada otak mereka menjadi aktif. Sistem limbik ini bertanggung jawab atas semua keputusan yang ditangkap oleh otak anak.

Sistem limbik bisa membuat anak memutuskan untuk menuruti perintah atau mengabaikan perintah. Dibandingkan dengan membentak anak, mulai sekarang coba ubah suatu perintah menjadi sebuah kalimat permintaan.

Misalnya saja, Ibu bisa membuat pilihan saat meminta anak merapikan mainan dengan kalimat, “Adik, kira-kita mau membereskan makan dulu atau makan dulu?”. Jangan lupa untuk selalu komunikasi dengan anak beserta dengan eye contact atau tatapan mata.

Ketahuilah bahwa, sering membentak anak sama saja dengan menanamkan sistem bully dalam keluarga. Jadi, sebaiknya hargai setiap keputusan yang anak buat tanpa harus memerintah atau membentak anak ya Bu. Berikut adalah dampak bahaya membentak anak lainnya yang mungkin tidak disadari oleh orang tua:

1. Anak jadi tidak percaya diri

Membentak anak nggak hanya bisa mengancam psikisnya tapi juga bisa membuat ia tumbuh menjadi sosok yang kurang percaya diri dan minder. Anak yang tidak percaya diri akan sulit menjalani aktivitas sehari-hari dalam perilaku sosial maupun dalam keluarga. Membentak anak membuat mereka akan menjadi trauma dan terus bertanya apakah kesalahan yang ia perbuat hingga berujung depresi.

2. Anak jadi sosok yang tertutup

Anak-anak yang ketakutan ketika sering dibentak orang tua akan sangat mungkin tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Ketika mereka tertutup, rasa untuk bercerita dengan orang tuanya akan berkurang.

Kondisi ini sangat memengaruhi psikologis anak dan membuat anak merasa tertekan dan mulai mengasingkan diri dari orang tuanya, ia akan mencari perlindungan dari orang lain. Sehingga kehadiran orang tua seringkali akan tidak dihargai oleh anak.

3. Anak jadi sering berontak

Membentak anak memicu ia menjadi sosok pemberontak dan keras kepala dan tidak nurut dengan kehendak orang tuanya. Hal ini timbul akibat mereka mereka sering merasa tidak dihargai. Semakin emosi orang tua, maka anak-anak akan semakin melawan dan membantah kita sehingga ia akan tumbuh menjadi sosok pemberontak.

4. Anak bisa trauma hingga dewasa

Ketika orang tua membentak anak, maka otomatis akan memengaruhi psikologis anak yang bisa membuat mereka menjadi depresi dan trauma hingga dewasa. Melansir Science Direct apalagi jika membentak anak sering dilakukan oleh orang tua setiap hari. Maka otomatis dapat mengaktifkan emosi secara verbal yang dimiliki oleh anak-anak yang akan dipendam hingga bertahun-tahun lamanya.

Dampak membentak anak picu kerusakan sel otak


Satu lagi dampak serius yang bisa terjadi jika orang tua sering membentak anak adalah dapat merusak sel otak. Kita tahu bahwa masak kanak-kanak merupakan masa golden age dimana miliaran sel otak anak sedang berkembang amat pesat di umur 0-6 tahun.

Itu sebabnya dalam fase emas ini, apa yang diserap anak dari kesehariannya diyakini dapat memengaruhi sikap, karakter, kecerdasan, serta skill lainnya di kemudian hari. Termasuk ketika ia tumbuh dewasa.

Sel otak tersebut akan berkembang sempurna tergantung pada stimulasinya. Jadi, kalau orang tua sering membentak anak maka sel-sel otak tersebut akan mudah rusak.

Apalagi ketika anak dibentak mereka seringkali ketakutan. Nah, pada saat hal ini terjadi maka produksi hormon kortisol di otak akan meningkat. Semakin tinggi produksi hormon itu akan memutuskan sambungan sel-sel di otak yang pada akhirnya membentak merusak sel otak mereka.

Nggak ingin hal ini terjadi pada anak Ibu? Untuk itu upayakan belajar jangan membentak anak ya Bu dan belajar mengontrol emosi agar anak bisa menuruti apa yang maksud dari didikan orang tuanya.

Cara agar tidak membentak anak


Banyak cara yang dapat orang tua lakukan untuk mengontrol emosi saat anak tantrum atau nakal. Melansir Healthline berikut adalah beberapa cara yang mungkin bisa Ibu lakukan:

1. Beri waktu pada diri sendiri

Saat sedang marah, ada baiknya Ibu melipir sebentar menjauh dari anak dan memberi waktu pada diri sendiri untuk menenangkan emosi. Cobalah tetap tenang, tarik napas dan embuskan. Hal ini juga sekaligus bisa mengajari si kecil untuk menerima batasan dan mengelola emosi yang sehat.

2. Bicarakan pada si kecil

Ketika Ibu emosi, dari pada membentak anak lebih baik bicara dari hati ke hati dengannya lalu katakan apa yang Ibu rasakan. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan sikap hormat terhadap diri sendiri dan orang lain dan membentuk hubungan yang sehat.

3. Tetap tenang tapi tegas

Kalau keadaan sudah lebih tenang, cobalah untuk bicara dengan mereka dengan cara yang tegas yang membuat martabat mereka tetap utuh. Jangan lupa jelaskan bahwa hal yang mereka lakukan tidak baik. Tunjukan dengan tegas melalui tatapan mata.

4. Jelaskan konsekuensi hindari ancaman

Kalau anak tidak menuruti apa yang diinginkan kita, misal melempar mainan yang bisa mengancam keselamatan orang disekitarnya maka orang tua perlu menjelaskan konsekuensi. Katakan bahwa mainan bukanlah benda yang boleh di lempar, sebab melempar dapat melukai orang disekitar kita.

5. Jangan ragu meminta maaf

Ketika orang tua tanpa sadar telah membentak anak, nggak ada salahnya setelah situasi tenang ajak anak berbicara dari hati ke hati. Jangan ragu untuk meminta maaf terlebih dahulu ya Bu. Sebab, hal ini dapat mengajarkan anak untuk meminta maaf tiap kali berbuat salah.

Editor: Dwi Ratih