Keluarga

Khawatir Anak Berbuat Curang? Terapkan Cara Ini Sejak Dini!

Khawatir Anak Berbuat Curang? Terapkan Cara Ini Sejak Dini!

Tidak bisa dimungkiri bahwa kita hidup dalam dunia kompetitif yang memungkinkan orang untuk berbuat curang. Banyak hal yang kita lakukan, menuntut kita untuk bersaing mendapatkan suatu hal yang tidak kita miliki atau lebih baik daripada orang lain. Ingatkah Ibu momen saat harus mengikuti ujian kelulusan atau kenaikan kelas di bangku SMA?

Kondisi tersebut mengharuskan kita memenuhi standar nilai kelulusan supaya kita naik kelas atau lulus sekolah. Berbagai cara kita lakukan untuk mencapai target itu, mulai dari mengikuti kursus, belajar lebih giat hingga larut malam, bahkan ada yang sampai rela berbuat curang dengan mencontek jawaban teman atau membuat catatan kecil yang diintip secara diam-diam saat ujian. Begitu pula yang sangat mungkin terjadi saat berlomba-lomba mendaftar pekerjaan atau mengikuti olimpiade.

Bagi orang dewasa, berbuat curang sering kali dianggap sebagai satu hal yang bisa mencoreng nama baik dan akan diingat dengan kesan buruk sepanjang hidup. Berbuat curang berarti melanggar kesepakatan atau aturan yang berlaku. Ternyata, ini juga bisa dialami oleh anak lho, Bu. Bedanya terletak pada kesadaran anak tentang konsep curang dan motivasinya berbuat curang.

Sangat wajar bila kita orang dewasa merasa marah dan kecewa ketika orang lain berbuat curang dan merugikan kita. Atau, kita sendiri pasti akan merasa malu saat ketahuan berbuat curang dan merasa bersalah karena sudah memilih cara yang tidak sehat dalam bersaing dengan rekan. Namun, bagaimana dengan anak-anak yang berbuat curang? Apakah benar si kecil sengaja berbuat curang? Kira-kira, apa sih tujuan anak yang berbuat curang?

Kendati demikian, bibit-bibit kemungkinan anak berbuat curang tidak boleh dibiarkan tumbuh dalam diri anak. Dengan kata lain, anak perlu tahu bahwa berbuat curang merupakan kebiasaan buruk yang harus dihindari.

Namun sebelum beranjak pada bagaimana cara mendidik anak agar tak berbuat curang, intip dulu yuk jenis-jenis kecurangan yang mungkin dilakukan anak.

Kapan Anak Berbuat Curang?

Bukan tidak mungkin bila orang tua melihat anak yang masih berusia 3 tahun berbuat curang, apalagi anak yang lebih besar atau masuk usia remaja. Namun, perlu diketahui bahwa anak yang mungkin Ibu anggap berbuat curang tersebut sebenarnya tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal negatif. Terlebih jika usia si kecil masih terbilang muda, balita misalnya.

Melansir dari situs Parents, wajar apabila anak yang bahkan masih berusia 2 tahun memiliki jiwa kompetitif dan berkeras memiliki benda yang diidamkan dan mainan yang sama seperti milik saudara atau temannya. Ada keinginan alamiah untuk menjadi pemilik utama atau dalam istilah lainnya, “berhasil menggapai keinginannya”. 

Dalam upaya meraih tujuan itu, anak-anak sangat mungkin tidak segan merebut giliran, mengambil secara diam-diam saat lawan bicara lengah, hingga berbohong untuk mendapatkan benda yang diinginkan. Cara-cara yang bagi orang dewasa dianggap sebagai kecurangan ini, belum tentu dimaknai dengan sama oleh anak. Yang anak tahu, mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya tanpa mengerti apa itu konsep berbuat curang atau menggunakan cara yang baik. Biasanya, anak sudah mulai mengerti konsep curang dan sportif saat mereka semakin besar, seperti di usia sekolah dasar atau remaja.

Lalu, dalam situasi apa sih anak-anak dan remaja bisa berbuat curang? Simak penjelasan berikut yuk:

  • Berbuat Curang Saat Bermain Games

    Masih dari laman Parents, anak-anak berusia di bawah 5 tahun biasanya lebih fokus bersaing saat bermain tanpa terlalu memedulikan aturan yang ditetapkan. Bahkan, ambisi anak-anak yang semakin terbakar karena keseruan permainan membuat mereka lupa diri dan secara tidak sadar melakukan kecurangan-kecurangan kecil.

    Misalnya, cobalah perhatikan ketika orang tua mengajak anak bermain papan ular tangga atau karambol mini bersama anggota keluarga lainnya. Anak mungkin berbuat curang dengan diam-diam mengambil giliran tambahan, memindahkan pion pemain lain, atau bahkan sengaja salah menghitung dadu.

    Pada anak yang berusia di atas 5 tahun, mereka mungkin mulai menyadari bahwa berbuat curang adalah sesuatu yang salah. Namun tidak menutup kemungkinan si kecil diam-diam masih berusaha untuk berbuat curang.

  • Berbuat Curang Saat Ujian atau Perlombaan

    Salah satu praktik kecurangan yang paling banyak ditemui pada anak-anak adalah di usia sekolah. Mencontek atau diam-diam membuat catatan kecil saat ujian dan olimpiade sangat mungkin dilakukan oleh anak demi mencapai target mereka. Alasannya bisa bermacam-macam.

    Ada yang karena tidak percaya diri dengan jawaban sendiri, tidak mampu menghafal rumus atau tidak memahami materi yang diujikan, bahkan bisa karena anak sama sekali tidak berminat pada mata pelajaran yang diujikan sehingga tak punya pilihan selain mencontek agar bisa tetap naik kelas.

    Begitu pula saat anak mengikuti olimpiade atau perlombaan lainnya. Anak yang berambisi ingin memenangkan kompetisi atau mendapat penghargaan akan rela melakukan segala cara, termasuk berbuat curang. Misalnya dengan mencuri start dalam lomba lari atau mengintip catatan kecil saat olimpiade matematika.

  • Berbuat Curang Dalam Melaksanakan Kewajiban

    Kemudahan teknologi nggak hanya membawa manfaat bagi proses belajar anak, tapi juga memiliki dampak negatif pada anak jika disalahgunakan. Teknologi yang semakin canggih dan Internet yang menawarkan berbagai kemudahan untuk akses informasi seperti pisau bermata dua.

    Dengan gadget dan Internet, akan lebih mudah bagi anak-anak untuk mencontek, menjiplak, atau bahkan copy-paste saat mengerjakan tugas. Anak-anak juga bisa terkoneksi dengan melalui email atau aplikasi pesan online untuk saling memberi contekan. Kemudahan ini akan berbuntut kecurangan yang membuat anak semakin malas dan meruntuhkan daya juang mereka ke depannya. Mungkin niat mereka adalah untuk membantu teman. Tapi tanpa disadari, bantuan itu juga sekaligus akan merugikan mereka. 

  • Dampak Buruk Berbuat Curang

    Apa pun alasan yang melatarbelakangi motivasi anak berbuat curang, tentu tidak bisa dibenarkan. Berbuat curang merupakan perilaku yang tidak sportif, membentuk karakter culas, dan bisa menyebabkan anak memiliki hubungan yang tidak sehat dengan orang lain ke depannya.

    Menurut laman Very Well Family, ada setidaknya 10 dampak buruk yang akan dituai anak saat mereka berbuat curang. Berikut pemaparannya:

    1. Berbuat Curang Sama dengan Berbohong

      Dengan berbuat curang, berarti anak telah bersikap tidak jujur. Entah itu mencontek teman atau menjiplak di Internet, mereka telah mengklaim hasil orang lain sebagai hasilnya.

    2. Berbuat Curang Adalah Bentuk Pencurian

      Anak-anak mungkin tidak sadar bahwa dengan berbuat curang, mereka telah mencuri ide dan kesempatan orang lain dengan cara yang tidak sportif.

    3. Berbuat Curang Mencoreng Keadilan

      Rasanya sangat tidak adil bila anak yang sudah belajar giat siang dan malam mendapatkan nilai yang lebih kecil daripada anak-anak yang mencontek. Mencontek memang menjadi “shortcut”, namun jelas-jelas mengerdilkan usaha orang lain. Tak jarang ini bisa menjadi pemicu persaingan yang tidak sehat.

    4. Berbuat Curang Sama dengan Merendahkan Diri

      Saat kita berbuat curang, itu sama artinya dengan menunjukkan bahwa kita tidak percaya diri dengan kemampuan kita. Dengan kata lain, kita telah merendahkan diri karena merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan usaha sendiri. Demikian pula yang akan terjadi saat anak berbuat curang.

    5. Berbuat Curang Membuat Rasa Bangga Berkurang

      Karena meraih pencapaian dengan cara yang tidak jujur, maka biasanya kita akan merasa pencapaian itu tidak terasa terlalu menyenangkan. Saat kita bisa meraih kesuksesan dengan usaha yang jujur, kita pasti merasa bangga dan senang. Hal inilah yang tidak didapatkan oleh kita maupun anak saat berbuat curang.

    6. Berbuat Curang Hanya Akan Menambah Beban

      Jika dianalogikan, anak yang terbiasa mencontek di kelas akan semakin malas belajar dan meremehkan pelajaran berikutnya. Ini bisa menjadi kebiasaan buruk yang membuat anak semakin tidak paham apa yang dijelaskan oleh gurunya. Mereka akan berpikir, “Kalau bisa nyontek, kenapa harus repot-repot belajar atau menghafal?” Anak jadi tidak memiliki kemampuan untuk mengasah nalar dan jadi tidak mandiri. Jika ada ujian lagi, anak akan mencontek lagi. Begitu seterusnya.

    7. Berbuat Curang Membuat Kita Tidak Dipercaya

      Saat kita ketahuan mencontek sekali saja, besar kemungkinan kita akan seterusnya dicap buruk dan tidak dipercaya oleh siapa pun. Dampak buruk ini tidak terhindar dan akan membekas bahkan ketika kita sudah tidak pernah berbuat curang lagi.

    8. Berbuat Curang Dapat Membuat Stres

      Saat kita berbuat curang, kita pasti berusaha keras untuk menutupi kecurangan itu. Untuk merahasiakannya, kita bahkan bisa saja mengarang kebohongan-kebohongan lainnya agar tidak ketahuan. Hal inilah yang akan membuat kita merasa stres, karena harus terus menerus menjalani hari dengan rasa bersalah dan tidak bebas melakukan apa pun.

    9. Berbuat Curang Membuat Guru atau Orang Merasa Terhina

      Bagi guru dan orangtua, ilmu dan pengetahuan adalah hadiah yang tak ternilai harganya. Saat guru dan orangtua sudah bersusah payah mengajari kita, mereka tentu akan merasa sakit hati bila kita berbuat curang hanya agar dianggap memahami apa yang mereka ajarkan. Padahal, akan lebih baik bila kita jujur kalau belum paham dan mengusahakan kemampuan diri apa pun hasilnya.

    10. Berbuat Curang Bisa Menjadi Kebiasaan Buruk Jangka Panjang

      Karena sifatnya yang “mudah” dan “instan”, berbuat curang biasanya dijadikan jalan pintas yang diambil tanpa berpikir panjang. Padahal, berbuat curang bisa menjadi kebiasaan buruk yang akan mengantarkan kita menjadi pribadi pembohong, menghalalkan segala cara untuk meraih target, dan merugikan banyak pihak.

  • Cara Mencegah Anak Berbuat Curang

    Sebagai orang tua, tentu kita tidak ingin anak terjebak dalam perilaku berbuat curang yang akan berdampak buruk bagi masa depannya. Simak tips mencegah anak berbuat curang berikut ya!

    1. Pahami Anak

      Berbagai tekanan yang dialami anak juga bisa menyebabkan anak terdorong untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, termasuk dengan berbuat curang. Orang tua sebagai pendamping dan tempat anak kembali sudah seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk anak bercerita. Dengarkan keluh-kesah anak, pahami karakter dan letak kemampuan anak. Bicaralah dari hati ke hati: Apa yang disukai anak? Apa passion anak? Apakah anak sedang menghadapi kendala dalam belajar? Apa yang bisa orang tua lakukan untuk membantu anak?

      Pertanyaan-pertanyaan itu bisa membuka percakapan dengan anak agar orang tua bisa lebih mengenal mereka. Harapannya, anak bisa menjalani aktivitas apa pun, termasuk belajar, dengan tenang dan tanpa tekanan.

    2. Jadi Role Model Anak

      Children see, children do. Pepatah tersebut ternyata memang benar adanya. Anak bukanlah pendengar yang baik, melainkan peniru yang ulung. Ketika anak melihat orang tuanya sebagai sosok pekerja keras dan punya growing mindset, anak pun akan melihatnya dengan cara positif dan menjadikannya value yang mereka yakini. Dengan demikian, anak akan terhindar dari perilaku berbuat curang.

      Sesekali ajaklah anak untuk mendengarkan pengalaman orang tua semasa kecil atau kegiatan di kantor. Ceritakan usaha apa saja yang sudah dilakukan untuk sampai ke tahap sekarang. Gunakan teknik komunikasi I-Message saat menceritakannya. Anak cenderung lebih tertarik mendengarkan refleksi pengalaman ketimbang nasihat-nasihat yang menggurui.

    3. Tanamkan Konsep “Winning Isn’t Everything”

      Satu hal yang penting untuk ditanamkan pada anak sejak kecil adalah konsep “kemenangan bukanlah segala-galanya. Mengapa demikian? Benar bahwa kesuksesan akan membuat kita merasa senang dan bangga. Akan tetapi, yang paling penting dari tujuan yang berhasil dicapai itu adalah bagaimana proses kita menjalaninya. Ajarkan value keluarga pada anak bahwa berusaha dengan jujur dan bersungguh-sungguh meski tidak mencapai tujuan, jauh lebih berharga ketimbang meraih keberhasilan dengan cara berbuat curang dan merugikan orang lain. Katakan bahwa saat anak berupaya mengerahkan kemampuan diri, akan selalu ada pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk diperbaiki di usaha selanjutnya. Sementara jika berbuat curang, anak tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali rasa bersalah dan ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri.

    4. Atur Ekspektasi Orang Tua

      Memaksanya untuk memenuhi semua keinginan orang tua hanya akan membuat anak tidak menjadi diri sendiri dan mendorongnya untuk berbuat curang agar bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya. Yang perlu dilakukan adalah mengelola ekspektasi dengan kemampuan anak. Ini juga bisa mencegah anak tumbuh menjadi pribadi yang minder dan merasa tidak pernah cukup bagi orang tua. Tunjukkan bahwa orang tua akan selalu ada dan mencintainya, apa pun kondisi anak dan bagaimanapun hasil usahanya.

    5. Ajarkan Anak Bersikap Jujur

      Mengajarkan kejujuran sejak dini sangat penting tidak hanya untuk mencegah anak berbuat curang, tapi juga untuk membangun karakter anak yang percaya diri dan mandiri. Anak yang jujur akan lebih mudah beradaptasi dan menerima kekurangannya. Dengan demikian, mereka akan selalu menjadi gelas yang merasa perlu terus diisi, rendah hati, dan fokus pada kegigihan usaha.

    6. Biarkan Anak Belajar dari Kegagalan

      Tidak selamanya rasa kecewa karena kegagalan itu buruk bagi anak. Faktanya, kegagalan justru bisa menjadi jalan untuk mengajari anak menghargai setiap keringat dan usaha yang dijalani untuk meraih kesuksesan. Bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan tapi akan selalu ada pelajaran berharga dari setiap upaya positif yang dilakukan. Dampingi anak di fase penerimaan kegagalan itu dan katakana bahwa orang tua akan selalu mendukungnya. Ini akan jadi motivasi anak untuk bangkit dan tidak berhenti mencoba.

  • Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Telanjur Berbuat Curang

    Selalu ada tantangan yang mungkin sangat sulit bagi orang tua dalam mendidik anak, termasuk dalam hal mencegah anak berbuat curang. Terkadang, si kecil berbuat curang tanpa di sengaja dan belum memahami betul konsep tersebut. Untuk itu, orang tua bisa melakukan langkah-langkah berikut saat anak telanjur berbuat curang agar tidak mengulanginya kembali:

    • Dengarkan penjelasan anak: Biarkan anak menceritakan kronologi kejadian dan perasaannya agar orang tua paham duduk perkaranya. Jangan menyela atau menghakimi anak.

    • Tegas dalam memberikan konsekuensi: Bila sudah pernah membuat kesepakatan dengan anak, tegaslah dalam memberikan konsekuensi. Bila belum, buat kesepakatan logis sesuai usia dan kemampuan anak. Hindari memberi hukuman fisik maupun verbal yang membuat anak trauma.

    • Introspeksi diri: Orang tua juga perlu melakukan evaluasi diri. Bukan tidak mungkin kesalahannya justru terletak pada sikap orang tua. Tanyakan pada diri sendiri: apakah sudah mengajarkan anak dengan cara yang tepat? Apa yang perlu diperbaiki agar lebih baik?

    • Bangun komitmen dan kepercayaan lagi: Bagi orang lain, mungkin tak mudah memercayai anak yang ketahuan berbuat curang. Namun bagi anak, keberadaan dan penerimaan orang tua sangatlah berharga baginya. Dampingi anak, ajak si kecil berkomitmen, dan beri anak kesempatan untuk menunjukkan tekadnya berubah menjadi lebih baik. 

  Penulis: Dwi Ratih